Header Ads

Dunia Di Ambang Resesi Dahsyat?

Amerika Serikat kembali bikin ketar-ketir perekonomian global. Setelah menyebabkan kehebohan dengan terjadinya fiscal cliff alias pengetatan anggaran disertai kenaikan pajak, quantitative easing tapering off atau penghentian stimulus moneter, dan kemudian government shutdown atau penonaktifan sejumlah fungsi pemerintahan, kini Amerika terancam gagal bayar utang alias default.


Kementerian Keuangan AS atau US Treasury akan mulai kehabisan dana pada Kamis besok jika tidak ada kesepakatan seputar anggaran baru antara pemerintah dan kongres. Pemerintah AS pun terancam tidak bisa membayar kewajiban surat utang mereka atau default. Setiap pekan, rata-rata Amerika Serikat harus menyiapkan dana US$ 100 miliar untuk membayar kewajiban obligasi.

Persoalan ini masih ada kaitannya dengan belum tercapainya kesepakatan antara pemerintah dengan kongres seputar anggaran negara 2013-2014. Ini pula yang menyebabkan penutupan pemerintahan baru-baru ini.

Anggaran tahun fiskal berakhir pada 30 September 2013. Tetapi pembahasan anggaran baru buntu gara-gara sikap Partai Republik di kongres yang menentang program jaminan kesehatan atau yang sering disebut dengan Obama Care. Kongres juga belum satu suara soal kenaikan batas utang yang saat ini mencapai US$ 16,7 triliun.

Jika masalah ini berlarut-larut, Amerika pun berada dalam bayangan default. Jika itu terjadi, dampaknya akan sangat luar biasa bagi pasar finansial. Bahkan Christine Lagarde, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), menyatakan hal tersebut akan menyebabkan resesi global.

“Ini akan menjadi gangguan besar bagi seluruh dunia. Kita semua akan berada di ambang resesi,” tegas Lagarde seperti dikutip kantor berita BBC.

Senada dengan IMF, Bank Dunia pun memperingatkan hal serupa. Jim Yong Kim, Presiden Bank Dunia, mengatakan perekonomian global sedang menghitung hari di mana sesuatu yang besar akan terjadi.

Kita hanya berjarak beberapa hari dari momen yang sangat berbahaya. Ini bisa menjadi bencana global,” kata Kim.

Oleh karena itu, baik Lagarde maupun Kim berharap AS bisa menyelesaikan masalah mereka sebelum Kamis ini. “Semakin dekat ke tenggat waktu itu, dampaknya akan semakin terasa. Suku bunga akan naik, kepercayaan jatuh, dan pertumbuhan melambat,” tutur Kim.

Akhir pekan lalu, kubu Republik dan Demokrat mencoba berunding soal masalah yang menimpa negara mereka. Dick Durbin, Senator dari Illinois yang merupakan seorang Demokrat, berharap setidaknya perundingan ini bisa mencapai kesepakatan soal batas utang terlebih dulu dan hal-hal lain bisa menyusul kemudian. Langkah ini diharapkan mampu meredam kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan gagal bayar.

Namun, Gedung Putih sepertinya tidak sepakat dengan upaya jangka pendek ini. “Sepertinya tidak begitu bijak. Menaikkan batas utang hanya memberi sentimen positif selama beberapa bulan, tetapi tidak mencegah kita untuk default. Padahal default ini seperti disengaja,” kata Presiden Barack Obama sembari menyindir sikap kubu Republik.

Kubu Republik pun masih berkukuh dengan pandangan mereka. “Presiden melakukan hal yang tidak bertanggung jawab karena mencoba membuat pasar ketakutan,” tegas Rand Paul, Senator Republik dari Kentucky. [detikfinance/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.