NATO Bunuh 97 Warga Sipil Afghanistan Selama 2008
Pasukan internasional pimpinan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) telah membunuh hampir 100 warga sipil di Afghanistan selama tahun lalu.
Banyaknya korban sipil telah menurunkan dukungan rakyat kepada Presiden Hamid Karzai dan tentara asing yang mendukungnya.
Korban itu juga menimbulkan perselisihan antara Karzai dan sekutu Barat-nya setelah tujuh tahun lalu mereka menggulingkan pemerintah Taliban.
Pada masa lalu, NATO tidak memberikan perkiraan mengenai jumlah warga sipil yang terbunuh oleh Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF). Pasukan itu memiliki 55 ribu personel.
"Menurut penilaian militer kami ... pada 2008 ISAF- NATO bertanggungjawab atas kematian 97 warga sipil," kata jurubicara ISAF-NATOJames Appathurai .
Ia menuding Taliban dan gerilyawan lainnya membunuh 973 warga sipil -- 10 kali lipat jumlah warga yang dibunuh ISAF-NATO.
Suatu badan hak asasi manusia telah mengeluarkan jumlah (kematian) itu berdasarkan pada perkiraan PBB yang mengatakan bahwa hampir 700 warga sipil telah tewas dalam operasi oleh pasukan pemerintah tahun itu hingga Oktober. Di samping NATO, pasukan di Afghanistan mencakup pasukan pimpinan-AS khususnya yang bertanggungjawab pada operasi anti-terorisme.
NATO mengatakan bulan ini mereka telah memperketat aturan pertempurannya di Afghanistan untuk mengurangi korban sipil, dan mengatakan hal itu penting sekali untuk mempertahankan dukungan masyarakat pada kehadiran pasukan internasional.
Aturan baru itu menekankan perlunya penggunaan pasukan secara proporsional dan bagi pasukan Afghanistan untuk memimpin dalam pencarian rumah dan tempat agama warga Afghanistan kalau bahaya nyata telah diidentifikasi.
Pada Minggu, ribuan warga Afghanistan memprotes terhadap Karzai dan AS karena laporan mengenai kematian warga sipil baru yang ditimbulkan oleh tentara pimpinan-AS dalam serangan terhadap gerilyawan Taliban di provinsi Laghman di Afghanistan timur.
Karzai, yang acap kali mendesak tentara asing untuk mengkoordinasikan operasi dengan pemerintahnya, pekan lalu menegaskan kematian warga sipil sebagai sumber penting ketidakstabilan di Afghanistan.
NATO membalas dengan mengatakan bahwa sumber ketidakstabilan adalah Taliban disusul kepemimpinan yang lemah dan korupsi.
sumber: antara
Tidak ada komentar