Header Ads

Densus 88 asal tangkap, warga Aceh trauma

Densus 88 lakukan asal main tangkap terhadap warga Aceh utara ketika melakukan perburuan pelaku penembakan gudang BBM Saripari Gozainz subkonraktor Zaratex NV, bersama aparat kepolisian dari Polres Lhokseumawedi dusun Alue Seuke Gampong Teupin Reusep Kecamatan Sawang Aceh Utara, membuat masyarakat setempat trauma.



“aparat kemanan datang tanpa salam lansung main tangkap” kata seorang warga. Sebelumnya ketika wartawan tiba didesa itu, masyarakat enggan untuk bicara satu patah kata pun setelah menjawab salam.

Warga mencontohkan pada penangkapan Abdullah Bin Ismail [21], Senin 16 Januari 2012. Pemuda yang hanya menamatkan sekolah dasar tersebut ditangkap oleh aparat keamanan untuk dimintai keterangan soal keberadaan Wila dan Mukhlis tersangka penembakan gudang BBM rekanan Zaratex.

Kronologisnya cerita saksi mata, “moto awaknyan meukumat lam leuiek ikeu rumoh Si Lah” [roda mobil Densus 88 tersangkut dikubangan becek didepan rumah Abdullah], lalu Si Lah [sebutan warga untuk Abdullah] yang sedang mengupas pinang didepan rumahnya keluar untuk membantu mendorong mobil aparat kemanan itu.

Setelah mobil hitam berkaca gelap itu berhasil melewati jalan berlumpur, lalu Si Lah ditanyai keberadaan buronan itu, karena tidak memberikan jawaban yang diinginkan polisi, polisi memanggil teman Abdullah, Wardi yang kebetulan lewat disitu. Ketika Wardi mendekati polisi yang memanggilnya dia diperintahkan untuk membuka bajunya. Baju tersebut digasak dengan kasar oleh polisi itu kemudian merobeknya untuk mengikat tangan Si Lah, dalam keadaan tangan yang terikat Si Lah didorong paksa masuk kedalam mobil, kisah warga.

Karena kondisi seperti itu, warga lebih memilih berdiam diri dirumah dari pada bekerja ke kebun atau kewarung kopi. “han tajeut jak saho , takoet troek awak jeh itanyoeng nyoe jeh [ngak berani kemana mana, kami takut polisi itu datang ditanyai macam-macam], ban hana tateupue jaweub idroep teuh lage Silah [ketika kita tidak bisa menjawab, kita ditangkap seperti yang terjadi pada Si Lah],” Ucap warga yang ditemui dirumahnya tadi sore Kamis 19 Januari 2012.

Penangkapan semacam penodongan tersebut juga dirasakan oleh Zulfadli [24] dan ibunya Ainol Marziah [56] yang tak lain adalah keluarga Wila. Mereka di tangkap polisi di Cot Meurana dusun Alue Seuke pada pukul 7.00 wib saat hendak pulang ke rumah ibunya di Blang Reulieng Sawang, Selasa pagi 17 Januari 2012 sekitar pukul 7.00 wib dibawa ke Polres lhokseumawe untuk dimintai keterangan.

Karena kondisi Ainol Marziah [ibu Wila] yang tak sadarkan diri tidak memungkinkan untuk dibawa sehingga dibawa pulang kerumahnya. Sedangkan Zulfadli dan Si Lah yang diikutkan dalam rombongan polisi, bergerak menuju kantor Polres Lhokseumawe.

Kemarin, Rabu 18 Januari 2012 setelah di mintai keterangan Fadli dilepaskan oleh polisi dan dibiarkan pulang sendiri menggunakan angkutan umum tanpa diantar. Sementara Abdullah Masih ditahan di Polres Lhokseumawe.

Atas tindakan aparat keamanan yang membuat warga kembali trauma berat, seorang mahasiswa Unimal meminta agar pihak kepolisian bertanggung jawab. Menurutnya, Slogan Polisi adalah Melindungi dan Melayani Masyarakat sudah salah total. “Setuju gak setuju tindakan polisi bagai musuh masyarakat” kata mahasiswa itu yang diikuti oleh kata-kata “tapi bek katuleh nan long” (tapi jangan tulis nama saya) yang disambut tawa oleh mahasiswa lain.

“polisi semestinya kalau meminta keterangan sama siapapun kan harus diawali oleh surat” Sahut mahasiswa hukum saat bincang-bincang tadi sore di kantin Kampus Unimal Buket Indah. (bilal/acehloensayang/arrahmah)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.