KHAT: Ketika Para Seniman Berkarya tentang Khilafah
"Ketika peradaban khilafah itu tegak, kami membayangkan khalifah dan perangkatnya tidak hanya sibuk mempersiapkan politik, senjata atau persoalan teknis yang lain, tetapi khilafah juga akan sibuk menyiapkan segala sesuatu hal yang berhubungan dengan seni. Misalnya, tata kota, gedung pemerintahan, sarana umum, desain seragam, mata uang, dan lain-lain", sambut Deni Je dalam peluncuran website Khilafah Arts Network (KHAT, khilafaharts.net), Kamis sore 30/6 kemarin, di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta.
KHAT merupakan jejaring seniman muslim yang concern pada dakwah penegakan syariah Islam dan Khilafah Islamiyah. Jejaring ini digagas oleh Deni Je (pelukis, jurnalis, dan pengajar di ISI Yogyakarta), dan beberapa kawannya di Yogyakarta.
Hingga kini KHAT telah berhasil menghimpun lebih dari 50 praktisi seni dengan berbagai latar keahlian, seperti musisi, desainer, pematung, penulis sastra. Mereka tersebar di banyak kota di Indonesia, dan luar negeri, seperti Malaysia, Australia, Belanda, bahkan hingga Tanzania di benua Afrika.
Dengan tema The Arts of Future of Islam Scape, jejaring KHAT dengan karya-karyanya tidak hanya mempersiapkan pernak-pernik yang akan dibutuhkan Khilafah, namun mereka juga bisa membuat karya yang mendakwahkan Islam sebagai ideologi alternatif kapitalisme.
"Misalnya lukisan Koen Pai yang berjudul Kapitalisme. Karya ini menggambarkan Kapitalisme yang terlihat begitu gemerlap, sebenarnya rapuh. Ia hanya ditopang oleh kandang ayam. Kalaupun ada air sebagai sumber kehidupan, ia tidak akan sampai ke bawah. Dunia bawah tetaplah kering kerontang.", terang Deni mempresentasikan salah satu karya.
Acara sederhana ini selain dihadiri anggota KHAT, hadir pula Jubir HTI Ismail Yusanto yang meresmikan web KHAT secara simbolik di akhir acara. (erte)[www.al-khilafah.org]
KHAT merupakan jejaring seniman muslim yang concern pada dakwah penegakan syariah Islam dan Khilafah Islamiyah. Jejaring ini digagas oleh Deni Je (pelukis, jurnalis, dan pengajar di ISI Yogyakarta), dan beberapa kawannya di Yogyakarta.
Hingga kini KHAT telah berhasil menghimpun lebih dari 50 praktisi seni dengan berbagai latar keahlian, seperti musisi, desainer, pematung, penulis sastra. Mereka tersebar di banyak kota di Indonesia, dan luar negeri, seperti Malaysia, Australia, Belanda, bahkan hingga Tanzania di benua Afrika.
Dengan tema The Arts of Future of Islam Scape, jejaring KHAT dengan karya-karyanya tidak hanya mempersiapkan pernak-pernik yang akan dibutuhkan Khilafah, namun mereka juga bisa membuat karya yang mendakwahkan Islam sebagai ideologi alternatif kapitalisme.
"Misalnya lukisan Koen Pai yang berjudul Kapitalisme. Karya ini menggambarkan Kapitalisme yang terlihat begitu gemerlap, sebenarnya rapuh. Ia hanya ditopang oleh kandang ayam. Kalaupun ada air sebagai sumber kehidupan, ia tidak akan sampai ke bawah. Dunia bawah tetaplah kering kerontang.", terang Deni mempresentasikan salah satu karya.
Acara sederhana ini selain dihadiri anggota KHAT, hadir pula Jubir HTI Ismail Yusanto yang meresmikan web KHAT secara simbolik di akhir acara. (erte)[www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar