Gempa Ungkap Kegiatan Mata-mata Israel di Selandia Baru
Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh ke tanah juga, demikian kata sebuah pepatah. Sebuah gempa besar yang melanda Kota Christchurch, Selandia Baru, yang menewaskan 181 orang tewas pada Februari silam ternyata mengungkap keberadaan jaringan mata-mata Zionis-Israel di negara itu.
Dilaporkan beberapa media asing, Rabu (20/07/2011), spekulasi mata-mata Zionis-Israel berkembang setelah media massa mengungkap detail korban tewas akibat gempa, yang 3 di antaranya adalah warga Israel. Dari salah seorang warga Israel itu, ditemukan 5 paspor atas namanya.
Sumber Selandia baru mengatakan, teruangkapnya paspor kemungkinan besar seuah misi pencurian identitas. Salah satu korban, Mizrahi, tewas dalam gempa bersama tiga temannya.
Perdana Menteri John Key mengkonfirmasi Ofer Mizrahi membawa lima paspor.
Sementara itu, Paul Buchanan, yang bekerja di Pentagon dan dilatih perwira intelijen Amerika Serikat, mengatakan curiga bahwa salah satu warga Israel itu membawa paspor ganda dan teman-temannya telah meninggalkan Selandia Baru.
Dia percaya warga Israel itu mungkin sedang dalam misi ‘pencurian identitas’.
"Paspor akan digunakan untuk kegiatan yang sangat rahasia, “ujarnya. Bahkan dimungkinkan mencakup pembunuhan.
Sementara itu, pihak kepolisian telah menggambarkan kegiatan mencurigakan dari beberapa kelompok Israel selama dan setelah gempa bumi.
Tiga warga Israel, termasuk Mizrahi, berada di antara 181 orang yang meninggal dalam gempa bumi.
Anggota badan rahasia Selandia Baru dikutip surat kabar Southland Times mengatakan muncul kekhawatiran bahwa agen Israel meretas komputer polisi nasional setelah gempa dan mengakses dokumen-dokumen sangat rahasia.
Meski John Key sempat membatah adanya kegiatan mata-mata ini, ia membenarkan sejumlah laporan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu beberapa kali menelfon pada hari gempa terjadi.
Media massa juga memberitakan adanya empat pembicaraan telepon antara Perdana Menteri John Key dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, setelah gempa berlangsung.
Namun, Key yang saat ini tengah di California, Amerika Serikat, menyatakan bahwa mengomentari laporan itu bukan termasuk kepentingan nasional Selandia Baru. (hidayatullah/al-khilafah.org)
Dilaporkan beberapa media asing, Rabu (20/07/2011), spekulasi mata-mata Zionis-Israel berkembang setelah media massa mengungkap detail korban tewas akibat gempa, yang 3 di antaranya adalah warga Israel. Dari salah seorang warga Israel itu, ditemukan 5 paspor atas namanya.
Sumber Selandia baru mengatakan, teruangkapnya paspor kemungkinan besar seuah misi pencurian identitas. Salah satu korban, Mizrahi, tewas dalam gempa bersama tiga temannya.
Perdana Menteri John Key mengkonfirmasi Ofer Mizrahi membawa lima paspor.
Sementara itu, Paul Buchanan, yang bekerja di Pentagon dan dilatih perwira intelijen Amerika Serikat, mengatakan curiga bahwa salah satu warga Israel itu membawa paspor ganda dan teman-temannya telah meninggalkan Selandia Baru.
Dia percaya warga Israel itu mungkin sedang dalam misi ‘pencurian identitas’.
"Paspor akan digunakan untuk kegiatan yang sangat rahasia, “ujarnya. Bahkan dimungkinkan mencakup pembunuhan.
Sementara itu, pihak kepolisian telah menggambarkan kegiatan mencurigakan dari beberapa kelompok Israel selama dan setelah gempa bumi.
Tiga warga Israel, termasuk Mizrahi, berada di antara 181 orang yang meninggal dalam gempa bumi.
Anggota badan rahasia Selandia Baru dikutip surat kabar Southland Times mengatakan muncul kekhawatiran bahwa agen Israel meretas komputer polisi nasional setelah gempa dan mengakses dokumen-dokumen sangat rahasia.
Meski John Key sempat membatah adanya kegiatan mata-mata ini, ia membenarkan sejumlah laporan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu beberapa kali menelfon pada hari gempa terjadi.
Media massa juga memberitakan adanya empat pembicaraan telepon antara Perdana Menteri John Key dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, setelah gempa berlangsung.
Namun, Key yang saat ini tengah di California, Amerika Serikat, menyatakan bahwa mengomentari laporan itu bukan termasuk kepentingan nasional Selandia Baru. (hidayatullah/al-khilafah.org)
Tidak ada komentar