Header Ads

Instruktur olahraga Prancis diskors karena berpuasa

Dewan Muslim Prancis mengecam keputuan dewan kota dan akan membawa kasus ke pengadilan.
Empat orang instruktur Muslim diskors karena berpuasa sementara harus mengajar anak-anak pada perkemahan musim panas di Prancis.


Walikota Genevilliers, tak jauh dari ibukota Paris, mengatakan kontrak untuk mengajar mewajibkan mereka untuk makan dan minum yang disediakan di tempat kerja.

Dewan Muslim Prancis mengecam keputusan dewan kota itu dan menyebutnya sebagai langkah “diskriminatif.”

Dewan mengatakan akan membela para instruktur olahraga itu yang mengajukan banding atas pemecatan mereka di pengadilan.

“Mereka tidak menghargai kontrak mereka dan dapat membahayakan keselamatan fisik anak-anak yang berada di bawah tanggung jawab mereka,” kata pernyataan walikota.

“Tidak ada asupan makanan dan minuman dapat menyebabkan para instruktur ini dalam kondisi prima yang diperlukan untuk menjamin aktivitas di perkemahan berjalan dengan aman,” tambah pernyataan itu.

Diskriminasi agama
Nicole Varet, asisten walikota mengatakan keputusan untuk menskors empat instruktur itu karena insiden tiga tahun lalu yang menyebabkan seorang anak luka parah dalam kecelakaan karena naik mobil yang dikendarai seorang wanita yang berpuasa.

Namun Mohand Yanat, kuasa hukum empat karyawan itu mengatakan kepada kantor berita AFP argumen keselamatan itu hanya dicari-cari.

“Bagaimana Anda dapat memutuskan kapasitas seseorang untuk melakukan pekerjaan berdasarkan praktek agama?” tanya Yanat.

Abdallah Zekri, juru bicara Dewan Muslim Prancis juga berkomentar senada.

“Kebebasan beragama adalah hak fundamental dan Anda tidak boleh melarang seseorang menjalankan agama mereka dengan kondisi apapun,” katanya.

“Kami tengah mempertimbangkan untuk mengajukan kasus ini ke pengadilan untuk mendapatkan jawaban jelas atas pertanyaan kami,” kata Zekri kepada kantor berita AFP.

“Apakah orang memiliki hak untuk tidak makan pada siang hari? Apakah dokter yang berpuasa selama Ramadan membahayakan keselamatan pasien,” tambah Zekri lagi. [bbc/HTIPress/al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.