Header Ads

MHTI Kritisi Matinya Fungsi Keluarga Akibat Neoliberalisme

MHTI Kritisi Matinya Fungsi Keluarga Akibat Neoliberalisme
Jakarta, 21 Desember 2014. Tak kurang 4.000 ibu-ibu dari penjuru Jabodetabek, Sukabumi, Cianjur, Serang, Purwakarta dan Banten menghadiri Kongres Ibu Nusantara (KIN) ke-2 di Tenis Indoor Senayan Jakarta. Acara ini merupakan puncak dari serangkaian KIN di 50 kota seluruh Indonesia pada 14,16,19, 20 dan 21 Desemberini.



Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia sebagai penyelenggara mengangkat tema “Derita Ibu dan Anak karena Matinya Fungsi Negara dalam Sistem Neoliberal”. Para peserta yang hadir dari berbagai lapisan masyarakat, baik tokoh perempuan dari kalangan intektual, buruh, tenaga kerja wanita, penggerak PKK/Posyandu/Dasawisma, aktifis LSM, Ormas, Orpol, Birokrat dan lainnya.
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran, lalu tayangan video tentang kondisi Indonesia dalam penerapan sistem liberalisme yang menyengsarakan umat, termasuk kaum ibu dan anak-anak. Selanjutnya sambutan dari Masulah Ammah MHTI Ratu Erma Rachmayanti yang menyorot fakta kemerosotan kehidupan, penyebabnya dan bagaimana solusinya menurut Islam.

Menurutnya, kesengsaraan, penghinaan, penindasan dan kemiskinan bukanlah karakter dasar umat Islam. Ini karena bangsa ini telah mengambil kebijakan dari pemikiran kufur. Bangsa ini telah membuka pintunya lebar-lebar untuk bangsa asing yang mendiktekan ide dan budaya kufurnya. “Dan bangsa asing ini telah memaksakan konsep-konsep ekonomi rusak dan merusak untuk membangun bangsa ini sejak kemerdekaan. Mereka menjerat Indonesia dengan hutang ribawi, merampok kekayaan alam sehingga mayoritas rakyat Indonesia menderita kemiskinan,” ujarnya.
Bangsa asing ini menanamkan paham neoliberalisme, faham yang menekankan pada globalisasi pasar dan menjadi alat penjajahan baru (neo imperialism) di negeri muslim. “Faham ini telah mematikan fungsi hakiki pemerintah sebagai perisai umat dan pengatur kebutuhannya,” tegasnya.
Ia mencontohkan, pemimpin hari ini tidak mengurusi langsung rakyatnya, tetapi menyerahkan segala pengurusan hajat hidup publik kepada perusahaan swasta asing, menswastanisasi BUMN, mencabut subsidi, akibatnya harga barang menjadi mahal, jumlah penduduk miskin pun bertambah.
“Alih-alih membuat rakyat sejahtera, pemerintah malah memfasilitasi rakyatnya dengan aneka ragam kemaksiatan,” katanya.Ia menekankan, ada kebutuhan mendesak untuk memformat ulang bangsa ini dengan sistem aturan yang baru. Yang akan mengubah nasib rakyat, termasuk ibu dan anak-anak, 180 derajat. Sistem itu adalah Negara Khilafah akan menjamin kebutuhan orang kaya dan miskin, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, muslim dan non muslim, Semuanya.

Negara khilafah tidak akan membiarkan anak-anak terpapar budaya liberal. Segala informasi yang beredar di publik akan dikontrol ketat. Media massa, buku, majalah dan sarana informasi lainnya dalam pengelolaan dan pengontrolan Negara khilafah. “Tidak sebagaimana kapitalisme liberal yang memanfaatkan anak-anak sebagai asset ekonomi semata,” tegasnya.

Untuk itu MHTI mengajak peserta kongres untuk memenuhi seruan Allah dan seruan Rasul untuk bersegera bekerja membangun Negara Khilafah yang akan memberi hidup dan menghidupkan. “Sudah waktunya bahwa solusi mendasar untuk mengatasi masalah ini hanyalah dengan meninggalkan negara Kapitalis liberal dan menegakkan Khilafah, dengannya umat dan bahkan umat manusia mendapat perlindungan,” tutupnya.(*) [htipress/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.