Kebebasan Finansial Bukan Ukuran Kesuksesan Wanita
Kesuksesan
wanita tidak bisa disamakan dengan kesuksesan pria, dan hanya khilafah
Islam yang dapat memberikan perlindungan sepenuhnya kepada wanita.
Demikian menurut para pembicara dalam konferensi perempuan internasional
yang diselenggarakan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (M-HTI), Sabtu
(22/12/2012) di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta.
Dalam pidatonya berjudul “Pemberdayaan atau eksploitasi melalui ketanagakerjaan? Menganalisi model Barat tentang perempuang sukses”, Umm Yasin perwakilan dari Hizbut Tahrir kawasan Eropa menjelaskan bahwa tolak ukur kesuksesan yang dijejalkan kepada wanita Muslim sekarang ini adalah kesuksesan ala Barat, berdasarkan berapa banyak uang yang dapat dihasilkan oleh seorang perempuan yang bekerja.
Padahal, kata wanita yang berpengalaman bertahun-tahun sebagai guru bahasa Inggris itu, uang tidak selalu membawa kebahagiaan. Dia mencontohkan kehidupan wanita di Barat yang bekerja dan menghasilkan uang, tetapi pada saat yang sama justru menderita karena mengalami berbagai perlakuan buruk. Pelecehan atas wanita terjadi setiap hari di Inggris dan Amerika Serikat dalam hitungan menit.
Ditemui hidayatullah.com usai
berpidato, Umm Yasin mengatakan bahwa pemerintah yang baik adalah
pemerintahan Muslim yang melindungi hak wanita sesuai syariat Islam.
“Siapapun pemerintahnya, meskipun dipimpin oleh seorang Muslim, jika
bukan khilafah maka penguasa itu tidak dianggap baik menurut Islam,”
katanya.
Sementara itu dalam jumpa pers, menanggapi pertanyaan hidayatullah.com seputar diskriminasi kerja yang dialami Muslimah Inggris sampai-sampai ada yang terpaksa melepas jilbab demi mendapat pekerjaan, Dr Nazreen Nawaz sebagai central media representative dari Hizbut Tahrir menegaskan bahwa hal tersebut merupakan bukti nyata rusaknya sistem kapitalis Barat, yang mana kasus seperti itu tidak akan terjadi dalam khilafah Islam. Barat, kata wanita yang menetap di Inggris itu, di satu sisi memberikan kebebasan kepada Muslim, namun di sisi lain menekannya.
Sayangnya, tidak ada program nyata dari Hizbut Tahir untuk membantu wanita Muslim (dalam hal ini di Inggris) untuk mendapatkan pekerjaan.
“Hizbut Tahrir adalah partai politik,” kata Nawaz memberi alasan, seraya menjelaskan bahwa organisasinya tidak menangani program semacam itu. Namun, tentu saja ada pengusaha-pengusaha Muslim yang secara individu membantu memberikan pekerjaan kepada warga Muslim di Inggris, katanya lagi.
Seperti diketahui, Konferensi Perempuan Internasional yang diadakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia membahas penderitaan yang melanda kaum perempuan di berbagai belahan dunia diselenggarakan untuk kedua kalinya. Acara pertama diselenggarakan di Tunisia pada bulan Maret 2012.
Ikut hadir dalam acara ini peserta dari belahan dunia seperti Afrika, Australia, Timur Tengah, Inggris, Malaysia, dan tentunya termasuk Indonesia.[hidayatullah/www.al-khilafah.org]
Dalam pidatonya berjudul “Pemberdayaan atau eksploitasi melalui ketanagakerjaan? Menganalisi model Barat tentang perempuang sukses”, Umm Yasin perwakilan dari Hizbut Tahrir kawasan Eropa menjelaskan bahwa tolak ukur kesuksesan yang dijejalkan kepada wanita Muslim sekarang ini adalah kesuksesan ala Barat, berdasarkan berapa banyak uang yang dapat dihasilkan oleh seorang perempuan yang bekerja.
Padahal, kata wanita yang berpengalaman bertahun-tahun sebagai guru bahasa Inggris itu, uang tidak selalu membawa kebahagiaan. Dia mencontohkan kehidupan wanita di Barat yang bekerja dan menghasilkan uang, tetapi pada saat yang sama justru menderita karena mengalami berbagai perlakuan buruk. Pelecehan atas wanita terjadi setiap hari di Inggris dan Amerika Serikat dalam hitungan menit.
Mencapai kebebasan finansial bukan berarti mendapatkan keamanan
finansial, kata lulusan psikologi Universitas Westminster, Inggris itu.
Oleh karena uang yang dihasilkan akan dipergunakan lagi untuk membiayai
berbagai macam pengeluaran, seperti kebutuhan sehari-hari dan membayar
sekolah anak, jelasnya.
Sementara itu dalam jumpa pers, menanggapi pertanyaan hidayatullah.com seputar diskriminasi kerja yang dialami Muslimah Inggris sampai-sampai ada yang terpaksa melepas jilbab demi mendapat pekerjaan, Dr Nazreen Nawaz sebagai central media representative dari Hizbut Tahrir menegaskan bahwa hal tersebut merupakan bukti nyata rusaknya sistem kapitalis Barat, yang mana kasus seperti itu tidak akan terjadi dalam khilafah Islam. Barat, kata wanita yang menetap di Inggris itu, di satu sisi memberikan kebebasan kepada Muslim, namun di sisi lain menekannya.
Sayangnya, tidak ada program nyata dari Hizbut Tahir untuk membantu wanita Muslim (dalam hal ini di Inggris) untuk mendapatkan pekerjaan.
“Hizbut Tahrir adalah partai politik,” kata Nawaz memberi alasan, seraya menjelaskan bahwa organisasinya tidak menangani program semacam itu. Namun, tentu saja ada pengusaha-pengusaha Muslim yang secara individu membantu memberikan pekerjaan kepada warga Muslim di Inggris, katanya lagi.
Seperti diketahui, Konferensi Perempuan Internasional yang diadakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia membahas penderitaan yang melanda kaum perempuan di berbagai belahan dunia diselenggarakan untuk kedua kalinya. Acara pertama diselenggarakan di Tunisia pada bulan Maret 2012.
Ikut hadir dalam acara ini peserta dari belahan dunia seperti Afrika, Australia, Timur Tengah, Inggris, Malaysia, dan tentunya termasuk Indonesia.[hidayatullah/www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar