Header Ads

Video Pembenci Islam itu Gagal Diputar

Sambungan video untuk pidato dari penulis kontroversial Salman Rushdie pada Festival Kesusastraan di Jaipur, India, tidak jadi diputar.

Produser festival, Sanjoy Roy, mengatakan keputusan tersebut disayangkan namun dibutuhkan untuk mencegah kekerasan.

"Kami mendapat tekanan besar. Sebelumnya, pada hari ini juga, sejumlah organisasi datang dan mengancam kekerasan," ujarnya dikutip  BBC.
"Bahkan ketika saya sedang berbicara ini, kami mendapat informasi dari polisi bahwa sekelompok besar orang berkumpul di persimpangan taman kota dan berjalan ke arah Istana Diggi (tempat ferstival berlangsung)," tambahnya.

Para hadirin sudah sempat menunggu di tempat pertunjukan untuk menunggu sambungan video.

Sejumlah umat Islam menilai karya Salman Rushdie yang berjudul The Satanic Verses (Ayat-ayat Setan) merupakan pelecehan agama dan dilarang beredar di India.

Penulis terkenal itu -yang sudah mendapat gelar bangsawan Inggris, Sir- sempat bersembunyi selama beberapa tahun setelah pemimpin Iran, Ayatullah Khomeini, mengeluarkan fatwa untuk membunuhnya.

Ancaman pembunuhan

Pembatalan pemutaran video juga didukung oleh pemilik Istana Diggi, Ram Pratap Singh. "Saya mengambil keputusan untuk tidak membiarkan pemutaran sambungan video berlangsung berdasarkan saran dari kepolisian."

"Banyak orang yang menentang sambungan video itu dan sudah berkumpul di tempat acara," tuturnya.

Salman Rushdie sudah menyatakan mundur dari festival di Jaipur karena adanya informasi tentang ancaman pembunuhan atasnya. Beberapa tahun lalu dia berpartisipasi dalam festival tahunan itu dan tidak terjadi kekerasan.

Pihak penyelenggara kemudian merencanakan pemutaran video rekaman pidato Rushdie sebagai pengganti kehadirannya, namun akhirnya dibatalkan juga.

Unjuk rasa Selasa (24/01/2012) siang waktu setempat diorganisir oleh pemimpin organisasi Islam India, Dewan Milli India, Paiker Farukh.

Dia menuduh Festival Kesusastraan di Jaipur berupaya menampilkan Salman Ruhsdie sebagai seorang pahlawan.

"Kami memiliki hak untuk unjuk rasa dengan cara yang demokratis dan jika umat Islam di Jaipur datang untuk memprotes, Anda tidak bisa mencegah kami. Anda tidak bisa mengarahkan kami, kami bukan orang bodoh," kata Farukh kepada para wartawan di luar Istana Diggi.

Rencananya melalui sambungan video Salman Rushdie akan berbicara tentang bukunya yang berjudul “Midnight's Children” yang mendapat penghargaan buku Booker di Inggris dan kehidupannya.

Dia sempat menuding pihak berwenang di negara bagian Rajasthan memberi 'informasi intelijen yang keliru' sehubungan dengan ancaman atas jiwanya.

Namun kepolisian Rajasthan mengatakan tuduhan Rushdie tidak berdasar dan menegaskan ada informasi yang bisa dikukuhkan sehubungan dengan ancaman tersebut.

Mereka juga akan menyelidiki apakah Sanjoy Roy dan empat penulis melanggar hukum karena membaca kutipan The Satanic Verses di dalam festival.

Sejumlah penulis yang menghadiri festival di Jaipur sudah menyampaikan petisi kepada pemerintah untuk mempertimbangkan larangan terhadap buku karya Rushdie tersebut.

Selasa 24 Januari merupakan hari terakhir festival yang sejauh ini sudah menarik kedatangan 70.000 pengunjung dengan menampilkan para penulis kelas dunia seperti Tom Stoppard, Michael Ondaatje, serta David Hare.

Salman Rushdie lahir di India. Ia mengalami “tekakan” seumur hidup atas ulahnya sendiri di tahun 1989, ketika rezim Iran mengeluarkan fatwa hukuman mati setelah menulis novel "Ayat-ayat Setan" yang memaksanya meminta perlindungan polisi Inggris selama bertahun-tahun hingga ia mengajukan menjadi warga negara Inggris, yang menjadi tempat tinggal utamanya.(hidayatullah)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.