Header Ads

Peresmian Universitas Saudi Dengan Biaya Miliaran, Membolehkan Pencampuran Laki-laki dan Perempuan

Situs BBC Arabic (24/9) mempublikasikan berita tentang peresmian universitas Saudi termewah. Raja Abdullah dengan dihadiri sejumlah pemimpin, raja-raja Arab dan asing pada hari Rabu di utara Jeddah, Arab Saudi meresmikan King Abdullah University of Science and Technology (KAUST), yang menghabiskan biaya miliaran dolar.

Universitas ini bertujuan untuk membantu negara dalam menghadapi persaingan global di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Universitas raksasa ini menggunakan salah satu perangkat komputer tercepat di dunia.

Pihak otoritas Arab Saudi berharap keberadaan universitas ini dapat memberikan kontribusi terhadap proses reformasi secara bertahap di masyarakat Arab Saudi yang konservatif.

Biaya peralatan universitas saja mencapai satu setengah miliar dolar, termasuk perangkat berupa layar tiga dimensi.

Universitas ini membolehkan percampuran antara laki-laki dan perempuan di kampus dan di ruang kelas. Perempuan dibolehkan mengemudi mobil dalam kampus. Sementara Lembaga Amar Ma’ruf Nahi Munkar tidak akan diizinkan untuk memasuki area universitas. Para mahasiswa perempuan juga tidak akan diwajibkan untuk mengenakan kerudung.

Universitas ini terletak di pantai laut Merah Laut, 80 kilometer sebelah utara kota Jeddah, sementara bangunannya terbentang di atas tanah yang luasanya 36 kilometer persegi.

Universitas menawarkan gelar master (S2) dan doktor (S3) di sembilan disiplin ilmu, termasuk ilmu-ilmu komputer, biologi, dan teknik dalam sejumlah disiplin ilmu.

Universitas ini bertujuan agar memungkinkan bagi Arab Saudi untuk bersaing dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan untuk mengubah Arab Saudi menjadi salah satu pusat penelitian modern di kawasan timur Tengah.

Larangan bagi wanita mengemudi mobil di Saudi Arabia telah memicu maraknya kontroversi dalam beberapa tahun terakhir. Dalam hal ini kalangan meformis menyerukan pencabutan larangan tersebut, sebaliknya kaum konservatif menhendaki larangan tersebut untuk tetap dipertahankan.

Namun, beberapa warga Arab Saudi khawatir bahwa universitas tersebut akan menjadi sebuah pulau internasional yang terisolasi dari wilayah Arab Saudi lainya.

Rektor Universitas, Profesor Shawn Wong mengatakan bahwa universitas akan memberi kebebasan penuh untuk melakukan penelitian yang langka, dan akan memberi mereka dana untuk melakukan aktivitas dalam bentuk kelompok-kelompok perempuan dan laki-laki.

Shawn yang pernah menjabat sebagai Rektor di National University of Singapore selama sembilan tahun mengatakan bahwa manajemennya sangat ingin merekrut para peneliti terbaik di dunia, dan memberikan mereka kebebasan dalam melakukan praktek penelitian ilmiah.

Universitas akan memulai dengan 817 mahasiswa dari 61 negara untuk berkuliah di universitas pada tahun akademik 2009/2010, termasuk 314 mahasiswa akan mulai perkuliahan bulan ini, dan sementara sisanya pada awal tahun 2010.

Shonw mengatakan bahwa mahasiswa akan menerima beasiswa untuk menutupi biaya kuliah dan biaya akomodasi yang besarnya sekitar 60 sampai 70 ribu dolar per tahun. Jumlah ini setara dengan biaya kuliah di universitas-universitas besar di Amerika Serikat, seperti Massachusetts Institute of Technology.

***
Sesungguhnya hal paling penting yang akan disoroti oleh BBC—seperti biasanya—adalah bahwa universitas yang disiapkan ini membolehkan pencampuran antara mahasiswa laki-laki dan perempuan!!

Bahkan, seolah-olah kemajuan ilmu pengetahuan berhubungan erat dengan hal itu!

Mengingat besar dan meriahnya acara pembukaan universitas yang dirayakan sama seperti hari raya nasional Arab Saudi, maka hal itu membuat kami mengajukan beberapa pertanyaan, yaitu: Benarkan kemajuan teknologi akan dicapai dengan membuka sebuah universitas yang mahasiswanya dicampur, dan dibangun di tepi Laut Merah seperti ini? Lalu, bagaimana dengan universitas-universitas Saudi lainnya? Bukankah menjaga kehormatan ini lebih penting, sehingga pengembangan riset dengan sendirinya dapat dilakukan? Atau jika mahasiswanya tidak dicampur, maka apa yang dinamakan dengan kemajuan ilmu dan teknologi sulit diwujudkan?

Sesungguhnya, mewujudkan kemajuan ilmu pengetahuan membutuhkan kepada kemauan politik. Para penguasa keluarga Saud, seperti halnya penguasa Muslim lainnya telah menggadaikan kemauan negaranya kepada kaum kafir penjajah. Sementara kaum kafir penjajah sangat ingin membuat kita tergantung pada dirinya, tidak hanya dalam politik dan ekonomi saja, tetapi di bidang teknologi juga.

Sebuah Negara, seperti Arab Saudi, yang menguasai wariasan intelektual kaum Muslim dan kekayaannya—seandainya para penguasanya memiliki kemauan politik yang sesungguhnya—maka mereka akan mengalami perubahan dengan cepat secara vertikal di bidang teknik, bahkan dengan kecepatan yang sangat tinggi, bukan hanya pembentukan universitas dan pusat-pusat riset saja, tetapi juga mengembangkan teknologi itu sendiri dan intelektual Muslim yang selama ini tidak mendapatkan tempat di negeri-negeri kaum Muslim, sehingga mereka terpaksa tinggal di Barat dan memberikan pengalaman dan kemampuannya yang luar biasa bagi mereka.

Warisan intelektuan + kecerdasan + dana semuanya ada dan tersedia, namun apa yang kurang, yang kurang adalah kemauan politik yang berusaha dengan sekuat tenaga untuk membebaskan umat Islam dari penindasan kolonialisme di berbagai bidang.

Akan tetapi sangat disayangkan, bahwa Abdullah dan para penguasa yang sepertinya sama saja. Mereka itu adalah pelayan, bahkan mereka itu adalah budak bagi kaum kafir penjajah?

Ya Allah, muliakan kami dengan berdirinya negara Khilafah Rasyidah, yang memiliki kemauan Islam sejati, yang akan memanfaatkan semua potensi umat Islam, untuk mengangkatnya, memajukannya, dan mengembalikannya ke posisi prestisius di antara bangsa-bangsa lain, seperti yang dulu pernah dicapainya dan bertahan dalam waktu yang lama!! (al-aqsa.org, 24/9/2009)

Source

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.