Header Ads

Jangan Takut Menghadapi Yahudi

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I. |
Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan (TQS al-Maidah [5]: 64)



Kalau ada bangsa yang paling banyak disebut dalam Alquran, itulah Bani Israel. Sayangnya, mereka disebut bukan karena kebaikannya. Namun lantaran kejahatan dan kedurhakaan mereka yang sudah melampaui batas. Daftar kejahatan dan kedurhakaan mereka bertebaran dalam Alquran. Tak ayal, mereka mendapatkan murka dan laknat dari-Nya. Terhadap mereka, semestinya umat Islam tidak perlu takut. Sebab, betapa pun besarnya kekuatan mereka dan kerasnya usaha mereka mengobarkan perang, pasti berakhir dengan kegagalan. Realitas ini dapat dijumpai dalam QS al-Maidah [5]: 64.



Lancang terhadap Allah SWT

Allah SWT berfirman: Wa qâlat al-Yahûdu yadul-Lâh maghlûlah (orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu”). Ini adalah salah satu perkataan lancang yang diucapkan kaum Yahudi. Mereka melontarkan tuduhan keji dan dusta bahwa Allah SWT itu bakhil. Sebagaimana diterangkan Ibnu 'Abbas, Mujahid, al-Dhahhak, al-Sudi, dan mufassir lain bahwa maghlûlah (terbelenggu) di sini bermakna bakhil.

Perkataan mereka jelas dusta dan keterlaluan. Bagaimana mungkin, Dzat yang memberikan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya --termasuk kepada mereka-- dituduh kikir. Bahkan, tidak ada rezeki yang dinikmati seluruh makhluk-Nya kecuali berasal dari-Nya. Maha Suci Allah SWT dari apa yang mereka sifatkan.

Tuduhan itu justru terbalik. Allah SWT berfirman: ghullat aydîhim (sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu). Mereka kikir dalam menginfakkan sebagian harta mereka. Tangan mereka juga terbelenggu melakukan kebaikan. Lebih dari itu, mereka memiliki banyak sifat buruk lainnya, seperti dengki (QS al-Nisa [4]: 54), mengingkari ayat Allah, membunuhi para nabi, dan melampaui batas (QS al-Baqarah [2]: 61), melanggar janji dan keras hati (QS al-Maidah [5]: 13), dan lain-lain.

Atas tuduhan tanpa dasar itu, mereka pun mendapatkan laknat-Nya: wa lu'inû bimâ qâlû (dan mereka dila'nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu). Kata al-la'nah berarti dijauhkan dari rahmat dan karunia-Nya. Sebagaimana dipaparkan al-Alusi, frasa wa lu'inû berarti mereka dijauhkan dari rahmat dan pahala-Nya. Hukuman itu setimpal dengan kelancangan dan kedustaan mereka.

Kemudian Allah SWT berfirman: bal yadâhu mabsûthatâni yunfiqu kayfa yasâ' (tetapi kedua tangan Allah terbuka, Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki). Dijelaskan al-Syaukani, ungkapan ghall al-yad dalam bahasa Arab digunakan untuk menyatakan bakhil; dan basthuhâ untuk menyatakan al-jawd (murah hati). Makna tersebut juga terdapat dalam QS al-Isra' [17]: 29 Dengan demikian, frasa ini memberitakan bahwa sifat Allah SWT bertolak belakang dengan tuduhan kaum Yahudi.



Kian Durhaka dan Kafir

Allah SWT berfirman: wa layazîdanna katsîr[an] minhum mâ unzilu ilayka min Rabbika thughyân[an] wa kufr[an] (dan sungguh-sungguh [Alquran] yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka). Ayat ini dapat dipahami, sebelum Alquran diturunkan, mereka sudah durhaka dan kufur. Kedurhakaan dan kekufuran mereka bertambah setelah turunnya Alquran. Kendati Alquran berisi petunjuk kebenaran, cahaya penerang, dan obat penawar, namun tidak membuat mereka sadar dan bertaubat. Sebaliknya, mereka justru semakin durhaka dan kufur.

Bertambahnya kedurhakaan dan kekufuran mereka itu bisa dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya. Jika sebelumnya mereka sudah banyak membunuh para nabi, tindakan biadab itu juga hendak mereka lakukan terhadap Rasulullah SAW dan kaum Muslim.



Pasti Kalah

Selanjutnya Allah SWT berfirman: wa alqaynâ baynahum al-'adâwah wa al-baghdhâ' ilâ yawm al-qiyâmah (dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat). Ini adalah hukuman lain yang ditimpakan kepada mereka tatkala mereka mengingkari Alquran. Di antara mereka diciptakan permusuhan dan kebencian satu sama lain hingga hari kiamat.

Pengingkaran mereka terhadap Rasulullah SAW dan Alquran yang disebabkan karena kedengkian menunjukkan bahwa mereka lebih memilih kenikmatan dunia daripada surga dan ridha-Nya. Mereka tamak. Inilah kondisi mereka yang sesungguhnnya. Kendati tampak bersatu, hati mereka bercerai berai.

Tidak hanya itu, rencana busuk mereka untuk memerangi Islam juga akan digagalkan. Allah SWT berfirman: Kullamâ awqdû nâr[an] li al-harb athfaahâl-Lâh (setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya). Menurut Mujahid dan al-Sudi, sebagaimana dikutip al-Khazin, perang yang dimaksud adalah perang melawan Rasulullah SAW. Tiap kali memerangi Rasulullah SAW, mereka pasti kalah. Ada yang diusir dari Madinah, dihukum mati secara massal, dan ditaklukkan.

Menurut al-Sa'di, hal itu juga berlaku bagi Islam dan pemeluknya. Tiap kali mereka membuat makar terhadap Islam dan umatnya, maka mereka dikalahkan, tentaranya diceraiberaikan, dan umat Islam pun mendapat kemenangan, sesuai ayat 111 surat Ali Imran. Bahkan menurut Qatadah, di mana pun Yahudi berada, maka mereka dihinakan oleh manusia. Ini juga sejalan dengan QS Ali Imran [3]: 112.

Karakter mereka lainnya: wa yas'awna fî al-ardh fasâd[an] (dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi). Itulah watak mereka. Dijelaskan al-Sudi, kerusakan itu berupa perbuatan maksiat, ajakan mereka kepada agama yang batil, dan merintangi manusia masuk ke dalam Islam.

Ayat ini diakhiri dengan firman-Nya: Wal-Lâh lâ yuhibb al-mufsidîn (dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan). Frasa ini menegaskan bahwa apa yang dilakukan kaum Yahudi itu jelas mengundang murka Allah SWT. Namun jika mereka mau bertaubat, pintu ampunan masih terbuka. (TQS al-Maidah [5]: 65)..

Itulah gambaran sekilas kaum Yahudi yang dimurkai-Nya. Mengapa masih ada yang takut menghadapi musuh Allah SWT itu? Wal-Lâh a'lam bi al-shawâb.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.