Header Ads

Membongkar Makar Deradikalisasi

'Jika sekiranya ustadz Abu Bakar Ba’asyir sudah tidak ada sekalipun, maka jangan berharap bahwa perang melawan terorisme berakhir begitu saja. Karena di negeri ini, sudah cukup banyak orang yang mencari sesuap nasi dalam proyek War On Terrorism untuk menjadi bagian dari pembuat narasi, sutradara, lighting, hingga tukang dubbing-nya. Jika perang melawan terorisme tidak lagi dengan cara membunuh, mengebom seperti yang dilakukan Densus 88 ketika menangkap orang yang diduga teroris, maka kedepan akan lahir “bom-bom” pemikiran dan kebijakan yang akan memberangus secara sistematis kelompok atau orang yang dianggap masih mirip dengan ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Karena alasan dasarnya, teroris telah bermutasi dan bermetamorfosis dari waktu ke waktu. Tentu ini adalah alasan “klise” untuk menyembunyikan alasan busuk yang hakiki “memusuhi para pejuang Islam yang hendak menegakkan Islam secara kaffah dalam bingkai negara”. Sekalipun para pejuang hanya bersenjatakan lisan dan tulisan!'


Begitulah salah satu pesan yang disampaikan Harits Abu Ulya dalam bukunya “Antologi, Ustad ABB di Mata Kami” saat memberikan tausiahnya dalam acara Halqah Islam & Peradaban dengan tema “Membongkar Makar Deradikalisasi” yang diselenggarakan oleh HTI Solo Raya di Gedung IPHI Baron Solo Ahad (4/12). Di bagian lain Ustadz Harits Abu Ulya pengurus DPP HTI juga menjelaskan bahwa perang terorisme ini merupakan perang yang digelorakan oleh Amerika Serikat lewat tragedi 9/11 yang tujuan lain adalah untuk menghancurkan stigma Islam.

Anehnya Indonesia sendiri yang merupakan mayoritas muslim tergiur juga dengan konsep yang dimunculkan oleh Amerika dan sekutunya dengan adanya bantuan uang kepada BNPT, Densus 88 dan semua instansi yang mendukungnya. Jujur konsep deradikalisasi yang diusung pemerintah untuk memberangus terorisme ini hanya diperuntukkan untuk umat Islam sedang untuk umat yang beragama lain sampai detik ini tak ada yang diproses.

Dari sisi anggaranpun BNPT diberi bantuan yang lumayan besar yaitu mencapai 146, 7 Milyar. Dengan harapan mampu untuk mengaplikasikan program deradikalisasi yang sebenarnya cacat secara konsep. Sebab sekali lagi yang dijadikan sasaran dalam semua ini adalah umat Muslim.

Ironisnya lagi banyak ormas-ormas besar Islam juga latah menjadi corong dari program deradikalisasi akibatnya fitnah dan tuduhan sering terlontar dari sesama kaum muslimin. Jika ini tak segera diantisipasi bisa jadi perpecahan di tubuh kaum muslimin di Indonesia bisa terjadi. Dan jika itu terlaksana orang kafir akan terpuaskan.

Di akhir acara, saat memberikan keterangan kepada beberapa pers, Ust Harits Abu Ulya yang juga seorang jurnalis meminta kepada semua jurnalis muslim untuk bersatu bergandengan tangan melawan serangan pemikiran dari musuh-musuh Islam yang selama ini terus membabi buta lewat sebuah bentukan opini-opini. (Fujamas/muslimdaily)



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.