Efek "Innocence of Muslims", Australia takut kunjungan si anti-Islam Geert Wilders akan timbulkan demonstrasi massa
Rencana kunjungan politisi sayap kanan Belanda Geert Wilders, yang
sangat anti-Islam, telah membuat pemerintahan Australia dilema, karena
takut gelombang protes film anti-Islam yang sangat melecehkan Nabi
Muhammad (shalallahu 'alaihi wa sallam) akan terjadi lagi jika Wilders
bertandang ke Australia.
"Kami tidak ingin melihat Geert Wilders di negara ini," kata seorang
Senator, Ricard Di Natale, kepada ABC News pada hari Selasa (18/9/2012).
"Pandangannya tidak diterima di sini."
Wilders, pemimpin Partai Kebebasan sayap kanan (PVV) berencana untuk mengunjungi Australia bulan depan untuk memberikan pidato di Sydney dan Melbourne.
Namun permohonan visa Wilders ke Australia telah ditunda, padahal dia telah mengajukannya tiga minggu lalu.
Pemerintah Australia sangat khawatir kunjungan Wilders bisa memicu gejolak di negara itu, terutama menyusul protes kaum Muslimin Australia di Sydney beberapa hari lalu terhadap film anti-Islam buatan AS yang berjudul "Innocence of Muslims."
"Kami tidak berpikir dia harus datang," kata Senator Di Natale.
"Pertanyaan terkait apakah dia harus diberikan visa adalah hal yang lain."
Wilders terkenal dengan penentangannya terhadap Islam dan kaum Muslimin, di antaranya dia telah menyerukan pelarangan Al-Qur'an, menganggap Kitab suci umat Islam tersebut adalah buku "fasis."
Pada tahun 2008, Wilders merilis film dokumenter yang menuduh al-Qur'an sebagai pemicu kekerasan.
Terlebih, kunjungan Wilders diorganisir oleh Q Society, sebuah organisasi anti-Islam yang berkampanye menentang "Islamisasi di Australia", di tengah-tengah ketegangan protes film anti-Islam, maka pemerintah Australia takut kunjungan Wilders akan semakin memicu ketegangan dengan umat Islam.
Meskipun demikian, para politisi Australia tetap mempertimbangkan jika Wilders dilarang datang ke Australia maka akan membuat Wilders semakin arogan.
"Saya pikir bahwa dengan menolak memberikan Geert Wilders visa, ada potensi untuk memberikan tujuannya lebih banyak oksigen," kata Senator Di Natale.
"Kami tidak menginginkan itu." [arrahmah/www.al-khilafah.org]
"Pandangannya tidak diterima di sini."
Wilders, pemimpin Partai Kebebasan sayap kanan (PVV) berencana untuk mengunjungi Australia bulan depan untuk memberikan pidato di Sydney dan Melbourne.
Namun permohonan visa Wilders ke Australia telah ditunda, padahal dia telah mengajukannya tiga minggu lalu.
Pemerintah Australia sangat khawatir kunjungan Wilders bisa memicu gejolak di negara itu, terutama menyusul protes kaum Muslimin Australia di Sydney beberapa hari lalu terhadap film anti-Islam buatan AS yang berjudul "Innocence of Muslims."
"Kami tidak berpikir dia harus datang," kata Senator Di Natale.
"Pertanyaan terkait apakah dia harus diberikan visa adalah hal yang lain."
Wilders terkenal dengan penentangannya terhadap Islam dan kaum Muslimin, di antaranya dia telah menyerukan pelarangan Al-Qur'an, menganggap Kitab suci umat Islam tersebut adalah buku "fasis."
Pada tahun 2008, Wilders merilis film dokumenter yang menuduh al-Qur'an sebagai pemicu kekerasan.
Terlebih, kunjungan Wilders diorganisir oleh Q Society, sebuah organisasi anti-Islam yang berkampanye menentang "Islamisasi di Australia", di tengah-tengah ketegangan protes film anti-Islam, maka pemerintah Australia takut kunjungan Wilders akan semakin memicu ketegangan dengan umat Islam.
Meskipun demikian, para politisi Australia tetap mempertimbangkan jika Wilders dilarang datang ke Australia maka akan membuat Wilders semakin arogan.
"Saya pikir bahwa dengan menolak memberikan Geert Wilders visa, ada potensi untuk memberikan tujuannya lebih banyak oksigen," kata Senator Di Natale.
"Kami tidak menginginkan itu." [arrahmah/www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar