Header Ads

Barat Membentuk Mainan Baru di Libya

Ali Salaabi, seorang pemimpin revolusi Libya mengatakan bahwa ia sedang membentuk partai Islam baru, seperti pendekatan yang diambil di Turki sebelumnya, dan di Tunisia sekarang.

Salaabi mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Inggris “Daily Telegraph” pada hari Kamis (10/11), “bahwa partai barunya itu telah memperoleh dukungan dari sejumlah pemimpin politik dan agama di Libya. Dan sekalipun partainya mendukung bahwa konstitusi baru di Libya berdasarkan syariah Islam, namun partainya akan mengadopsi sistem politik Demokrasi, seperti Partai Keadilan dan pembangunan (AKP) di Turki, dan Partai an-Nahdhah di Tunisia.”



Salaabi menambahkan bahwa gerakannya “bukanlah partai Islam, namun partai nasionalis yang menghormati setiap agenda politik dari prinsip-prinsip umum, yaitu Islam dan budaya Libya.”

Salaabi mengatakan bahwa Abdul Hakim Belhaj, pemimpin Kelompok Islam Libya, dan mantan pejuang penumbang Gaddafi yang sekarang memimpin Dewan Militer di Tripoli, serta tokoh-tokoh aktivis Islam lainnya, seperti Muhammad Bousadra, adalah di antara mereka yang mendukung partai barunya ini, serta beberapa pemimpin suku dan anggota Dewan Transisi Nasional.

Hakikatnya bahwa partai-partai seperti ini tidak dianggap sebagai partai Islam dari aspek akidah dan ideologi. Karena partai ini telah mengadopsi ikatan nasionalisme yang mengeluarkannya dari ikatan Islam; mengadopsi sistem politik demokrasi yang mengeluarkannya dari ikatan ideologis; serta mengadopsi ideologi (selain Islam) yang darinya digali aturan kehidupan.

Seperti partai baru Salaabi ini, maka ia sama sekali bukan sebuah partai Islam, karena ikatannya dibangun berdasarkan nasionalisme Libby dan Arab, tidak dibangun berdasarkan akidah “Lâ Ilâha Illallâh Muhammad Rasulullâh, Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Muhammad utusan Allah”; dan karena sistem pemerintahan yang diadopsinya adalah sistem demokrasi pluralistik, bukan sistem Islam yang berasal dari akidah Islam.

Ini dari aspek pemikiran. Adapun dari aspek politik, maka tidak diragukan lagi bahwa partai-partai seperti ini akan senantiasa didikte oleh Barat dan loyalitas kepadanya. Negara-negara Barat telah mengumumkan sejak sekarang akan pengakuannya terhadap partai-partai, seperti partai Salaabi di Libya, Ghannouchi di Tunisia dan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Ini artinya bahwa telah ada konsensus politik baru antara partai-partai tersebut dengan negara-negara kafir Barat penjajah.

Sedangkan partai yang benar-benar mewakili umat Islam adalah partai yang memutus semua hubungan dengan Amerika dan Barat, serta memperlakukan negara-negara penjajah seperti Inggris, Prancis dan Amerika sebagai musuh umat; dan juga sama sekali tidak menerima sistem demokrasi Barat untuk menjadi pengganti syariah Islam (al-aqsa.org, 10/11/2011)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.