Header Ads

Penangkapan Terduga Terorisme, Siapa yang Buntung?

Penangkapan Terduga Terorisme, Siapa yang Buntung?
Densus 88
Analisis Penangkapan Terduga Terorisme, Siapa yang Buntung?

Oleh Hanif Kristianto 
Lajnah Siyasiyah HTI Jawa Timur

Surabaya yang tenang, tiba-tiba gempar. Meskipun hiruk-pikuk aktifitas warga Surabaya setiap hari. Kali ini warga betul-betul kaget. Hal itu dikarenakan degan penangkapan terduga teroris. Abdul Majid (AM) yang berboncengan dengan Isnaini Ramdhoni (IR), warga Jalan Pahlawan, Kaligaran, Probolinggo, ditangkap Densus 88 Antiteror sesaat keluar dari SPBU 54.601.116 Kedung Cowek (Senin 20/1/2014) (sumber: detiksurabaya.com).


Opini penangkapan terduga teroris terus menggelinding. Di awal tahun dengan penangkapan dan penembakan terduga teroris di Ciputat, Tangerang Selatan. Terjadi penembakan dan penggerebekan selama 10 Jam. Hal yang memilukan dari peristiwa itu, warga  trauma. Sehingga polisi melakukan recovery mental (Tribun Jakarta, 1/1/2014). Kemudian terjadi peledakan BOM ATM Bank Mandiri, di Jl. Raya Kartanegara No. 85 Karangploso, Malang. Peledakan ATM ditengarai oleh polisi sebagai tindakan teroris. Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Awi Setiyono, menyampaikan kepada tiap polres siaga penuh. Terutama, penjagaan dan pengawasan di mako masing-masing. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang juga pengamat militer menyampaikan, jika peledakan ATM bermotif teror. Hal itu untuk menunjukan bahwa Malang tidak aman. Sampai sekarang pelaku peledakan belum diidentifikasi, meskipun sudah terekam CCTV (Tribun Jakarta, 9/1/2014).

Pasca penangkapan AM dan IR, kasus ini coba dikaitkan dengan peledakan BOM ATM Malang. Sudah sejak lama, Jawa Timur ditarget sebagai pembenar opini penangkapan teroris. Setelah wilayah Jabodetabek, Poso, dan Sukoharjo Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan, pasca peledakan BOM Bali 1 dan 2, pelaku berasal dari Lamongan, Jawa Timur. Jawa Timur juga dijadikan lahan proyek Deradikalisasi BNPT dengan menggandeng kampus dan tokoh masyarakat.

Hal yang perlu dianalisis dari peristiwa penangkapan terduga teroris antara lain: pemberitaan media, pemilihan wilayah, motif penggrebekan, dan dampaknya. Hal ini penting untuk memahamkan umat dan masyrakat awam. Karena masyarakat masih dibuat bingung dan bengong. Serta tidak tahu menahu alasan peristiwa itu terjadi. Selama ini penggerebekan teroris hanya dikuasai media dan kepolisian.

1. Definisi Teroris

Pemahaman definisi suatu kata begitu penting. Karena salah mengartikan, maka salah penafsiran. Istilah teroris atau terorisme berasal dari kata teror. Teror adalah usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan (sumber Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI). Teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut, biasanya untuk tujuan politik (sumber KBBI). Terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik); praktik tindakan teror (sumber KBBI).

Definisi teroris dan terorisme dalam dunia internasional belum juga ada kesepakatan. Hal inilah yang menjadikan istilah teroris dan terorisme digunakan secara sepihak. Bergantung pada kepentingan orang atau kelompok yang menggunakan. Jika ingin keadilan, sebagaimana merujuk pada KBBI. Maka tujuan terorisme di Indonesia tidak tepat. Karena bukan dalam tujuan politik. Selama ini pemberitaan terorisme dikaitkan dengan Jihad, pembunuhan polisi, perusakan tempat ibadah, dan peledakan pos Polisi. Tidak pernah tujuannya untuk meraih kekuasaan, misalnya ingin jadi anggota DPR, Bupati, Gubernur, atau Presiden.

2. Pemberitaan Media

Teroris dan terorisme sudah menjadi opini umum. Media massa baik cetak dan elektronik gencar memberitakannya. Pemberitaan bahkan cenderung tendensius dan generalisasi. Kaidah jurnalistik berupa independen, apa adanya, dan jujur hanya ada dalam teori. Praktiknya ada tujuan tertentu untuk meraup untung dengan mengorbankan pihak lain.

Media sering menimbulkan opini negatif terkait teroris dan terorisme. Masyarkat umum yang mengonsumsi berita akhirnya membenarkannya. Meskipun masyrakat tidak mengetahui fakta dan latar belakang peristiwa itu. Berikut beberapa cuplikan dari pemberitaan penangkapan AM dan IR. Cuplikan ini diambil dari detiksurabaya.com (21/1/2014).

a. Majid, Penjual Telur Puyuh yang Pendiam dan Rajin Ibadah

  • "Waktunya salat ya salat, ngaji ya ngaji. Tidak ada yang aneh. Cuma dia orangnya berewok," ujar seorang tetangga yang mengaku bernama Derry kepada wartawan, Senin (20/1/2014) malam.
  • Dalam bergaul, Majid atau biasa disapa MJ dikenal sebagai pemuda pendiam. "Ya jarang berbicara dengan warga. Kegiatannya lebih banyak di rumah. Keluar rumah paling pakai baju muslim seperti mau ngaji dan salat. Itu saja," pungkas dia.
  • Hal senada dikatakan Rudi. "Dia pendiam sekali jarang berbicara dengan warga. Lebih banyak di rumah. Yang saya tahu dia pernah mondok. Selain itu saya tidak tahu," ujarnya.

b. Setelah Berenti dari Tukang Pangkas Rambut, Dhoni Kerap Latihan Menembak

  • Latihan menembak dengan senapan angin itu menurut Siti kerap dilakukan Dhoni bersama 5 orang temannya, yang diperkirakan rekan sealiran. Karena mereka mengenakan celana 3/4. Namun, warga melihat, teman-temannya itu bukan tetangga rumah orang tua Dhoni

c. 6 Lokasi Jadi Terget, Polisi: : Kemungkinan Adaya Bom Lain Masih Diselidiki

  • Bom yang ditemukan, rencananya diledakkan Selasa pagi ini di Pos Polisi Keputih dan dan Pos Polisi Perak yang terletak di Jalan Jakarta, Surabaya.
  • Selain dua pos polisi, empat lokasi lain di Kota Pahlawan yang jadi target adalah tempat hiburan malam Dollar di dekat THR, Lokalisasi Dolly, tempat biliard Galaxy yang terletak di Jalan Padegiling dan tempat hiburan malam Colors Pub & Restaurant di Jalan Sumatera, Surabaya.

d. Daya Ledak Bom Majid dan Dhoni Masih Diselidiki

  • Bom yang ditemukan berupa tabung besi dengan panjang 20 cm dan diameter 5 cm yang di dalamnya terdapat paku 3 saf yang telah dilakban dan ditutup dengan lem besi. Rangkaian itu terhubung dengan switching serta timer.
  • "Kita laksanakan sterilisasi dan penggeledahan di rumah ditemukan ada bom di situ," kata Unggung.
  • Setelah itu, densus menggeledah rumah Majid di Jalan Tanah Merah Sayur I No 17 Kedung Cowek (versi RT Jalan Tanah Merah IV Sayur 1 No 17). Di rumah itu ditemukan bom, buku jihad dan bendera hitam.

e. Penangkapan Dua Teroris di SPBU Dikira Warga Kasus Narkoba

  • "Tadi warga menonton semuanya, dikira kasus sabu-sabu. Karena sering di sini (penangkapan pelaku kasus narkoba)," kata seorang pedagang nasi goreng Raja Rasa yang mengaku bernama Jerman, kepada detikcom, Senin (20/1/2014) malam.
  • Setelah penangkapan teroris jaringan Poso yang kabarnya mengendarai sepeda motor, Jerman mengaku tidak tahu dibawa kemana teroris itu.
  • "Sepertinya (keduanya) membawa sepeda motor, tapi saya nggak tahu pasti. Saya juga nggak tahu (pelaku) dibawa kemana, tapi polisinya banyak membawa beberapa mobil," ujarnya.

Jika dicermati secara seksama, akan tampak bahwa ada opini negatif yang menyesatkan. Dalam bahasa komunikasi, penunjukan memang kepada satu orang. Sesunggunya yang terkena adalah orang banyak. Sebagaimana misalnya pada cuplikan (a). Seolah-olah orang teroris dan terorisme identik dengan agama (Islam). Begitu pula pada cuplikan (b). Orang yang suka memakai celana 3/4 berarti ciri-ciri teroris dan terorisme. Bagaimana jika berita ini diterima mentah-mentah oleh masyrakat? Yang terjadi adalah stereotip negatif pada umat Islam.

Opini yang dibangun dalam berita begitu menyudutkan Islam dan umatnya. Sebagaimana cuplikan berita (d). Teroris dan terorisme diidentikan dengan bom, jihad, dan bendera warna hitam. Bukankah ungkapan itu melukai umat Islam? Jika demikian adanya, berarti media massa juga melakukan teror kepada masyrakat. Menakut-nakuti masyarakat dengan ciri-ciri teroris yang demikian. Yang terjadi, di tengah masyarakat timbul ketidakpercayaan pada setiap orang. Rasa curiga dan was-was terus menghinggapi. Bukankah ini sebuah shock hebat yang sengaja diciptakan?

3. Wilayah

Ada beberapa kota yang sudah dijadikan sasaran bidik dalam kasus penangkapan terorisme. Terutama kota yang pernah terjadi konflik berbau SARA, misalnya Poso dan Ambon. Selain itu, merembet ke pusat pemerintahan atau sekitarnya. Seperti terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Wilayah Sukoharjo yang kehidupan Islam juga erat, juga dijadikan sasaran. Bahkan beberapa daerah sekitarnya. Tampaknya, Jawa Timur menjadi sasaran berikutnya. Beberapa tahun lalu, terjadi penembakan terduga Terorisme. Terjadi pula penangkapan santri yang diduga terkait teroris. Saat ini Surabaya, sebagai pusat pemerintahan, mulai diusik dengan aksi penangkapan terduga teroris.

Pemilihan Surabaya sebagai wilayah aksi penangkapan terduga teroris, dikarenakana sebagai pusat pemerintahan. Di Surabaya tinggal orang-orang penting pemerintahan. Dengan dalih akan melakukan kekacauan dan mengincar orang pemerintahan. Maka opini yang terbangun akan menjadi kenyataan, bahwa teroris itu memang benar ada. Meskipun selama ini masih berlabel “terduga”.

Di sisi lain, ada pihak yang memanfaatkan kondisi Jawa Timur untuk melakukan aksi bersama. Gerakan penebar ketakutan dan adu domba di antara beberapa gerakan dan ormas Islam. Konflik antarormas digunakan pihak yang tidak bertanggung jawab untuk saling menuduh, adu domba, dan menghalangi aktifitas dakwah.

Suasana dan perasaan Islam yang dimiliki masyrakat Jatim akan terusik. Akhirnya mereka akan terbagi menjadi beberapa kelompok keagamaan dan tercipta perpecahan. Ironisnya mereka akan saling curiga. Bukan tidak mungkin penangkapan  terduga teroris ini akan menjadikan monsterisasi Islam di Jatim. Masyarakat dibuat tidak percaya lagi kepada saudara sesama muslim. Masyarakat dibuat jauh dari Islam. Akhirnya Islam yang sahih ditinggalkan. Upaya sistemis ini harus diwaspadai oleh setiap muslim. Juga oraganisasi Islam agar menjelaskan secara benar hakikat Islam. Islam sebagai ideologi yang mengatur kehidupan. Inilah pekerjaan rumah bagi ormas Islam.

Bagi kepolisian, Jawa Timur dijadikan sebagai proyek percontohan penanggulangan teroris. Selama ini, kepolisian secara intensif sudah mendekati masyarakat. Banyak pertemuan digelar. Pencerahan agar masyarakat tidak terseret dalam radikalisme dan terorisme sudah disampaikan. Pihak kepolisian juga sudah melakukan latihan gabungan dalam upaya penanggulangan teroris. Jawa Timur juga menjadi spektrum untuk pengawasan pelarian teduga teroris. Karena selama ini, banyak tertangkap terduga teroris berasal dari Jatim.

4. Motif 

Penangkapan terduga teroris ada yang bermotif politik-ideologis dan kepentingangan. Pihak yang merasa terancam, biasanya mengawali dulu dengan pernyataan ‘teror’ yang membuat masyrakat takut. Misalnya, akan ada kelompok teroris yang akan melakukan pengeboman pada 25 Desember 2013 dan Tahun Baru 2014. Yang tejadi, 25 Desember tidak terjadi. Bahkan sebelum Tahun Baru 2014, 31 Desember malam sudah terjadi penembakan mati terduga teroris di Ciputat.

Motif politik-ideologis dipengaruhi oleh kepentingan penguasa yang mencari muka. Penguasa ingin merebut pengaruh dengan menciptakan ‘teror’ keberhasilan penangkapan terduga teroris. Penangkapan ini akan menjadikan penguasa sudah menjalankan agenda penerapan UU Terorisme. Selain itu, merupakan pelaksanaan kebijakan dari APEC dan PBB dalam penanganan kasus terorisme. Ideologi kaptilais-demokrasi pasca keruntuhan komunisme, menjadikan Islam sebagai sasaran tembak. Khususnya Islam ideologi.

Pencitraan Islam ideologi sering dikaitkan dengan ektrimisme. Apalagi di Indonesia, banyak veteran mujahidin dari Afgahanistan dan Mindanao. Veteran ini, beberapa masih aktif dengan membentuk sel jaringan. Inilah sasaran untuk menggebuk dan melanggengkan war on terorisme.

Pihak intelijen pun tidak tinggal diam. Motif kepentingan begitu kentara. Kepentingan untuk mendapatkan dana, pelatihan kontra terorisme, dan pujian asing. Pembentukan BNPT bukti salah satunya. Kepolisian selama ini juga sering kecipratan untung. Sering juga tidak terbuka terkait penanganan kasus terduga terorisme. Anehnya kata yang sering digunakan adalah “terduga”. Bukti-bukti yang diberikan pun cenderung tendensius. Ada agama (Islam) yang dirugikan. Sebagaimana kasus di Kedungcowek Surabaya, ditemukan bom, buku jihad, dan bendera hitam (bertulis lailaha illallah). Bukankah ini akan melukai umat Islam? Dan membuka luka lama umat Islam pada penegak hukum? Wajar, jika saat ini pihak keamanan tidak mendapatkan simpatik.

Jika yang terjadi adalah demikian, berarti perang melawan terorisme adalah perang melawan Islam. Bukti ini tampak pada penangkapan umat Islam yang dituduh terduga terorisme. Apakah pihak kemanan tidak takut hisab Allah di akhirat kelak? Jika mereka adalah seorang muslim, dimana letak perlindungan kepada Islam?

5. Dampak

Semua menyadari dampak dari drama penangkapan terduga terorisme membawa efek negatif. Taruma juga dialami warga sekitar rumah yang digrebek. Mereka seolah melihat peperangan kecil seperti dalam film. Masyarakat sipil tak bersenjata juga kaget. Tiba-tiba saja wilayahnya didatangi puluhan polisi bersenjata lengkap. Tak jarang rumah orang tua juga ikut di-policeline sebagaimana yang terjadi pada salah satu terduga teroris yang ditangkap di Surabaya.

Dampak yang buruk tentunya dialami oleh umat Islam. Pemahaman umat tentang Islam kaffah semakin kabur. Islam yang rahmatan lil ‘alamin akan didefinisikan sesuai dengan pandangan musuh-musuh Islam. Pelemahan kemampuan berfikir umat dilakukan secara sistemik. Ide-ide yang berasal dari luar Islam sedikit demi sedikit dimasukan ke dalam benak umat Islam. Padahal umat Islam tidak tahu menahu apa yang diinginkan oleh penyeru pengabur pemahaman Islam. Sudah umat ini lemah iman pada Islam, dengan adanya kasus penggrebekan terduga teroris akan semakin mempermarah.

Sebuah Renungan

Bukankah mereka (pelaku war on terorism) tidak berfikir, bahwa Islam yang agung ini berasal dari Allah Swt, Dzat yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan? Apakah mereka tidak sadar, ketika menyerang Jihad dan menggolongkan Jihad sebagai tindakan kriminal, akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah? Apakah mereka tidak sadar, nyawa satu muslim yang dibunuh tanpa hak lebih mulia dibanding dengan kehancuran ka’bah? Jika satu nyawa dibunuh, tidakkah sadar bahwa neraka Jahannam adalah seburuk-buruk balasan? Mereka yang dibunuh tanpa sebab di yaumil hisab nanti akan meminta pertanggung jawaban Anda. Dan Anda menjadi orang-orang yang merugi di akhirat kelak.

Sudah saatnya, semua sadar bahwa jebakan Global War on Terorism (GWOT) merupakan agenda musuh Islam untuk menghacurkan ideologi, pemikiran, dan iman pada umat Islam. Siapa pun yang ikut GWOT akan mendapatkan balasan yang setimpal. Sadarlah wahai penguasa dan pihak keamanan. Lindungilah darah, harta, dan nyawa umat Islam. Senjata yang ada miliki bukan ditodongkan kepada umat. Todongkan senjata itu kepada musuh-musuh Islam yang telah merobek dunia Islam. Menjarah kekayaan Islam dan menumpahkan darah umat Islam di belahan dunia Islam lainnya.

Oleh karena itu, kehidupan yang diatur oleh sistem Kapitalis-demokrasi ini akan senantiasa menimbulkan teror bagi umat Islam. Penguasa dan pihak kemanan sekehendaknya bertindak tanpa berfikir matang. Umat pun tidak dapat tidur nyenyak karena mereka telah kehilangan perisainya. Maka, kebutuhan umat terhadap Syariah Islam sebagai aturan kehidupan mereka begitu urgen dan mendesak. Umat ini pun merindukan kembalinya tatanan dunia dengan Khilafah Islam. Insya Allah. Janganlah berputus asa. Janji itu akan segera ditunaikan Allah Swt. Wallahu a’lam. [www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.