Header Ads

Refleksi Akhir tahun 2011: Saatnya Indonesia dipimpin Syariah dan Khilafah

Negara Bermasalah

Dalam kamus wikipedia, Negara gagal ialah negara yang pemerintah pusatnya tidak mampu mengontrol atau menguasai seluruh wilayahnya. Pernyataan ini sejurus dengan kondisi negeri ini. Di mana di tahun 2011, Indonesia semakin terpuruk. Bahkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada pada level 0,617 pada 2011 dengan peringkat 124 dari 187 negara di dunia. Hal ini masih kalah dengan negara Singapura yang menduduki peringkat pertama di kawasan ASEAN untuk kualitas manusia dengan nilai IPM 0,866. Selanjutnya IPM Brunei Darussalam dengan nilai 0,838, disusul Malaysia dengan IPM 0,761, Thailand dengan nilai 0,682, dan Filipina dengan nilai 0,644.



Kenapa demikian terjadi? Ini terlihat dari pendidikan yang mahal. Penekanan hasil kuantitas bukan pada kualitas pedidikan. Kondisi itu semakin diperparah dengan rusaknya bangunan dan sarana pendidikan. Selain itu, metode iklim kurikulum di negeri ini yang tidak punya patokan tetap. Hal ini ditambah pendidikan di negeri ini memisahkan pelajaran akademik dengan agama. Sehingga moralitas pelajar bertambah buruk. Hal yang lain, para pendidik belum dijadikan sebagai sahabat pengembangan pendidikan yang baik, apalagi gaji guru terutama honorer jauh dari harapan.

Data di Kemendiknas menyebutkan, ada 20,9 persen ruang kelas SD yang rusak. Data pada pertengahan 2011 ini, jumlah ruang rusak tersebut setara dengan 187.855 unit dari total ruang SD sebesar 895.761 unit. Sedangkan di SMP, kerusakan ruang belajar juga mencapai 20 persen atau 39.554 unit. Catatan Kemendiknas, jumlah seluruh ruang belajar SMP mencapai 192.029.

Selain itu, angka pengangguran yang tinggi pula menyebabkan Indeks pembangunan manusia indonesia mengalami kemunduran. Tahun 2006, angka pengangguran indonesia mencapai 12,5%. Walau pun pemerintah mengklaim telah terjadi penurunan hingga 7,4% atau 8,6 juta orang. Ini masih terlampau banyak.

Keterpurukan lain dapat terlihat dari kriminalitas. Pada tahun 2010, angka kejahatan atau tindak pidana seluruh Indonesia sebesar 20,28 persen, yaitu berjumlah 274.999 kasus. Perjudian pada angka 36,57 persen. Premanisme, kejahatan jalanan (copet, penodongan), dan pencurian dengan kekerasan turun 24,65 persen. Pencurian biasa 25, 89 persen. Di wilayah Polda Metro Jaya, kasus pemerkosaan 10,7 persen, pemerasan/pengancaman 53,6 persen, penganiayaan berat 19,95 persen, dan pencurian dengan pemberatan 19,69 persen. Adapun pencurian dengan kekerasan 12,4 persen.

Selain itu, disintegrasi mulai terlihat. OPM dan RMS terus saja berusaha menggerogoti. Mereka semakin berani mengibarkan upaya pemisahan dengan negeri ini. Penyebab utamanya adalah tidak adanya keseimbangan pembangunan antar daerah. Otonomi daerah kebablasan. Bahkan 80% otonomi khusus mengalami kegagalan. Semakin memperlihatkan Indonesia berada di ujung kegagalan sebuah negara.

Dalam kasus korupsi, Transparency International meluncurkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index/CPI) tahun 2011. Dalam survei yang dilakukan terhadap 183 negara di dunia tersebut, Indonesia menempati skor CPI sebesar 3,0, naik 0,2 dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,8. Dalam indeks tersebut Indonesia berada di peringkat ke-100 bersama 11 negara lainnya yakni Argentina, Benin, Burkina Faso, Djobouti, Gabon, Madagaskar, Malawi, Meksiko, Sao Tome & Principe, Suriname, dan Tanzania. Sementara untuk kawasan Asia Tenggara, skor Indonesia berada di bawah Singapura (9,2), Brunei (5,2), Malaysia (4,3), dan Thailand (3,4).

Tragedi korupsi di negeri ini amat menyedihkan. Kasus Nazarudin dan juga kasus Gayus Tambunan telah memperlihatkan betapa bobroknya mental pejabat di negeri ini. Semua berlomba meraih kemewahan dengan menghalalkan segala cara.

Kondisi ini belum termasuk dengan jual beli UU dan kinerja wakil rakyat yang buruk. Disusul dengan bencana alam yang silih berganti datang. Caruk maruk tranportasi dan lalu lintas di negeri ini. Aliran sesat yang terus merajalela. Pertikaian dalam pemilukada. Ketidak puasan rakyat dengan pejabat publik. Sehingga bebagai aksi dan demonstrasi bahkan berakhir kepada anarkisme. Negeri ini bena-benar berada pada ribuan masalah yang sepertinya tidak pernah berhenti. Silih berganti.


Saatnya Khilafah Memimpin Dunia

Semua sepakat bahwa kondisi hari ini kita berada dalam kawasan jahiliyah modern. Kondisi dimana aspek ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan, pertahanan dan seluruh aspek jauh dari islam. Hal ini jelas terlihat dari pemaparan yang disebutkan sebelumnya. Misalnya kita perhatikan dari sisi ekonomi, riba masih menjadi basis kegiatan ekonomi. Bahkan dalam hal riba, negara adalah pelaku utamanya dengan terus menumpuk utang luar negeri berbunga tinggi. Tahun 2011 ini saja bunga utang yang harus dibayar Pemerintah adalah Rp 166 Triliun. Bandingkan dengan anggaran Jamkesmas tahun 2011 untuk puluhan juta rakyat miskin yang hanya senilai Rp 6,4 Triliun. Di bidang politik, negeri-negeri kaum Muslim, termasuk negeri ini, juga tidak pernah diperhitungkan oleh negara-negara lain; kecuali sebagai obyek penjajahan. Sumberdaya alam kita menjadi jarahan bangsa-bangsa asing. Di Indonesia, PT Freeport di bumi Papua yang menjarah jutaan ton emas hanyalah salah satu contohnya saja.

Oleh karena itu negeri ini dan dunia butuh tatanan dunia baru. Tatanan yang mampu memberikan arah kebaikan dan mengguncang kapitalisme dan sosialisme yang telah memberikan efek buruk pada dunia. Tatanan yang telah memberikan kesejahteraan dan kejayaan selama 13 abad lamanya. Tatanan yang dipenuhi rahmat dan hidayah. Tatanan yang turun dari Allah SWT. Oleh karena itu kehadiran syariah secara totalitas dan khilafah sebagai institusi yang menjalankannya adalah kebutuhan terpenting.

Sebab Khilafah Islamlah yang akan menerapkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan sekaligus menyebarluaskan hidayah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.

Mari kita segera ubah negeri ini. Beranjak dari keterpurukan menjadi kejayaan dengan islam. Dengan begitu Indonesia akan sejahtera, aman dan unggul dengan islam yang kaffah. Di bawah naungan syariah dan khilafah.

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (QS al-Anfal [8]: 24)

Wallahu’alam bis showwab.


Rizqi Awal


(Redaktur dakwahkampus.com/Koordinator BE BKLDK Nasional)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.