Header Ads

Catatan dari Seminar “Budaya Visual dan Perubahan Global”

Belum banyak kajian budaya visual dikaitkan dengan konteks yang agak jauh, misalnya ranah politik, ekonomi dan sebagainya. Padahal itu penting, sebab kita, sebagai individu maupun insan seni rupa tidak bisa lepas dari ranah-ranah tersebut. Demikian yang disampaikan moderator dalam seminar “Budaya Visual dan Perubahan Global”, di Gedung Sasana Ajiyasa Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, Senin, 11 Maret 2013 kemarin, pukul 12 hingga 15.


Faktor hari ‘kejepit’ nampaknya tidak mengurangi antusiasme peserta menghadiri kegiatan yang digagas KMI ISI Jogja dan Hizbut Tahrir Chapter Kampus ISI ini. Tidak kurang 170-an peserta hadir memenuhi ruangan. Kebanyakan merupakan pegiat seni rupa, di lingkungan ISI dan sekitarnya, baik mahasiswa, dosen, maupun umum. Turut hadir Pembantu Dekan I dan II, dan Dekan Fakultas Seni Rupa yang memberi sambutan.

Latar belakang dari acara ini adalah melihat kenyataan aktual atas kejadian-kejadian penting di tingkat lokal dan global. Occupy Wallstreet yang mengagetkan jagad ekonomi, serta Arab Spring yang terus bergulir sejak 2011 silam, contohnya. Keberadaannya pun bisa diamati dari banyak perspektif, termasuk seni rupa. Demikian ungkap ketua panitia dalam undangan resminya. Dekan FSR, Dr.Suastiwi, M.Des dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini adalah sebuah inisiatif bagus dari mahasiswa KMI yang harapannya bisa meramaikan atmosfer akademik yang ada di Fakultas Seni Rupa.

Seminar ini menghadirkan dua pembicara. Pembicara pertama adalah Deni Junaedi, S.Sn MA (dosen Seni Murni ISI, dan MSD, jurnalis Majalah Visual Art), membawakan makalah berjudul “BENDERA KHILAFAH; Representasi Budaya Visual dalam Perubahan Global”. Sedangkan pembicara kedua adalah Andika Dwijatmiko,S.Sn (CEO Syafaat Marcomm, Education Director ADGI), membawakan materi berjudul “Menjadi Mahasiswa Mediocre/Masterpiece”, dengan dimoderatori Aruman,S.Sn,MA (dosen Kriya Seni ISI).

Dalam penutupannya, moderator menggarisbawahi bahwa kita saat ini hidup di era global. Seluruh ide berseliweran disana dan tak terbendung lagi. Dulu ide bisa dibatasi dengan jarak dan sekat negara, sekarang tidak bisa. Bagaimanapun negara coba menghalangi, orang punya cara untuk menyebarkannya, bahkan sampai masuk ke kamar-kamar kita. Karena itu terhadap perubahan global ini kita tidak boleh diam dan masa bodoh. Sebab jika tidak kita akan ‘dimakan’ oleh perubahan itu.

“Sebagai mahasiswa seni muslim, kita juga harus membekali diri dengan agama, jika tidak kita akan menjadi korban. Karya kita pun menjadi tidak berkarakter, tidak bisa dibedakan antara seniman beragama dan tidak beragama”, pungkasnya. [Ridwan][www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.