Ini Dia Cara Densus 88 Munculkan Terorisme
Cara yang dilakukan Densus 88 terhadap orang-orang yang diduga teroris justru akan memunculkan perlawanan-perlawanan orang-orang yang terzalimi.
"Tidak salah kalau ada orang yang berkomentar terorisme itu terkesan menjadi isu yang dipelihara," kata kata Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Haris Abu Ulya kepada itoday, Selasa (30/10).
Menurut Harits, kasus Poso terbaru merupakan fakta di mana orang-orang yang merasa terzalimi melakukan perlawanan. "Apa yang dilakukan Densus 88 disadari atau tidak telah menyemai, menumbuh suburkan dan melestarikan aksi teror oleh orang-orang lama maupun yang baru," ungkapnya.
Ia juga mengatakan, Densus 88 harus profesional dan tidak perlu mengkait-kaitkan dengan agama dan kelompok tertentu. "Kalau ada orang yang melakukan teror, ya tindak saja karena Islam pun tidak membenarkan hal itu. Dan Densus 88 harus berani bertanggungjawab atas tindakan-tindakan exstra judicial killing selama menjalankan proyek kontra-terorisme," ungkapnya.
Harits mengkritik media cetak dan elektronik yang semena-mena melakukan penghakiman secara sepihak atas orang-orang yang terduga teroris.
"Banyak media berusaha mengkaitkan aktifitas teror itu dengan simbol atau nilai-nilai Islam. Dan piciknya, para pekerja dan pemilik media yang phobi Islam itu telah banyak ambil keuntungan materi dengan tanpa peduli telah melecehkan Islam dan para aktifis pejuangnya. Bahkan secara sengaja membantu untuk membangun persepsi khalayak untuk membenci para aktivisnya," papar Harits.
Ia menyarakan, orang-orang yang merasa terdzolimi itu harus berfikir lebih matang untuk menuntut balas apalagi atas nama jihad karena bisa kontra produktif apalagi jika visi-misi yang digelorakan sangat besar yaitu menegakkan syariah.
"Penegakan sistem Islam (daulah Islam) yang akan menjalankan syariah jika caranya dengan aksi-aksi kekerasan akan melahirkan ikhtilaf (perdebatan) serta kontra produktif dan sekalipun sudah pada relnya tidak mengikuti mekanisme Demokrasi jahiliyah, perlu kiranya kembali merujuk kepada tuntunan Rasulullah SAW," pungkasnya. [itoday/www.al-khilafah.org]
"Tidak salah kalau ada orang yang berkomentar terorisme itu terkesan menjadi isu yang dipelihara," kata kata Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Haris Abu Ulya kepada itoday, Selasa (30/10).
Menurut Harits, kasus Poso terbaru merupakan fakta di mana orang-orang yang merasa terzalimi melakukan perlawanan. "Apa yang dilakukan Densus 88 disadari atau tidak telah menyemai, menumbuh suburkan dan melestarikan aksi teror oleh orang-orang lama maupun yang baru," ungkapnya.
Ia juga mengatakan, Densus 88 harus profesional dan tidak perlu mengkait-kaitkan dengan agama dan kelompok tertentu. "Kalau ada orang yang melakukan teror, ya tindak saja karena Islam pun tidak membenarkan hal itu. Dan Densus 88 harus berani bertanggungjawab atas tindakan-tindakan exstra judicial killing selama menjalankan proyek kontra-terorisme," ungkapnya.
Harits mengkritik media cetak dan elektronik yang semena-mena melakukan penghakiman secara sepihak atas orang-orang yang terduga teroris.
"Banyak media berusaha mengkaitkan aktifitas teror itu dengan simbol atau nilai-nilai Islam. Dan piciknya, para pekerja dan pemilik media yang phobi Islam itu telah banyak ambil keuntungan materi dengan tanpa peduli telah melecehkan Islam dan para aktifis pejuangnya. Bahkan secara sengaja membantu untuk membangun persepsi khalayak untuk membenci para aktivisnya," papar Harits.
Ia menyarakan, orang-orang yang merasa terdzolimi itu harus berfikir lebih matang untuk menuntut balas apalagi atas nama jihad karena bisa kontra produktif apalagi jika visi-misi yang digelorakan sangat besar yaitu menegakkan syariah.
"Penegakan sistem Islam (daulah Islam) yang akan menjalankan syariah jika caranya dengan aksi-aksi kekerasan akan melahirkan ikhtilaf (perdebatan) serta kontra produktif dan sekalipun sudah pada relnya tidak mengikuti mekanisme Demokrasi jahiliyah, perlu kiranya kembali merujuk kepada tuntunan Rasulullah SAW," pungkasnya. [itoday/www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar