Header Ads

Faktor Islam Pada Revolusi Suriah Menyulitkan Amerika

Amerika Serikat  menyadari karakter Islam pada kelompok pejuang Islam di Suriah telah menjadi dilema besar bagi negara itu. kedekatan pejuang Islam dengan masyarakat membuat mereka mendapat simpati dan dukungan dari rakyat. Sementara Amerika Sendiri, khawatir dengan para pejuang Islam yang menginginkan pemerintahan Islam yang menerapkan syariah Islam.


Seperti yang dirilis Seattle Times (28/4) di kota terbesar Suriah, Aleppo, para pejuang Islam bersinergi untuk mengkontrol took-toko roti dan mengepalai pengadilan yang memberlakukan hukum Islam. Di tempat lain, mereka telah merebut ladang-ladang minyak pemerintah, dengan menempatkan banyak karyawannya untuk kembali bekerja dan mengambil keuntungan dari minyak mentah dihasilkan.

Di seluruh Suriah, wilayah-wilayah yang dikuasai pejuangan Islam ditandai oleh pengadilan-pengadilan Islam yang dikelola oleh para pengacara dan ulama, dan oleh brigade tempur yang dipimpin oleh para pejuang Islam.

Bahkan Dewan Militer Agung, yang diklaim dalam Barat sebagai organisasi payung para pejuang anti Assad bentukan Barat yang berharap dapat mengesampingkan kelompok-kelompok yang dianggap radikal, dipenuhi dengan para komandan yang ingin menerapkan hukum Islam dalam pemerintahan Suriah di masa depan.

Tidak ditemukan di dalam wilayah yang dikuasai para pejuang Suriah seorang pejuang sekular yang mau berbicara tentang masalah ini.

Ini adalah masalah yang dihadapi oleh Presiden Obama saat dia mempertimbangkan bagaimana menanggapi munculnya bukti bahwa para pejabat Suriah telah menggunakan senjata-senjata kimia.

Jabhah al Nusroh adalah kelompok pejuang Islam yang paling terkenal yang dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, namun kelompok-kelompok lain juga berbagi aspek ideologi Islam yang sama pada berbagai tingkatan.

Karakter Islam kelompok pejuang Islam mencerminkan konstituen utama dari perjuangan bersenjata melawan rezim bengis Assad di wilayah sunni yang kebanyakan wilayah yang terpinggirkan.

Ketika pemberontakan bersenjata dimulai, para pembelot yang berasal dari tentara sekuler pemerintah membentuk barisan terdepan. Gerakan pejuang telah berkembang untuk memasukkan para pejuang dengan berbagai pandangan, yang berusaha mendirikan sebuah pemerintahan Islam, yang hukum Islam ditegakkan di banyak negara Arab

Sebagian besar perhatian Amerika Serikat jatuh pada Jabhah al Nusro. Kelompok lain yang menonjol, Ahrar al-Sham, memiliki kesamaan ideologi dengan Nusra namun sebagian besar anggotanya adalah orang Suriah.

Kedua kelompok itu adalah yang paling aktif di utara dan timur dan secara luas dihormati di kalangan para pejuang lainnya karena kemampuan tempur mereka dan banyaknya gudang senjata mereka, yang banyak diberikan oleh para pendonor yang bersimpati di kawasan Teluk.

Dan kedua kelompok itu berkampanye memimpin serangan merebut pangkalan militer, bendungan di Sungai Efrat dan ibukota provinsi provinsi Raqqa pada bulan Maret, satu-satunya ibukota wilayah yang sepenuhnya dikuasai oleh pasukan pejuang.

Karena banyaknya  apa yang disebut oleh Barat sebagai “kaum ekstremis”  di kalangan pejuang, Amerika Serikat berusaha membatasi pengaruh mereka, pertama dengan menjadikan al-Nusro sebagai sebuah organisasi teroris, dan kemudian dengan mendorong dibentuknya Dewan Agung Militer yang terkait dengan kelompok oposisi dalam pengasingan, yakni Koalisi Nasional Suriah.

Meskipun dipimpin oleh seorang pembelot militer, Jenderal Salim Idris, Koalisi telah menyertakan para pemimpin dari banyak batalyon Islam. Satu kelompok yang disebut Front Pembebasan Suriah telah berintegrasi dengan koalisi, yang banyak dari anggotanya berkaitan erat dengan Front Islam Suriah, kelompok lain mencakup Ahrar al-Sham, menurut laporan terbaru oleh O’Bagy dari Institut Studi Perang. (rz)[htipress/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.