Header Ads

Gema Pembebasan DIY : Lawan Penjajahan Dan Spionase Negara Teroris Amerika

Sebanyak lebih dari 80 mahasiswa yang tergabung dalam GEMA Pembebasan Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan “Aksi Damai : Lawan Penjajahan dan Tindakan Spionase Ala Negara Teroris Amerika” pada Sabtu (9/10) . Aksi yang dimulai tepat pada pukul 15.15 WIB di depan kampus UIN Sunan Kalijaga kemudian melakukan aksi longmarch menuju Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan terakhir ke Universitas Gadjah Mada. Dalam aksi ini, nampak beberapa perwakilan mahasiswa dari berbagai kampus diantaranya UGM, UIN SUKA, UNY, ISI, dan beberapa kampus lainnya.



Turunnya massa GEMA Pembebasan Daerah Istimewa Yogyakarta ini dilatarbelakangi indikasi kuat akan adanya tindakan spionase dan penyadapan terhadap jalur komunikasi baik melalui telepon maupun SMS. Indikasi kuat tersebut didapatkan dari hasil laporan salah satu media berita Australia, Sydney Morning Herald yang menyebutkan bahwa Amerika Serikat mempunyai fasilitas penyadapan yang dipasang di 90 titik Kedutaan Besar AS, salah satu diantaranya yaitu di Jakarta, Indonesia. Selain itu juga, laporan dari media massa Der Spiegel mencengangkan bahwa Amerika Serikat telah melakukan penyadapan terhadap Kanselir Jerman, Angela Markel. Sehingga aksi penyadapan yang dilakukan oleh Amerika Serikat itu mendapatkan kecaman dari berbagai negara di Uni Eropa bahkan dunia. Namun anehnya, pemerintah Indonesia seperti diam saja, tidak ada reaksi yang sangat keras terhadap aksi tersebut hanya mengharap agar kejadian seperti itu tidak terulangi kembali.

Kejadian yang sungguh miris itulah yang melatarbelakangi massa GEMA Pembebasan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk turun dan menuntut penghentian hubungan dan penutupan Kedubes Amerika Serikat di Jakarta.

“Indikasi kuat bahwa adanya penyadapan dan spionase oleh Amerika terhadap berbagai pemimpin dunia salah satunya Indonesia adalah bukti bahwa Amerika adalah negara teroris, mereka melakukan tindakan keji apapun untuk melanggengkan kekuasaan dan kedigdayaannya. Ini harus dilawan dan dihentikan”, ujar Ahmad perwakilah dari UIN Sunan Kalijaga. Tidak jauh berbeda dengan itu orator kedua, Ramdhani dari UGM menyebutkan, “Apa yang terjadi dengan Indonesia adalah hasil dari kebijakan menerapkan Kapitalisme dan Demokrasi, padahal sudah jelas system itulah yang menyebabkan Indonesia terjajah terus dalam berbagai bidang. Apakah kita semua mau dijajah terus? Sungguh Allah telah menerangkan apakah kita akan beriman dengan sebagian Kitab (Al Qur’an) dan mengingkari sebagian yang lain? Maka, tutup Kedubes Amerika Serikat di Jakarta”.

Dalam pantauan mengikuti aksi ini, terlihat barisan massa yang rapi saat longmarch melalui jalan – jalan protokoler, meski tidak Nampak dari pihak kepolisian yang mengiringi perjalanan namun sungguh aksi kali ini bisa menjadi contoh untuk berbagai pergerakan mahasiswa saat melakukan aksinya.

Massa pun berhenti di depan kampus Universitas Negeri Yogyakarta, di depan kampus biru itulah salah satu orator menyebutkan, “Dalam Islam tidak diperbolehkan bahkan haram menjalin kerjasama dengan negara kafir harbi fi’lan, negara yang benar – benar memusuhi Islam dan membunuhi umat Islam, negara itulah Amerika Serikat. Maka wajib bagi negara yang mayoritas umat Islam ini untuk menghentikan dan memutuskan hubungan dengan negara teroris Amerika Serikat. Dan segera menegakkan hokum – hokum Allah SWT yaitu syariah-Nya dalam naungan Khilafah”. Maka secara serempak massa pun menyambut dengan pekikan “Khilafah. . . Khilafah . . . Khilafah!”.

Sesampainya di bundaran UGM, massa langusng menempati tempat di sekeliling bundaran dengan rapi, dilanjur dengan orasi selanjutnya yang merupakan perwakilan dari mahasiswa UNY, “Sungguh, fakta – fakta ini harusnya membuka mata bagi para masyarakat di Indonesia terlebih lagi para mahasiswa dan intelektual muslim untuk berjuang bersama kami menuntut penutupan Kedubes AS dan pengusiran AS dari negeri tercinta ini. Karena GEMA Pembebasan yakin bahwa negeri ini akan sejahtera saat aturan – aturan Allah diterapkan”, ujar Zulkarnain.

Salah satu orasi yang menarik perhatian yaitu dari saudara Vier, perwakilan dari Hamfara, “Hanya satu kata untuk Amerika Laknatullah, LAWAN!!! LAWAN!!! LAWAN!!! Karena hanya dengan itu kita tidak akan dijajah lagi. Saatnya para mahasiswa bergabung dengan kami untuk melawan Amerika Serikat, usir mereka dan sistemnya dari negeri ini”. Maka saat itu para massa pun menyambut seruan itu dengan takbir.

Orasi selanjutnya disampaikan dari masing – masing perwakilan dari Insititut Seni Indonesia Yogyakarta dan IST Akprind Yogyakarta dengan menekankan bahwa pentingnya mahasiswa dan umat Islam bersatu untuk menegakkan Khilafah. Karena Khilafahlah satu – satunya institusi yang mampu mensejahterakan dan menjaga keamanan bagi warga dan negaranya.

Diakhir sesi aksi kali ini, seperti biasa ditutup dengan pembacaan press release oleh Ketua GEMA Pembebasan Daerah Istimewa Yogyakarta, Widjie Nurcahyo. Dalam pembacaan press release tersebut, Widjie menekankan bahwa Pemerintah Indonesia harus mencabut izin pembangunan gedung Kedubes AS di Jakarta dan menutupnya karena itu menjadi symbol dan hegemoni AS untuk selalu menjajah negeri ini. Tapi apabila pemerintah tidak melakukan hal itu, maka hal ini juga menjadi bukti bahwa pemerintah tunduk pada tekanan negara penjajah dan teroris AS. Selanjutnya mengajak kepada seluruh umat Islam, baik rakyat maupun mahasiswa untuk sungguh – sungguh dan menolak segala bentuk penjajahan dan bersama – sama dengan GEMA Pembebasan memperjuangkan kehidupan Islami di Indonesia.

Akhirnya aksi damai itu pun ditutup tepat pada pukul 17.30 dengan pembacaan hamdallah dan do’a kafaratul majelis. [NAP/www.al-khilafah.org]







Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.