Header Ads

Pengaburan Informasi Terkait Baku Tembak Densus 88 dengan Terduga Teroris di Solo

Baku tembak terjadi di jalan Veteran, Tipes, Kecamatan Serengan, Kabupaten Solo, Jum’at malam (31/8/2012) sekitar pukul 21.50 wib antara Detasemen Khusus 88 (Densus 88) Anti Teror Mabes Polri dengan orang yang diduga sebagai pelaku penembakan anggota kepolisian Polsek Serengan di Pos Polisi Plaza Singosaren Solo, Kamis malam (30/8/2012).


Kejadian yang menyedot perhatian warga masyarakat kota Bengawan itu terjadi tepat di sebelah tempat perbelanjaan Lotte Mart. Tak hanya masyarakat Solo, melalui pemberitaan yang sangat cepat baik lewat SMS, BBM, media online, media TV dan sebagainya, kejadian tersebut juga mendapat “tempat” dan perhatian banyak fihak dan kalangan, dalam skala luas yaitu masyarakat Indonesia.

Apalagi jika ada pihak-pihak yang coba mengait-ngaitkan peristiwa teror yang belakang terjadi di kota Solo tersebut merupakan ekses dan “akibat” dari pencalonan Walikota Solo Joko Widodo dalam kancah Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta, maka hal ini tentu saja akan “menambah keseruan” lebih “tragedi” yang menimpa kota Solo.

Terlepas dari hal itu semua, hingga berita ini diturunkan belum ada informasi yang valid dan benar-benar jelas pembuktiannya, baik dari aparat kepolisian maupun instansi terkait (seperti  RS yang menapung para korban) tentang kejadian teror di Solo yang sudah terjadi ke-4 kalinya itu.

Kejadian teror yang pertama kali yaitu penembakan Pos Pam Lebaran 1433 H di Perempatan Geblegan Serengan Solo (17/8/2012), aksi teror ke-2 yaitu pelemparan “Granat Nanas” di kawasan Gladag Solo (18/8/2012), kemudian disusul dengan penembakan Bripka Dwi Data Subekti di Pos Polisi Plaza Singosaren Solo pada Kamis malam (30/8/20120 dan terakhir aksi “koboi” berupa tembak menembak antara tim Densus 88 dengan para terduga aksi teror sebelumnya.

Masih simpang siurnya berita dan pemberitaan siapa saja yang tewasl saat baku tembak tim Densus 88 dengan orang yang diduga sebagai pelaku penembakan anggota kepolisian Polsek Serengan, Bripka Dwi Data Subekti di Pos Polisi Plaza Singosaren Solo, Kamis malam, maka pengungkapan kasus ini hampir sama dengan kasus-kasus “terorisme” sebelumnya, yakni berita hanya bersumber dari pihak Densus 88 dan akan tetap menjadi misteri akan kebenaran yang sesungguhnya.

Sejumlah Kejanggalan

Berdasarkan keterangan salah seorang saksi yang tidak mau disebutkan namanya yang juga warga setempat, ada 2 orang yang berboncengan dengan sepeda motor dan 1 orang lagi bersepeda motor sendirian. Ketiga orang itu disinyalir sebagai pelaku penembakan anggota kepolisian Polsek Serengan, Bripka Dwi Data Subekti di Pos Polisi Plaza Singosaren Solo, Kamis malam (30/8/2012).

Kemudian ada mobil yang tiba-tiba mengejar dan menabrak 2 orang pengendara sepeda motor yang berboncengan. Melihat 2 kawannya tersungkur jatuh, seorang pengendara motor yang sendirian tadi langsung kabur ke arah gang yang berada di sebelah selatan Lotte Mart atau sebelah barat tempat pembuangan sampah.

Melihat ada yang kabur, beberapa orang anggota Densus 88 keluar dari mobil yang menabrak 2 orang berboncengan lalu mengejar salah seorang terduga pelaku teror Solo tersebut. Setelah menembakkan peluru beberapa kali, akhirnya petugas Densus 88 dapat melumpuhkan dan meringkus orang yang berusaha kabur tadi (waktu itu tidak sampai tewas, tapi kalau orang yang berusaha kabur tersebut kemudian disinyalir bernama Mukhlis itu tewas di RS mungkin saja. Sebab waktu diseret banyak darah yang bercucuran).

Sebelum 1 orang terduga pelaku aksi teror di Solo tersebut diseret ke dalam mobil, terlebih dahulu beberapa orang (di duga petugas Densus 88) yang bersenjata lengkap menginjak-injak orang yang berusaha lari tersebut meskipun sudah tidak berdaya lagi.

Di tempat yang sama tapi berbeda beberapa meter dari lokasi “injak-menginjak” tersebut, lantas terjadilah baku tembak antara petugas Densus 88 yang lainnya dengan 2 orang yang sudah jatuh tersungkur tadi akibat ditabrak mobil Densus 88. Baku tembak-pun tak bisa dielakkan, sebab salah satu pelaku yang tersungkur tersebut ternyata membawa senjata api.

Aksi tembak menembak yang berlangsung singkat, sekitar 5 menit itu, akhirnya menewaskan 1 orang yang diduga pelaku aksi teror di Kota Solo yang disebut-sebut bernama Farhan dan 1 orang lagi dari petugas kepolisian yang tertembak di kepalanya dengan nama Bripda Suherman yang mana di media cetak dan elektronik “dikabarkan” sebagai anggota Densus 88.

Menurut informasi di lapangan, justru orang yang disebut-sebut sebagai petugas Densus 88 itulah yang sebetulnya tewas di tempat. Sebab menurut keterangan warga, dialah yang terkena tembakan di kepala dan waktu diangkut temannya (petugas Densus lainnya) dengan cepat-cepat, dia menggunakan baju atau seragam yang hampir sama dengan yang membawa ke mobil. Menurut penuturan warga, pengendara motor itu sedikit masih bisa bergerak.

“Memang saya tidak ngematke (mengalami) dengan seksama mas, sebab kejadiane cepet banget. Cuman sing tak delok ndisek iku wong sing ngango seragam koyok kancane dilebokke mobil ndisek (Cuma yang saya lihat dulu itu, orang yang memakai seragam seperti temannya, dimasukkan kedalam mobil terlebih dahulu-red),” ungkap salah seorang warga lainnya yang minta tidak disebutkan namanya.

Terduga pelaku teror Solo lainnya yang melihat kawannya sedang baku tembak tersebut (yang kemudian disinyalir bernama Bayu) akhirnya lari dan yang sekarang ini disebut oleh beberapa pihak kepolisian khususnya dari Mabes Polri sebagai target pengejaran. Ini terasajanggal, sebab aparat di kota Solo seperti Kapoltabes Solo Kombes Pol. Asdjima’in saja sulit dimintai keterangannya dan belum berani bicara atas insiden tersebut.

Setelah seorang korban luka tembak dari terduga aksi teror Solo (Mukhlis) dan 2 korban meninggal dari Densus 88 (Suherman) serta terduga pelaku teror Solo (Farhan) tersebut dimasukkan ke dalam mobil, petugas yang terlibat baku tembak tersebut lantas segera pergi meninggalkan TKP dengan menyisakan beberapa selongsong peluru yang kemudian berhasil dilihat warga.

Selain meninggalkan beberapa selongsong peluru, aksi baku tembak tersebut juga meninggalkan beberapa keping anggota tubuh manusia yang disinyalir merupakan organ yang ada dalam kepala dan darah yang berceceran dijalan. Warga yang melihat hal tersebut kemudian ada yang mengambil gambar dengan ponselnya.

Tak berselang lama, sejumlah polisi berseragam resmi dan bersenjata lengkap datang bersiaga di lokasi kejadian.

“Tembak menembak cuma sebentar, barangkali 5 menit, ada yang tergeletak di sana dan di sana. Yang mau lari ke gang situ (sambil menunjuk ke arah gang selatan Lotte Mart-red) juga tertembak dan diseret terus diinjak-injak, terus dibawa dengan mobil”, ungkap salah satu warga kepada Kru FAI.

Anehnya pasca olah TKP tidak nampak polisi yang berjaga seperti kejadian di Pos Polisi Plaza Singosaren. Dari kepolisian juga tidak ada pernyataan resmi mengenai insiden tersebut. Akibatnya banyak beredar keterangan yang berbeda-beda mengenai berapa jumlah pelaku dan jumlah korban yang meninggal atau hanya sekedar terluka akibat terkena tembakan.

Bahkan tampak ada orang yang mengaku-ngaku sebagai warga sekitar yang memberikan kesaksian. Hal ini tampak dari gaya bahasanya yang fasih menyebut nama Bripda Suherman yang kemudian diketahui bahwa dia menjadi korban baku tembak yang berasal dari Densus 88.

Sedangkan pada waktu itu (Jum’at malam setelah kejadian baku tembak), warga sekitar tidak ada satupun yang mengetahui nama-nama korban yang jatuh baik dari pihak terduga pelaku teror Solo maupun dari kepolisian dalam hal ini Densus 88. Namun orang tersebut lagi-lagi sangat lancar menyebut nama-nama orang yang disebut sebagai para korban baku tembak.

Warga baru tahu nama-nama korban yang meninggal itu dari tayangan berita di TV  yang secara live menayangkan kejadian baku tembak tersebut. Salah satu stasiun TV swasta yang menayangkan secara live insiden tersebut adalah TV One.

Keanehan lain yang terlihat dari kesaksian orang yang mengaku-ngaku sebagai warga sekitar tersebut adalah ketidak konsistenannya dalam menceritakan kronologi peristiwa baku tembak tersebut. Sebab pada waktu dia berbicara kepada orang lain tentang kronologi insiden tersebut, kebetulan ada warga lain yang mendengar lalu menegur orang yang mengaku sebagai warga sekitar tersebut.

“Ndak, ndak seperti itu mas. Mase dari mana, orang sini bukan?”, tegur salah satu warga yang asli situ kepada orang tersebut. Setelah ditegur, dia-pun pergi dan tak tau kemana. Kru FAI coba untuk mengejarnya, tapi tetap tidak menemukannya. Hendak diambil gambarnya pun waktu  itu dalam keadaan yang cukup gelap, dan kamera digital Kru FAI yang kurang mendukung.

Jadi, dalam beberapa kasus teror di Solo akhir-akhir ini dan khususnya aksi baku tembak yang terjadi Jum’at malam (31/8/2012) di sebelah selatan Lotte Mart, Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan tersebut, memang ada upaya pihak-pihak tertentu yang mengaburkan fakta di lapangan yang dilihat oleh warga sekitar yang melihat secara langsung kronologi kejadian tersebut. [FAI/SIOnline/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.