Header Ads

Kontrasepsi Harga Mati..???

Tanggal 29 juni ditetapkan sebagai hari keluarga. Banyak iklan-iklan di tv yang menunjukan bahwa tanggal 29 juni itu adalah hari keluarga. Hmm... Iklan di tv menunjukan gambaran  keluarga yang bahagia, dimana ada ayah,ibu,dan 2 orang anak yang tertawa berkumpul bersama menunjukan kebahagiaan keluarga. “cukup dua”. Kata-kata itu lebih sering didengungkan, seolah dengan dua anak akan tercipta keluarga bahagia itu. Hari keluarga sebenarnya dimaksudkan untuk pengokohan kesadaran masyarakat terhadap opini keluarga yang bahagia adalah cukup 2 anak, dan mewujudkan program KB(keluarga berencana). lantas, kenapa cukup 2 anak? Kenapa tidak lebih?

Sejak tahun 1960 secara global tercipta mitos masalah ledakan jumlah penduduk. Dimitoskan bahwa angka pertumbuhan penduduk yang tinggi dan besarnya jumlah penduduk telah menjadi bencana yang mengancam peradaban umat manusia. United Nations Population Fund (UNFPA) pada tanggal 8/7/2010 menginformasikan bahwa jumlah penduduk dunia sudah mencapai 6,8 miliar orang dan akan naik dua kali lipat dalam 40 tahun kemudian, yaitu tahun 2050, apabila tingkat pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan. Para ahli Barat sangat berperan dalam membangun mitos masalah over populasi. Menurut John A. Lorraine (1967) over populasi pada abad ke-20 adalah salah satu bencana yang menimpa planet kita ini. Cicely D. Williams (1966) mengatakan bahwa negara-negara di dunia yang kini menderita akibat over populasi diharuskan untuk menghabiskan dana yang banyak untuk mengendalikan kesuburan penduduknya. Menurut dia, cara terbaik adalah dengan membuat program keluarga berencana (KB). Menurut W. Parker Mauldin (1977) untuk mengatasi masalah over populasi diperlukan program kependudukan yang diterapkan dalam rencana pembangunan.

Roy O. Greep (1998) menyatakan bahwa over populasi merupakan akar masalah sosial dan lingkungan seperti kemiskinan, kepadatan penduduk, kejahatan, terorisme, polusi air dan udara serta hilangya ozon. Menurut dia, dengan berbagai alasan maka pertumbuhan jumlah penduduk harus dikendalikan baik secara alami atau dengan campur tangan manusia.Para pendukung overpopulasi mengklaim bahwa pertumbuhan populasi dunia yang besar inilah yang menyebabkan kemiskinan, kehancuran lingkungan dan ketimpangan sosial. Tidak mungkin terjadi pertumbuhan ekonomi pada Dunia selama populasinya terus bertambah. Akibatnya, lembaga-lembaga internasional dan pemerintahan di dunia mengembangkan banyak program untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk

Persepsi lain juga muncul akibat diyakininya teori Thomas Malthus (1798), yang dalam tulisannya yang terkenal berjudul Essay on the Principle of Population, menyatakan bahwa kelangkaan barang akan menyebabkan masalah karena penduduk bertambah sesuai dengan deret ukur (2, 4, 8, 16, 32), sedangkan sumber-sumber daya seperti makanan bertambah sesuai dengan deret hitung (2, 4, 6, 8, 10). Akibatnya, tanpa dilakukan ‘pengecekan’ lebih dulu untuk mengkontrol fertilitas, populasi akan bertambah sehingga menghabiskan sumber daya dunia dan akhirnya menyebabkan kelaparan, hingga terjadi peperangan dan penyakit untuk menyeimbangkan sumber daya dan populasi.

Di Indonesia pertambahan penduduk yang relatif tinggi juga dianggap suatu masalah besar dan harus mendapat perhatian. Kondisi ini tidak menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi karena ini terkait dengan kualitas pendidikan masyarakat yang masih rendah sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban pembangunan daripada modal pembangunan. Logika ini digunakan untuk memberikan justifikasi mengenai pentingnya suatu keluarga melakukan pembatasan jumlah anak.

Oleh karena itu, beberapa tahun belakangan ini program KB kembali digalakkan. Bahkan dengan slogan baru. Jika dulu “2 anak cukup” kini pemerintah semakin menganjurkan warganya untuk hanya memiliki 2 orang anak saja dengan slogan “2 anak lebih baik”. Penggalakan kembali program KB ini dilatarbelakangi oleh pesatnya pertumbuhan penduduk Indonesia, bahkan dunia. Penduduk dunia mengalami pertambahan jumlah 1,2 persen setiap tahunnya dan menurut BKKBN pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,4 persen per tahun. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini dituduh sebagai penyebab utama tersudutnya dunia ke jurang bencana. Sering dikatakan bahwa dunia ini tengah mengalami over populasi sehingga bumi ini sudah kehilangan kemampuannya untuk menyuplai bahan pangan bagi seluruh penghuninya yang kian banyak. Besarnya populasi (over populasi) dianggap telah menimbulkan ketimpangan global karena sumber daya alam yang ada tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia. Hal inilah yang dituduh sebagai penyebab kemiskinan, kehancuran lingkungan, dan kerawanan sosial.

Di Indonesia, program pembatasan kelahiran dikenal dengan istilah yg indah didengar ”Keluarga Berencana (KB)”. Organisasi internasional yang mempelopori KB adalah International Planned Parenthood Federation (IPPF) yang berdiri pada tahun 1952 berpusat di London, terdiri dari delapan negara (di antaranya AS dan Inggris). IPPF membentuk federasi dengan tujuan pemberdayaan perempuan dalam mengakses layanan kontrasepsi. Selanjutnya di Indonesia didirikan sebuah LSM bernama PKBI (Perkumpulan KB Indonesia) pada tanggal 23 Desember 1957 di Jakarta, yang kemudian pada tahun 1967 PKBI menjadi anggota Federasi Keluarga Berencana Internasional (IPPF) yang berkantor pusat di London. PKBI sebagai cabang dari IPPF memiliki kesamaan dari visi dan misinya. Hal ini semakin memperjelas bahwa program KB adalah rekayasa Barat atas negeri Muslim. Di Indonesia selama program KB dijalankan (1967-2000) kelahiran tercegah mencapai 80 juta, dan diperkirakan hingga tahun 2009 kelahiran tercegah menjadi 100 juta (Syarief, 2009).

Program KB ini didukung dengan menggunakan kontrasepsi, ada yang permanen, dan ada juga yg tidak permanen. Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang berarti mencegah/menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi. Tingkat efektivitas dari kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi melakukan hubungan seksual dan yang terutama apakah menggunakan kontrasepsi tersebut secara benar. Banyak metode kontrasepsi yang memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika digunakan secara tepat. Jenis kontrasepsi yang ada saat ini adalah : kondom (pria atau wanita), pil (baik yang kombinasi atau hanya progestogen saja), implan/susuk, suntik, patch/koyo kontrasepsi, diafragma dan cap, IUD dan IUS, serta vasektomi dan tubektomi. KB menggunakan kontrasepsi mantap (permanen) Vasektomi (MOP) dan Tubektomi (MOW).

Demikian pula kampanye Generasi Berencana (Genre), ditujukan untuk membatasi kelahiran dengan cara mendewasakan usia pernikahan dan memberikan pandangan negatif terhadap pernikahan di usia muda yang pada gilirannya akan membatasi jumlah anak yang bisa dimiliki masing-masing keluarga. Kampanye penggunaan kontrasepsi mantap Vasektomi dan Tubektomi bisa menghantarkan masyarakat pada pengabaian dan pelanggaran syariat Islam. Metode KB di ini diduga kuat (ghalabah adz dzan) membatasi kelahiran secara permanen yang dilarang oleh syariat Islam sebagai panduan hidup mayoritas masyarakat Indonesia. Nah, dengan alat kontrasepsi inilah masyarakat diharapkan dapat menekan jumlah penduduk.

Namun, benarkah dunia telah mengalami over populasi? Juga benarkah besarnya jumlah penduduk yang menghambat kelajuan ekonomi dan menyebabkan keterbelakangan negara-negara di dunia? Over populasi merupakan suatu istilah yang terkait dengan perbandingan antara jumlah manusia dan sumber daya alam yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya. Suatu wilayah dikatakan mengalami over populasi jika sumber daya alam yang ada tidak mampu mencukupi kebutuhan standar masyarakat (papan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, dll).

Lima besar negara dengan jumlah penduduk terbesar berturut-turut adalah China, India, USA, Indonesia, dan Brazil. Tetapi masyarakat dunia pun tahu bahwa saat ini, dengan jumlah penduduknya yang sangat besar itu pun China tetap menjadi negara maju dan terdepan dalam perekonomian. Demikian pula dengan India dan USA. Namun sebaliknya, banyak wilayah dengan jumlah penduduk kecil, wilayah luas, dan SDA yang melimpah tetapi terbelakang, miskin, bahkan kelaparan. Contoh paling dekat adalah Papua.Tanah Papua memiliki kekayaan alam yang melimpah. Tanah Papua kaya akan sumber daya hutan, laut/sungai, pertambangan mineral, minyak bumi, gas alam, bahkan gunung emas. Jumlah penduduknya pun kecil. Tapi apa yang terjadi di sana? Masyarakatnya hidup dalam keterbelakangan, bahkan mengalami kelaparan dan gizi buruk.

Jika dicermati lebih dalam, sesungguhnya isu “telah terjadi over populasi dunia” adalah isu yang sengaja digulirkan sebagai bagian dari agenda politik negara-negara kapitalis. Dengan menggulirkan isu tersebut, mereka berusaha untuk menutupi penyebab terjadinya bencana global,kelaparan, kerusakan lingkungan, ketimpangan social, dan lainnya yang sebenarnya; yaitu eksploitasi mereka dalam mengambil kekayaan alam, untuk memenuhi gaya hidup mereka yang konsumtif, upaya pemiskinan dan eksploitasi yang terang-terangan oleh Barat. Contohnya di Papua. Sebenarnya apa yang membuat masyarakatnya miskin dan terbelakang? Bukankah karena keserakahan PT. Freeport yang siang – malam mengambil gunung emas Papua tanpa peduli dengan kesetimbangan ekosistem di sana? Demikian pula yang terjadi di negara – negara Afrika. Mereka miskin dan terbelakang bukan karena banyaknya penduduk dan kurangnya SDA tetapi karena penjajahan. Negara – negara Barat mengonsumsi 81% SDA dunia padahal sebagian besarnya dihasilkan oleh negara – negara dunia ketiga(Asia,Afrika,Amerika latin). Dunia Ketiga hanya mengkonsumsi 3.6 %. Dunia Barat mengkonsumsi 50% sumber daya paling penting di abad ke 21; yakni minyak, padahal mereka memproduksi minyak kurang dari seperempatnya. Sehingga, untuk memenuhi nafsu keserakahannya itu, negara-negara Barat menjajah dan menguras kekayaan alam negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia dan sebagian besar Afrika. Pada tahun 1950-an dan  1960-an, Amerika mulai mengembangkan kebijakan-kebijakan dalam negeri untuk melawan tantangan atas meningkatnya jumlah penduduk di Dunia Ketiga. Peningkatan penduduk di Negara-negara miskin mulai menjadi perhatian para pemerintahan Barat.

Sebuah memorandum dari US National Security Study yang dibuat tahun 1974 oleh the National Security Council atas permintaan Menteri Luar Negeri AS, Henry Kissinger, menyimpulkan bahwa ada empat tipe alasan yang menjadikan pertumbuhan ekonomi di Negara-negara miskin bisa menjadi ancaman bagi keamanan nasional AS :
  • Negara-negara dengan jumlah penduduk lebih besar punya pengaruh politik lebih besar
  • Negara-negara semacam itu akan lebih mampu untuk menolak akses bagi Barat atas sumber-sumber daya yang banyak dimiliki oleh negara-negara Dunia Ketiga
  • Meningkatnya jumlah kaum muda akan bisa menantang struktur kekuasaan global
  • Meningkatnya penduduk bisa merupakan ancaman bagi para investor Amerika di Negara-negara itu.
Upaya untuk mewujudkan gagasan ini adalah langkah lain yang dilakukan Barat yang dimotori AS untuk semakin melemahkan negara-negara berkembang, khususnya negeri-negeri Muslim, dengan cara menekan populasi (jumlah) penduduknya; selain melalui program pembatasan kelahiran melalui program KB, larangan menikah dini, dll. Lalu bagaimana sebenarnya islam memandang penekanan jumlah penduduk yang dilakukan dengan program KB ?

Islam menganjurkan untuk memiliki keturunan yang banyak juga berkualitas. Negara dalam Islam (khilafah Islamiyah) menjamin setiap individu untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan pokok yang bersifat individu berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal, kesehatan,keamanan,dll. Islam juga menjelaskan konsep rizki bahwa Allahlah yang menjamin rizki untuk setiap makhluk yang Dia ciptakan baik hewan melata apalagi manusia. Sehingga yang harus kita lakukan sebagai Muslim adalah tetap berupaya secara maksimal agar dapat memenuhi rizqi melalui tangan-tangan kita sendiri, bukan menggantungkannya pada orang lain. Islam juga melarang boros dan rakus seperti orang-orang Kapitalis.

Islam membolehkan mengatur jarak kehamilan (melalui ‘azl atau menggunakan alat kontrasepsi yang tidak menimbulkan bahaya bagi pasangan suami istri), tetapi bukan membatasi kelahiran dalam bentuk permanen. Pengaturan kelahiran boleh saja dilakukan oleh kaum muslimin dalam skala individu. Setiap pasangan suami istri berhak menentukan jumlah anak dan jarak waktu kelahiran anak-anak mereka sesuai perencanaan masing-masing. Negara tidak perlu melakukan pembatasan kelahiran secara sistemik dalam skala bangsa. Negara wajib memfasilitasi agar setiap keluarga bisa mendapatkan jaminan kesehatan maupun sarana dan prasarana dalam proses melahirkan. Negara (Khilafah Islamiyah) menganjurkan setiap keluarga muslim untuk memperbanyak keturunan tanpa perlu khawatir dalam mencukupi kebutuhan anak-anak mereka. Tidak layak bagi seorang Muslim mempercayai isu over populasi hingga berupaya untuk membatasi jumlah kelahiran dengan KB, penundaan usia nikah, dll. Apalagi jika telah diketahui bahwa isu over populasi merupakan senjata yang digunakan kaum kafir untuk menekan jumlah kaum Muslimin. Tidak layak bagi seorang Muslim yang beriman dan berakal tunduk pada arahan kebijakan kaum kafir yang hanya ingin mengokohkan cengkeraman mereka atas dunia Islam.

Islam memerintahkan Khalifah untuk menyediakan kebutuhan dasar dari penduduknya. Islam menganggap kemiskinan sebagai masalah siapapun di Negara manapun dan pada generasi kapanpun. Kebutuhan dasar dalam Islam didefinisikan atas tiga hal yakni makanan, pakaian dan tempat tinggal. Kemiskinan dalam pandangan Islam adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar itu secara lengkap. Islam menjadikan pemenuhan dan penyediaan kebutuhan-kebutuhan dasar itu suatu hak bagi seseorang yang tidak mampu memperolehnya. Khalifah akan mengembangkan proyek-proyek untuk memastikan ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan atas tiap individu. Khalifah juga memiliki kebijakan pertanian dan memberikan orang-orang yang tidak punya pekerjaan sebidang tanah secara gratis untuk dikembangkan. Perhatian ekonomi Islam akan dicurahkan untuk memastikan adanya distribusi kekayaan yang merata. Sesungguhnya bencana kemiskinan dan kelaparan yang melanda dunia tidak disebabkan oleh over populasi dan tidak ada kaitannya dengan jumlah penduduk dunia yang besar. Semua itu disebabkan oleh kerakusan Negara-Negara Kapitalis dalam mengeruk SDA dunia dan tidak adanya mekanisme distribusi kekayaan yang adil dalam sistem Kapitalisme.

Solusi dari semua permasalahan ini adalah terapkan islam dalam bingkai khilafah, karena hanya islamlah satu-satunya solusi dari permaslahn ini. Masalah kemiskinan dan kelaparan dunia hanya dapat diselesaikan dengan mengembalikan kehidupan islam.     HIDUP SEJAHTERA DALAM NAUNGAN KHILAFAH...
Wallahu'alam bishawab

Oleh: Tya & Rindy

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.