Header Ads

Kekhawatiran Muslimah Berjilbab di Selandia Baru

Isu jilbab yang sedang mencuat di Selandia Baru, membuat sejumlah muslimah di negeri itu khawatir kontroversi soal jilbab akan mempersempit peluang mereka mendapatkan pekerjaan di Negeri Kiwi itu.

"Saya tahu, saya akan menghadapi masa sulit hanya karena saya mengenakan jilbab, dan untuk melamar ke sebuah perusahaan. Saya tak sabar menunggu untuk bisa bekerja, tapi kadang saya khawatir, bagaimana saya bisa sesuai dengan lingkungan perusahaan, karena saya tidak mengenakan rok mini," kata seorang mahasiswi muslim di Universitas Victoria mengungkapkan kekhawatirannya sulit mendapat kerja setelah selesai kuliah, karena ia mengenakan jilbab.

Masalah jilbab mengemuka menyusul mencuatnya kasus dua muslimah asal Arab Saudi yang ditolak naik bis oleh sopir bis dari perusahaan bis NZ Bus, karena mereka mengenakan jilbab lengkap dengan cadarnya.

Perdana Menteri Selandia Baru John Key bahkan ikut mengomentari kasus ini. Ia mengkritik sopir bis yang menolak penumpang perempuan berjilbab dan bercadar. "Saya nyaman-nyaman saja melihat perempuan memakai jilbab dan cadar. Saya tidak terusik. Itu adalah bagian dari keyakinan masyarakat di negara ini," ujar Key.

Mahasiswi Universitas Victoria lainnya, Shamimi Shamsuddin mengungkapkan kekhawatiran yang sama. Muslimah berusia 23 tahun yang sedang menyelesaikan gelar sarjana bidang matematika itu merasa akan kesulitan mencari kerja karena ia "berbeda".

Meski sering mendengar cerita tentang muslimah berjilbab yang mendapat perlakuan buruk, Shamimi mengaku tidak pernah mengalami perlakuan diskriminatif selama tiga tahun tinggal di Wellington. Ia menilai warga Wellington cukup bersahabat dan toleran.

Leila Adams, muslimah berjilbab keturunan Fiji-India ini juga mengatakan jarang mengalami diskriminasi karena jilbabnya. Tapi ia mengakui banyak muslimah berjilbab yang khawatir saat ingin mencari pekerjaan. Mereka takut pihak perusahaan mengabaikan hanya karena mereka berjilbab.

Adams meyakini kasus yang dialami dua muslimah dengan sopir bis NZ Bus adalah kasuistis dan bukan kebiasaan umum masyarakat Selandia Baru. "Melihat orang mengenakan cadar, bagi sebagian orang memang membigungkan dan saya akui, jika kita bisa melihat wajah seseorang, kita lebih yakin akan orang bersangkutan," ujar Leila.

Menurut hasil sensus tahun 2006, jumlah muslim di Selandia Baru mencapai 36.000 orang. (kw/oi/eramuslim/al-khialfah.org)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.