Header Ads

Petinggi Israel Mulai Khawatir dengan Kemenangan Partai Islam di Mesir

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Minggu kemarin (4/12) menyerukan kepada penguasa Mesir ke depan untuk tetap mempertahankan perjanjian damai dengan Israel setelah kelompok Islamis mengambil kepemimpinan suara pada putaran pertama pemilihan umum negara Arab tersebut.



"Kami berharap setiap pemerintah di masa depan di Mesir akan mengenali pentingnya menjaga perjanjian damai dengan Israel yang menjadi dasar untuk keamanan regional dan stabilitas ekonomi," kata Netanyahu dalam komentar publik pertamanya tentang hasil pemilu di Mesir.

Partai-partai Islam telah memenangkan 65 persen suara untuk kursi parlemen di babak pertama pemilihan parlemen, menurut angka resmi yang diperoleh AFP hari Minggu kemarin.

Ikhwanul Muslimin Mesir mengambil kursi terbanyak dalam pemilu parlemen pertama Mesir yang berlangsung secara bebas selama enam dekade. sedangkan partai salafi An-Nur, berada di tempat kedua, dan posisi ketga di raih oleh blok liberal.

Sebelumnya, menteri keuangan Israel juga menyuarakan keprihatinan mereka atas kemenangan kubu Islamis dalam pemilu Mesir.

"Kami terus terang khawatir, saya berharap bahwa demokrasi akan menang di Mesir dan negara ini tidak akan menjadi sebuah negara ekstremis Islam karena itu akan menempatkan seluruh wilayah dalam bahaya," kata Menteri Keuangan Yuval Steinitz kepada radio publik Israel.

Reaksi di dalam pers Israel sangat jelas: "Ini bahkan lebih buruk dari yang diharapkan," kata seorang pejabat badan keamanan menyatakan kepada Yediot Aharonot.

Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak menggambarkan keberhasilan Islam di negara Arab yang pertama kali mengakui negara Yahudi dan menandatangani perjanjian damai dengan negara itu sebagai "sangat, sangat mengkhawatirkan".

"Ini terlalu dini untuk memprediksi bagaimana perubahan yang kami hadapi akan berakhir. Bisa jadi bahwa dalam konteks sejarah, hal tersebut merupakan positif. Dalam konteks secara langsung, hal itu bermasalah," katanya kepada televisi Channel 2 Israel pada hari Sabtu lalu.(fq/aby/eramuslim)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.