Header Ads

Keji, Basari mati tanpa di tembak Densus 88, ditemukan bekas-bekas penganiayaan pada jenazahnya


Ustadz Basari telah dikuburkan di kampung halaman istrinya, Desa Sidorejo, Kabupaten Batang Jawa Tengah, Selasa siang. Namun teka-teki penyebab kematiannya menjadi absurd. Pasalnya tidak ditemukan bekas luka tembak ditubuh jenazahnya.



Hal ini disampaikan beberapa saksi yang melihat jenazah Basari  ketika melihat di Rumah Sakit Polri Sukanto Jakarta Selatan [20/05/2013] maupun di rumah duka di daerah Buntusari Sidorejo Gringsing Batang [21/05/2013].

Beberapa saksi mata yang menyaksikan kondisi jenazah Basari ,dalam laporannya kepada The Islamic Study and Action Centre (ISAC), menyebutkan bahwa jenazah Basari mengalami bekas-bekas penyiksaan. Jenazah Basari terdapat luka di bagian pundak tulangnya kelihatan lepas, ada bekas luka di dada dan wajah Basari remuk dan lebam.

Menurut laporan ISAC, yang diterima redaksi arrahmah.com pagi ini, Rabu (22/5/2013), menyebutkan kematian Basari tidak wajar, Basari bisa jadi telah ditangkap hidup sebelumnya, kemudian ada “perlakuan khusus” dari anggota Polri yang menyebabkan bagian pundak tulangnya kelihatan lepas, ada bekas luka di dada dan wajah Basari remuk dan lebam. Dengan tidak ditemukan luka tembak ditubuh Basari, mengundang spekulasi bahwa telah terjadi penganiayaaan, penyiksaan, bahkan bisa dikategorikan sebagai pembunuhan berencana terhadap Basari yang dilakukan anggota Polri.

Hal ini tentunya bertolak belakang dengan pernyataan polisi tentang kematian beberapa orang yang ditembak oleh Densus 88. Dalam konferensi persnya dan banyak dikutip berbagai media masa bahwa kematian 7 orang terduga teroris karena baku tembak. Ketujuh orang tersebut termasuk adalah Basari yang menurut keterangan polisi ditembak mati dalam kontak senjata dengan tim Densus 88 Antiteror di Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah.

Dalam pada itu, Ahmad Michdan, pengacara yang setia menemani muslim korban Densus 88, memang menyayangkan tidak ada visum et repertum dari lembaga independen dan akurat  yang bisa menjadi rujukan atas peristiwa semacam ini. Hal ini lantaran belum adanya lembaga tersbut di Indonesia. Padahal para ahli forensik, dengan ilmu yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepadanya, bisa mengetahui sebab kematian korban-korban Densus 88. Ini untuk mengungkap aktor-aktor dan skenario kejahatan terhadap kaum muslim Indonesia. [arrahmah/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.