CIA Mencontoh Israel Untuk Membenarkan Penyiksaan
Setelah 11 September 2001, CIA beralih kepada sekutu AS ‘untuk menemukan pembenaran hukum untuk teknik interogasi koersif.’
Oleh Al akhbar | 15 Desember 2014
Ini bukan lelucon. Amerika Serikat mengandalkan contoh dan pelanggaran HAM oleh Israel untuk membenarkan penyiksaan terhadap para tahanan oleh badan intelijennya sendiri, seperti yang terungkap dalam sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Komite Intelijen Senat AS. Media Israel telah menyoroti laporan itu.
Pengungkapan tentang penggunaan kekerasan oleh CIA belum selesai. Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Komite Intelijen Senat AS mengungkapkan informasi baru yang diterbitkan kemarin oleh situs Times of Israel, yang menekankan penyiksaan yang legal berdasarkan penyiksaan yang dilakukan Israel terhadap para tahanan.
Ini adalah laporan tentang bagaimana Israel menjadi otoritas hukum internasional yang digunakan CIA untuk melegitimasi praktik penyiksaan yang dilakukannya. Menurut website Times of Israel, setelah 11 September 2001, CIA mulai mencari pembenaran hukum atas teknik interogasi koersif. Meskipun ada temuan sebelumnya bahwa metode ini tidak efektif karena para tahanan bisa “memberikan jawaban yang salah,” memo yang dikeluarkan oleh CIA pada bulan November 2001 menyebut Israel sebagai model, untuk membenarkan penyiksaan dengan dalih bahwa hal itu adalah “penting untuk mencegah … bahaya … yang dekat, ketika tidak ada cara lain yang ada untuk mencegah bahaya itu.”
CIA menyebut putusan Pengadilan Tinggi Israel yang dikeluarkan pada tahun 1999 tentang interogator yang memungkinkan badan keamanan dalam negeri Israel – yakni Badan Keamanan Israel (ISA), alias Shin Bet atau Shabak – menggunakan teknik-teknik tertentu selama itu adalah produk sampingan dari interogasi dan bukan menjadi cara dan bagian dari mereka sendiri.
Yang lebih penting lagi, pengadilan memutuskan bahwa interogator yang melakukan tindakan melebihi batas yang ditentukan selama interogasi, bisa menghindari tuntutan hukum dengan menerapkan “keharusan pertahanan,” yakni prinsip hukum yang umum yang memungkinkan seseorang untuk melanggar hukum dalam situasi yang mendesak, seperti serangan yang akan terjadi yang mungkin menghasilkan sejumlah besar korban.
Situs Israel itu menunjukkan bahwa keputusan ini membatalkan temuan Komisi Landau tahun 1987 yang merekomendasikan bahwa para interogator Shin Bet diizinkan untuk menggunakan “tekanan fisik tingkat sedang” di bawah pengawasan dan dalam kasus-kasus tertentu di mana interogator itu berasumsi bahwa para tahanan memiliki pengetahuan atas serangan yang akan datang.
Times of Israel menambahkan bahwa pada tahun 2005, dalam menghadapi tekanan dari Kongres atas teknik interogasi, pengacara CIA yang bekerja di kantor Direktur Intelijen Nasional menyebut keputusan Pengadilan Tinggi Israel mengenai pada “keharusan pertahanan,” dengan dalih bahwa hal itu dibenarkan untuk kasus skenario bom waktu.
Situs Israel itu menunjukkan bahwa dua tahun kemudian, sebuah memo internal CIA yang berpendapat bahwa teknik interogasi yang ditingkatkan adalah “resmi dan dibenarkan oleh otoritas legislatif,” adalah berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan di Israel, menurut laporan Senat. Situs itu juga mengungkapkan bahwa CIA tampak mencontoh Israel untuk memberikan payung hukum dan legislatif dalam hal ini. Dinyatakan bahwa “‘beberapa … teknik mungkin diperbolehkan, tetapi memerlukan beberapa bentuk sanksi legislatif dan bahwa pemerintah Israel akhirnya mendapat kekuasaan legislatif yang terbatas untuk beberapa teknik-teknik khusus,’” kata laporan itu.
Dalam upaya untuk memobilisasi pembenaran lebih lanjut, namun dari sudut pandang keamanan, laporan itu menunjukkan CIA mengklaim bahwa informasi yang diambil dari tahanan “memberikan banyak informasi tentang rencana al-Qaeda,” termasuk dalang serangan bulan September 2001 yang membeberkan sebuah “plot terorisme di Arab Saudi untuk bertempur melawan Israel. “Namun, Israel itu menunjukkan bahwa para penyelidik Senat menuduh CIA mempraktekan penyiksaan di luar batas hukum dan menipu negara dengan cerita tentang interogasi yang dianggap akan menyelamatkan nyawa orang lain, tetapi benar-benar tidak dikuatkan, bahkan oleh catatan intelijen AS.
Mantan pejabat CIA dan Senat Partai Republik menantang temuan laporan itu dan menuduh ketidakakuratan dari partai Demokrat, analisis ceroboh dan bukti-bukti yang tebang pilih agar sampai pada suatu kesimpulan yang telah ditentukan. (mintpressnews.com, 15/12/2014) [www.al-khilafah.org]
Oleh Al akhbar | 15 Desember 2014
Ini bukan lelucon. Amerika Serikat mengandalkan contoh dan pelanggaran HAM oleh Israel untuk membenarkan penyiksaan terhadap para tahanan oleh badan intelijennya sendiri, seperti yang terungkap dalam sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Komite Intelijen Senat AS. Media Israel telah menyoroti laporan itu.
Pengungkapan tentang penggunaan kekerasan oleh CIA belum selesai. Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Komite Intelijen Senat AS mengungkapkan informasi baru yang diterbitkan kemarin oleh situs Times of Israel, yang menekankan penyiksaan yang legal berdasarkan penyiksaan yang dilakukan Israel terhadap para tahanan.
Ini adalah laporan tentang bagaimana Israel menjadi otoritas hukum internasional yang digunakan CIA untuk melegitimasi praktik penyiksaan yang dilakukannya. Menurut website Times of Israel, setelah 11 September 2001, CIA mulai mencari pembenaran hukum atas teknik interogasi koersif. Meskipun ada temuan sebelumnya bahwa metode ini tidak efektif karena para tahanan bisa “memberikan jawaban yang salah,” memo yang dikeluarkan oleh CIA pada bulan November 2001 menyebut Israel sebagai model, untuk membenarkan penyiksaan dengan dalih bahwa hal itu adalah “penting untuk mencegah … bahaya … yang dekat, ketika tidak ada cara lain yang ada untuk mencegah bahaya itu.”
CIA menyebut putusan Pengadilan Tinggi Israel yang dikeluarkan pada tahun 1999 tentang interogator yang memungkinkan badan keamanan dalam negeri Israel – yakni Badan Keamanan Israel (ISA), alias Shin Bet atau Shabak – menggunakan teknik-teknik tertentu selama itu adalah produk sampingan dari interogasi dan bukan menjadi cara dan bagian dari mereka sendiri.
Yang lebih penting lagi, pengadilan memutuskan bahwa interogator yang melakukan tindakan melebihi batas yang ditentukan selama interogasi, bisa menghindari tuntutan hukum dengan menerapkan “keharusan pertahanan,” yakni prinsip hukum yang umum yang memungkinkan seseorang untuk melanggar hukum dalam situasi yang mendesak, seperti serangan yang akan terjadi yang mungkin menghasilkan sejumlah besar korban.
Situs Israel itu menunjukkan bahwa keputusan ini membatalkan temuan Komisi Landau tahun 1987 yang merekomendasikan bahwa para interogator Shin Bet diizinkan untuk menggunakan “tekanan fisik tingkat sedang” di bawah pengawasan dan dalam kasus-kasus tertentu di mana interogator itu berasumsi bahwa para tahanan memiliki pengetahuan atas serangan yang akan datang.
Times of Israel menambahkan bahwa pada tahun 2005, dalam menghadapi tekanan dari Kongres atas teknik interogasi, pengacara CIA yang bekerja di kantor Direktur Intelijen Nasional menyebut keputusan Pengadilan Tinggi Israel mengenai pada “keharusan pertahanan,” dengan dalih bahwa hal itu dibenarkan untuk kasus skenario bom waktu.
Situs Israel itu menunjukkan bahwa dua tahun kemudian, sebuah memo internal CIA yang berpendapat bahwa teknik interogasi yang ditingkatkan adalah “resmi dan dibenarkan oleh otoritas legislatif,” adalah berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan di Israel, menurut laporan Senat. Situs itu juga mengungkapkan bahwa CIA tampak mencontoh Israel untuk memberikan payung hukum dan legislatif dalam hal ini. Dinyatakan bahwa “‘beberapa … teknik mungkin diperbolehkan, tetapi memerlukan beberapa bentuk sanksi legislatif dan bahwa pemerintah Israel akhirnya mendapat kekuasaan legislatif yang terbatas untuk beberapa teknik-teknik khusus,’” kata laporan itu.
Dalam upaya untuk memobilisasi pembenaran lebih lanjut, namun dari sudut pandang keamanan, laporan itu menunjukkan CIA mengklaim bahwa informasi yang diambil dari tahanan “memberikan banyak informasi tentang rencana al-Qaeda,” termasuk dalang serangan bulan September 2001 yang membeberkan sebuah “plot terorisme di Arab Saudi untuk bertempur melawan Israel. “Namun, Israel itu menunjukkan bahwa para penyelidik Senat menuduh CIA mempraktekan penyiksaan di luar batas hukum dan menipu negara dengan cerita tentang interogasi yang dianggap akan menyelamatkan nyawa orang lain, tetapi benar-benar tidak dikuatkan, bahkan oleh catatan intelijen AS.
Mantan pejabat CIA dan Senat Partai Republik menantang temuan laporan itu dan menuduh ketidakakuratan dari partai Demokrat, analisis ceroboh dan bukti-bukti yang tebang pilih agar sampai pada suatu kesimpulan yang telah ditentukan. (mintpressnews.com, 15/12/2014) [www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar