Header Ads

Taushiyah Ramadhan: Muslim ‘Part Time’

Sudah menjadi pemandangan yang biasa setiap Ramadhan berbagai ketaatan nampak lebih dari biasanya. Para artis yang biasanya tampil seronok berubah menjadi begitu islami penampilannya, namun sayangnya setelah Ramadhan berlalu ia tanggalkan semuanya dan kembali ke ‘selera’ asal. Tidak sedikit pula remaja putri dan Ibu-ibu shalat tarawih di mesjid, dengan mukena indah dan rapi menutup aurat. Tetapi sepulang dari mesjid ia tanggalkan mukena itu, yang tersisa baju kaos ketat dan celana pendek diatas lutut. Di bulan Ramadhan sebagian tempat maksiat dilarang beroperasi atau dibatasi, setelah Ramadhan berlalu mereka kembali bebas merdeka.



Padahal Islam tidak terbatas dalam waktu tertentu, yakni dibulan Ramadhan saja. Islam tidak terbatas di tempat tertentu, yakni di mesjid saja. Islam berlaku di segala zaman dan di semua tempat.

Satu masalah kecil masuk wc, diatur oleh syari’at Allah swt yang mulia. Untuk masuk wc baca do’a, masuk dengan kaki kiri, ada adab dalam wc, keluar wc baca do’a lagi dan keluar dengan kaki kanan. Kalau urusan masuk wc saja seorang muslim diatur dengan syari’at Allah, seharusnya seorang muslim juga sadar bahwa untuk urusan yang lebih besar tentu juga diatur, dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban.

Allah mewajibkan umat Islam untuk mengambil dan menerapkan seluruh aturan Islam tanpa kecuali, dimanapun dan kapanpun dia berada, tidak boleh hanya “part time”, di bulan Ramadhan saja, atau ketika di masjid saja. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.. (TQS. al-Baqarah: 208).

Ayat ini diturunkan mengenai Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya tatkala masuk Islam, mereka masih ingin membesarkan hari Sabtu dan masih ingin membaca (mengagungkan) Taurat.
Imam Ibnu Katsir (w. 774 H) menyatakan: 

يَقُولُ تَعَالَى آمِرًا عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِينَ بِهِ الْمُصَدِّقِينَ بِرَسُولِهِ أنْ يَأْخُذُوا بِجَمِيعِ عُرَى الْإِسْلَامِ وَشَرَائِعِهِ، وَالْعَمَلِ بِجَمِيعِ أَوَامِرِهِ، وَتَرْكِ جَمِيعِ زَوَاجِرِهِ مَا اسْتَطَاعُوا مِنْ ذَلِكَ.

“Allah SWT memerintahkan hamba-hambaNya yang mukmin dan mempercayai RasulNya, untuk mengambil seluruh ikatan dan syari’at Islam, mengerjakan seluruh perintahNya serta meninggalkan seluruh larangaNya, dengan segenap kemampuan mereka.(Tafsir Ibnu Katsir, Juz I, hal. 247)

Imam At-Thabariy (w. 310 H) menyatakan bahwa:

اعملوا أيها المؤمنون بشرائع الإسلام كلها، وادخلوا في التصديق به قولا وعملا ودعوا طرائق الشيطان وآثاره أن تتبعوها

Wahai orang yang beriman, laksanakanlah semua syari’at Islam, dan masuklah kedalam Islam dg membenarkannya secara perkataan dan perbuatan, dan tinggalkan mengikuti jalan jalan syaithan dan bekas-bekasnya. (Tafsir At-Thabariy, Juz 4, hal.258) beliau kemudian menjelaskan yg dimaksud dg jalan-jalan syaitan adalah mengikuti apa-apa yang berbeda dan bertentangan dengan hukum Islam dan syari’ahnya.

Setiap amal, baik kecil apalagi besar, tampak maupun tidak tampak, dahulu maupun sekarang, akan diperhitungkan di yaumil akhir nanti. Sebesar atom kebaikan atau kejahatan (penyimpangan dari hukum syara’) akan kita lihat hasilnya kelak.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ  وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Maka siapa saja mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya akan melihat (balasan)nya, dan siapa saja yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (QS. Al-Zalzalah 7-8). Allahu A’lam. [M. Taufik N.T][www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.