Ba'asyir: Islam Harus Diamalkan Secara Murni dan Kaffah dalam Bingkai Khilafah
Dari dalam penjara paling angker di
Indonesia, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir tak surut menyuarakan perjuangan
menegakkan Syariat Islam.
Menurutnya, prinsip khilafah ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ma’idah 55 dan An-Nisa’ 59. [voa-islam/www.al-khilafah.org]
Kepada para Relawan Infaq Dakwah Center
(IDC) Voa-islam yang membezuknya, Ustadz Abu, sapaan akrabnya,
menitipkan wasiat tertulis untuk disebarluaskan kepada kaum Muslimin di
luar penjara.
Dalam taushiyah tulisan tangan sebanyak tiga lembar itu, Ustadz Abu menyampaikan tiga prinsip dalam mengamalkan Dinul Islam.
Prinsip pertama, menurut Ustadz Abu, adalah mengamalkan Islam secara murni tanpa dikotori oleh ideologi dan ajaran apapun.
“Islam wajib diamalkan secara murni,
syaratnya tidak boleh dicampur dengan ajaran atau ideologi ciptaan akal
manusia seperti: demokrasi, sosialisme, nasionalisme, Pancasila dan
lain-lain,” jelasnya sembari mengutip Al-Qur'an surat Al-An'am 153.
“Sebab Dinul Islam adalah haq wahyu Allah, sedangkan semua ideologi
ciptaan manusia adalah batil wahyu syaitan,” tambahnya.
Dalam penjelasannya, Ustadz Abu mengutip
hadits riwayat Imam Ahmad bin Hanbal. Suatu ketika Rasulullah SAW
membuat garis dengan tangannya kemudian beliau mengatakan: “Ini adalah
jalan Allah yang lurus.”
Lalu beliau memberikan ilustrasi dengan
membuat garis di sebelah kanan dan kirinya, kemudian beliau bersabda:
"Jalan-jalan ini tidak ada satu jalan pun dari jalan-jalan tersebut
melainkan di atasnya terdapat syaitan yang mengajak ke jalan itu."
Kemudian beliau membaca ayat: “Yang Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya" (Al-An'am 153).
Prinsip yang kedua, lanjut Ustadz Abu, adalah mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah).
“Islam wajib diamalkan secara kaffah
yakni keseluruhan, tidak boleh dipotong-potong yakni ada yang diamalkan
dan ada yang ditolak. Mengamalkan syariat Islam secara sepotong-potong
adalah langkah syaitan yang dimurkai Allah SWT,” terangnya sembari
mengutip Al-Qur'an surat Al-Baqarah 208.
Terakhir, yang ketiga, jelas Ustadz Abu,
Islam harus diamalkan dalam bingkai Khilafah Islamiyah. “Islam wajib
diamalkan dalam negara Islam atau Khilafah Islamiyah, sebab pemimpinnya
orang Islam itu hanya Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang
taat,” tegasnya. “Maka setiap Muslim hanya wajib mentaati Allah,
Rasul-Nya dan ulil amri mukmin yakni pemimpin negara Islam atau
khalifah.”
Menurutnya, prinsip khilafah ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ma’idah 55 dan An-Nisa’ 59.
Lalu beliau memberikan ilustrasi dengan
membuat garis di sebelah kanan dan kirinya, kemudian beliau bersabda:
"Jalan-jalan ini tidak ada satu jalan pun dari jalan-jalan tersebut
melainkan di atasnya terdapat syaitan yang mengajak ke jalan itu."
Kemudian beliau membaca ayat: “Yang Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya" (Al-An'am 153).
Prinsip yang kedua, lanjut Ustadz Abu, adalah mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah).
“Islam wajib diamalkan secara kaffah
yakni keseluruhan, tidak boleh dipotong-potong yakni ada yang diamalkan
dan ada yang ditolak. Mengamalkan syariat Islam secara sepotong-potong
adalah langkah syaitan yang dimurkai Allah SWT,” terangnya sembari
mengutip Al-Qur'an surat Al-Baqarah 208.
Terakhir, yang ketiga, jelas Ustadz Abu,
Islam harus diamalkan dalam bingkai Khilafah Islamiyah. “Islam wajib
diamalkan dalam negara Islam atau Khilafah Islamiyah, sebab pemimpinnya
orang Islam itu hanya Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang
taat,” tegasnya. “Maka setiap Muslim hanya wajib mentaati Allah,
Rasul-Nya dan ulil amri mukmin yakni pemimpin negara Islam atau
khalifah.”
Tidak ada komentar