Header Ads

JAT harap kaburnya Roki tidak jadi alasan intimidasi tahanan lainnya

Larinya pimpinan "Kelompok Jihad" Klaten, Roki Apris Dianto dari tahanan Mapolda Metro Jaya, menimbulkan tanda tanya bagi Jamaah Asharut Tauhid (JAT).

Organisasi yang didirikan oleh Ustadz Abu Bakar Baasyir menduga, kaburnya Mujahidin yang berstatus terpidana "teroris" itu ada unsur rekayasa dari polisi.Karena, kemungkinan kecil seorang tahanan bisa melarikan diri di markas polisi yang dijaga cukup ketat.


"Agak aneh dan janggal kalau seorang tahanan bisa kabur dari markasnya polisi. Jangan Polisi ada main (rekayasa). Tapi, hanya mereka (polisi) yang bisa menjelaskan dan tahu soal ini," kata Juru Bicara JAT Ustadz Sonhadi kepada arrahmah.com, Kamis Pagi (8/11).

Kata Ustadz Son, kenyataan masih banyaknya ikhwan-ikhwan Mujahidin yang berada ditahanan Polda Metro Jaya bahkan hingga puluhan tahun, seperti Mubarak dan Ali Imron menambah kecurigaan tersebut. Pasalnya, kondisi ikhwan-ikhwan yang seolah-olah nyaman di Polda sengaja seperti diciptakan. Padahal sejatinya banyak hak mereka yang dirampas, seperti mendapatkan remisi dan digunakan untuk keperluan penyidikan tanpa mekanisme hukum.

"Saya khawatir kasus pelarian ini dijadikan alasan pula, mengintimidasi dan mempersulit kondisi ikhwan disana (Polda). Saya harap jangan sampai terjadi seperti itu" paparnya

Lebih dari itu, Rekayasa yang dimaksud, kasus kaburnya tahanan itu menjadi pembenaran bagi Densus 88 untuk kembali melancarkan operasi pemberantasan teroris. Mengingat, Roki dikenal sangat ahli dalam merekrut orang-orang untuk diajak masuk ke dalam anggota kelompoknya.

"Jangan sampai seperti kasus Palmerah, ada yang dibiarkan merekrut terlebih dahulu, terus ditangkap ketika sudah banyak yang diajak" ujar Ustadz Son.

Menurut Ustadz Sonhadi, dari pengalamannya saat membesuk Ustadz Ba'asyir di tahanan Mabes Polri, pengamanan yang dilakukan polisi super ketat dan berlapis-lapis.

Namun, jika memang kaburnya tahanan tersebut karena keteledoran petugas, Ustadz Sonhadi meminta Polda Metro Jaya mengevaluasi sistem pengamanan yang diterapkan.

"Polisi harus introspeksi dirilah" tukasnya.

Ustadz Sonhadi mengaku tak mengenal terpidana kasus "terorisme" yang kabur. Namun, dari informasi yang ia peroleh, terpidana tersebut adalah warga Solo, yang sempat aktif di Klaten. [arrahmah/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.