Header Ads

Materi halaqoh online edisi Rabu 22 juli 2009 "aktivitas yang mulia itu bernama dakwah"

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakutuhu…

Semoga salawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammd SAW, kepada para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabhi’in, kepada para pengemban dakwah yang tetap istiqomah memegang ideology islam, yang menjadikan aqidah islam sebagai landasan berfikir, yang hidup dan matinya hanya untuk islam, yang merindukan keagungan islam, yang menjadikan islam (hukum syara’) sebagai tolak ukur dalam segala aktivitas perbuatan, serta sekaligus sebagai sumber hukumnya.

tulisan ini sebenarnya pernah ana posting di buletin HO beberapa bulan yang lalu, namun karena pertimbangan pentingnya terus mengopinikan dakwah, jadi tulisan ini ana share kembali untuk menjadi topik HO pada hari ini.

Ikhwah fillah…

Allah SWT berfirman “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran 104)

Pada ayat itu kita melihat adanya perintah Allah bagi segolongan “umat” untuk melakukan aktivitas amar makruf dan hani mungkar, sebagaimana yang kita fahami bersama bahwa yang dimaksud dengan yang makruf adalah apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk di kerjakan, sedangkan yang dimaksud dengan yang mungkar adalah apa-apa yang dilarang oleh Allah untuk dikerjakan. Ayat tersebut merupakan perintah bagi segolongan ummat untuk berdakwah, dan tujuan dari dakwah sejatinya adalah :

1.Menyeru kepada orang kafir agar memeluk islam
2.menyerukan kepada orang islam agar menerapakan hukum islam secara kaffah (total),
3.menegakkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran, yang meliputi semua bentuk kemakrufan dan semua bentuk kemungkaran, baik kemungkaran yang dilakukan oleh pribadi, kelompok maupun negara, juga meliputi kemakrufan yang diserukan kepada pribadi, kelompok maupun negara.

Ikhwah fillah… karena yang diseru adalah segolongan “umat” maka kita harus memahami maksud dari “ummat” yang dimaksud oleh ayat di atas (Al Imron 104).

Para ahli tafsir mentafsirkan bahwa yang dimaksud dengan “ummat” pada ayat 104 pada surat Al Imron adalah dengan menyebutnya sebagai jamaah mutakattilah atau kelompok yang terorganisir, nah apa yang dimkasud dengan kelompok atau jamaah yang terorganisir? Maksudnya adalah kelompok itu memiliki ciri khas, yakni :

1.mempunyai pemimpin yang ditaati,
2.mempunyai ikatan yang mengikat para anggoatanya dan ikatan tersebut adalah ikatan yang ideologis (pemikiran), bukan berasal dari ikatan emosioanl misalnya karena factor teman, saudara. Kerabat atau sebagainya.


Pada ayat lain pada surah yang sama Allah mensifati kaum muslimin sebagai ummat yang terbaik.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (Ali Imron 110)

Kebaikan Umat Islam ini diperkuat oleh Rasulullah saw.dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwa Rasulullah saw. bersabda tentang ayat 110 surat Ali Imran:

"Kamu melengkapi tujuh puluh umat, kamulah yang paling baik dan paling mulia di sisi Allah."

Ikhwah fillah…

Mari terus kita bangkitkan ghirah kita dalam dakwah, aktivitas dakwah adalah aktivitas yang mulia dan memuliakan, aktivitas yang para Rasul lakukan, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berdakwah, 24 jam yang Allah berikan kepada kita apakah waktu yang sedemikian rupa menghalagi kita berdakwah? Tentu saja ketika berdakwah pasti ada rintangan, baik dari keluarga, teman, masyarakat maupun “negara”. Ini merupakan sebuah sunnatullah dalam berdakwah, tentu akan menjadi sebuah tanda tanya besar jika selama berdakwah tidak pernah mengalami yang namanya “rintangan / hambatan” baik secara fisik, maupun fikiran.

Ia juga akan merasakan “Istildzadz al-masyaqat”, lezatnya menghadapi berbagai kesulitan dan kesusahan dalam berdakwah. Kelelahan, keletihan, dan hal-hal yang menyakiti perasaannya akibat celaan orang karena menjalankan syariat Islam, atau bahkan mencederai fisiknya, semua itu semakin membuatnya nikmat dalam berdakwah. Semua inilah yang akan senantiasa melahirkan manisnya Iman.

Ini merupakan perniagaan dengan Allah yang kita tidak akan mengalami sebuah kerugian.

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (QS at-Taubah [9]: 111).

“Katakanlah: “Jika bapa-bapak, anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Ikhwah fillah...

Akhirnya mari terus asah pedang dakwah kita, pedang dakwah disini adalah tsaqofah yang terus di asah hingga benar-benar “tajam” mampu menebas semua pemikiran-pemikiran kufur. Dan menjadikannya sekaligus perisai guna membendung pemikiran-pemiran kufur itu sendiri.
Ini sekilas tentang dakwah, nah kemudian jika kita berbicara tentang tujuan dakwah tentu saja dakwah yang mengarah pada perubahan yang hakiki, bukan perubahan yang bersifat pragmatis, oleh karena itu dakwah disini adalah dakwah yang menuju kearah perubahan yang fundamental, yakni dakwah ideologis.

Dakwah bisa dilakukan baik secara individu, kelompok maupun negara, masing memiliki dasar dan arah perjuangan tersendiri dalam mencapai sebuah target dakwah. Ini terjadi karena perbedaan dalam memahami realitas pada sebuah pemikiran bagaimana membangkitkan masyarakat. Jika kita kaji secara mendalam, kita akan menemukan 3 target yang ingin dirain oleh sebuah gerakan atau orang yang ingin berdakwah . yakni :

1.gerakan yang memperhatikan kepentingan individu,
2.target memeperbaiki aqidah dan akhlaq individu,
3.dan yang ketiga adalah target memperbaiki masyarakat.

Akibatnya metode untuk meraih target pun menjadi berbeda.Kemudian kita masuk dalam pembahasan ideologis. Mabda’ atau atau ideology oleh Muhammad Ismail dalam bukunya Al fikru Al Islamiy yang menyatakan bahwa ideology (mabda’) merupakan ‘aqidah ‘aqliyyah yanbatsiqu ‘anha an nizham artinya ‘aqidah ‘aqliyyah yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan (nidzham). Artinya menurut definisi ini, nampak bahwa sesuatu disebut ideology jika memiliki dua syarat, yakni memiliki ‘aqliyyah sebagai fikroh (ide) dan memiliki system (aturan) sebagai thariqah (metode penerapan). Bila tidak memiliki kedua hal tersebut, maka tidak bisa di sebut sebagai ideology.

Ikhwah fillah...

Dakwah ideologis artinya dakwah yang memiliki arah dan tujuan yang jelas, tidak karena factor banyak atau tidaknya pendukung gerakan itu yang menentukan bahwa gerakan dakwah itu ideologis atau tidak namun karena jelasnya fikrah dan thariqah yang di gunakan dalam rangka berdakwah untuk meraih target yang diinginkan.
Disamping itu harus juga dilihat bahaya idologis dalam berdakwah, apa maksudnya dengan berbahaya?.

Jika umat sudah tersadarkan tentang arah perjuangan yang ingin dicapai dengan cara telah tertanamkan edukasi kepada masyarakat hinggat telah ada kesadaran umum tentang target perubahan yang ingin di raih itu sesuatu yang sangat kita syukuri tentu saja, namun jika umat masih belum tersadarkan terhadap fikrah dan thariqah yang telah di embank oleh sebuah jamah dakwah, maka bahaya ideologis akan datang (khathr mabda’i). Boleh jadi sebagian umat menerima kepemimpinan sebuah jamaah dakwah, namun bukan atas dasar ideologi melainkan atas dasar yang lain seperti kemampuannya mengorganisasi acara, kecakapannya mendatangkan massa besar, kesungguhannya dalam merencanakan dan menjalankan kegiatan bersama, dll. Akibatnya, tidak menutup kemungkinan, sekalipun tidak setuju dengan fikrah yang diperjuangkan, tetapi umat ’rela dipimpin’. Dalam kondisi demikian, ikatan kepemimpinan bukanlah mabda’ (ideologi), melainkan kepentingan.

Inilah yang harus selalu di perhatikan oleh komponen dakwah manapun khususnya bagi para pengemban dakwah yang bergabung pada sebuah kutlah dakwah. Kejelasan sebuah fikrah dan thariqah dakwah hendaknya yang menjadi tolak ukur ketika ingin bergabung dengan sebuah jamaah dakwah, tidak karena factor teman, ketidaksukaan terhadap individu, keluarga, masyarakat dan factor lainnya.
Dakwah idologis adalah dakwah yang mempunyai arah dan tujuan yang didalam dakwah itu tidak memiliki kepentingan apa-apa kecuali kepentingan untuk meraih ridhanya Allah semata. Serta memiliki fikrah dan thariqah yang jelas.

Orang-orang beriman adalah mereka yang menjadikan ridha Allah sebagai tujuan tertinggi dalam kehidupan mereka dan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam al-Qur’an, Allah menyebut mereka orang-orang yang berjuang dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Karena mereka telah mengabdikan hidup mereka untuk Allah dan bersedia mengorbankan segala sesuatu yang mereka miliki, harta dan lain-lainnya, untuk mencari ridha Allah dan mendapatkan surga-Nya, orang-orang beriman punya sifat-sifat penting yang memungkinkan mereka untuk menyibukkan diri, dan dalam keadaan yang sangat berat sekalipun, mengucapkan, Hasbunallah (cukuplah bagiku Allah). Mereka mendambakan keridhaan Allah.

Wallahu’alam bishawab…
Adi Victoria ( al_ikhwan1924 )

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.