Header Ads

Israel Marah Atas Komentar Hillary Clinton Soal Demokrasi

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton menuai kemarahan pejabat-pejabat pemerintahan Israel. Gara-garanya, mantan ibu negara AS itu menyampaikan kekhawatiran bahwa Israel sekarang kurang demokratis. Istri mantan presiden AS Bill Clinton itu juga menyinggung soal hak-hak kaum wanita di Israel.



Dalam pertemuan tertutup 'Saban Forum' di Washington, DC pada Sabtu, 3 Desember waktu setempat, Hillary mengungkapkan kekhawatirannya akan RUU 'antidemokrasi' yang diajukan para anggota sayap kanan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. RUU tersebut membatasi bantuan bagi organisasi HAM. Hillary menyebut RUU itu mengancam demokrasi Israel.

Hillary juga terkejut ketika mendengar bahwa beberapa bus di Yerusalem memiliki aturan pemisahan penumpang secara gender dan bahwa sejumlah tentara Israel menolak menghadiri event-event di mana kaum wanita akan tampil menyanyi.

Komentar-komentar Hillary itu dimuat oleh banyak media Israel. Menteri Keuangan Israel Yuval Steinitz menyebut komentar-komentar Hillary itu benar-benar berlebihan. Namun diakuinya, pemisahan gender memang terjadi di Israel.

"Namun untuk mengklaim bahwa ada ancaman atas demokrasi Israel adalah sangat keterlaluan," cetusnya seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (5/12/2011).

Menteri Lingkungan Hidup Israel Gilad Erdan melontarkan pernyataan senada. Menurutnya, Hillary harusnya lebih memikirkan permasalahan di negaranya sendiri.

"Pejabat-pejabat terpilih di seluruh dunia harusnya lebih mengkhawatirkan masalah-masalah mereka di dalam negeri," cetus Erdan.

Menteri Dalam Negeri Israel Eli Yishai bahkan denga tegas membela negeri Yahudi itu. Menurutnya, Israel tetap menjadi satu-satunya negara demokrasi di Timur Tengah.

"Saya anggap apapun yang akan dilakukan di sini masih dalam batasan hukum," tegasnya. (detiknews)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.