Header Ads

Warga Mesuji, Mereka Menjadi Buruh di Tanah Sendiri

Malang benar nasib warga Mesuji. Kehadiran dua perusahaan perkebunan di kampung mereka, tidak saja dapat menyejahterakan, namun juga berujung petaka.

Selama ini kata Trubus, keberadaan dua perusahaan perkebunan yakni PT Barat Selatan Makmur Investindo (BSMI) dan PT Silva Inhutani tidak membawa dampak kesejahteraan apa-apa bagi masyarakat sekitar. Alih-alih ingin menyejahterakan, yang terjadi adalah eksplotasi.



Komposisi karyawan yang ada di perusahaan lebih banyak diisi oleh para karyawan asing. Sedangkan masyarakat hanya dijadikan tenaga buruh kasar yang diberikan upah tidak layak.

“Gak ada orang kita yang dipekerjakan (menjadi karyawan). Yang ada orang sipit semua. Warga hanya jadi tukang babat rumput,” ujar Trubus kepada Eramuslim.com, Sabtu (12/10).

Mayoritas warga asli Mesuji yang mendiami wilayah terpencil di tepi Sungai Mesuji ini kini merupakan buruh sawit yang diupah Rp 30.000-Rp 35.000 sehari penuh.

Padahal, sebelum perusahaan sawit masuk ke wilayah ini pada 1994, warga setempat masih bisa mengandalkan mata pencarian sebagai pencari ikan dan kayu di hutan rawa mereka yang kini berubah hampir seluruhnya menjadi sawit.

Sebelumnya Trubus sudah berkali-kali mengingatkan masyarakat agar sadar bahwa selama ini warga hanya dieksploitasi oleh perusahaan. “Bayangkan saja, seharian kita bekerja hanya diupah Rp. 30.000. Ini warga juga bodoh, mau saja diupah sedikit itu,” tukas Trubus kesal. (Pz/eramuslim)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.