Header Ads

BBM Naik, Cara Rezim SBY Neolib Korupsi

Selasa (6/3), Gerakan Mahasiswa Pembebasan menggelar Aksi Damai, yang mengusung tema "BBM NAIK, CARA REZIM SBY NEOLIB KORUPSI”. Secara tertib aktifis GP melakukan longmarch, dari depan gedung TVRI menuju ‘singgasana’ DPR/MPR pukul 09.00 – 11.30 WIB.



Sangat beralasan jika sebagian besar masyarakat negeri ini menolak kenaikan BBM yang digadang-gadang akan berlaku pada 1 April mendatang. Berbagai kalangan, -khususnya para aktifis yang mewakili suara hati rakyat- saling beriringan menyatakan sikap antipati mereka terhadap penguasa yang jauh dari kesan pro-rakyat, tak terkecuali GP yang telah berupaya seoptimal mungkin untuk menyuarakan keadilan dan menyampaikan solusi Islam terkait problematika yang ada.

Berkenaan dengan rencana kenaikan harga BBM yang telah dicanangkan pemerintah sejak 2 bulan lalu, perlahan namun pasti harga-harga kebutuhan pokok juga turut naik. Apatah lagi jika pada April nanti kebijakan neoliberal tersebut benar-benar diberlakukan, tentu akan semakin menghimpit kehidupan masyarakat luas, dengan bertambahnya kemiskinan, kebodohan, dan beragam kejadian yang membuat ‘nafas terasa sesak’.

Adanya kompensasi berupa BLT (Bantuan Langsung Tunai), yang kembali digulir oleh pemerintah menurut sejumlah pihak, tidak akan membantu menekan kemiskinan yang kian marak di negeri ini.

Dalam suatu dialog terhadap salah satu pengamat kebijakab publik; Ichsanudin Noorsyi mengatakan bahwa, “kebijakan kenaikan BBM bersubsidi disertai kompensasi atasnya dapat menyebabkan rendahnya nilai kemasyarakatan. Yang semestinya dilakukan pemerintah adalah ; ambil dan kelola SDA yang kita miliki, dan jangan beri peluang bagi pihak asing untuk mengeruknya. Selain itu, hutang Indonesia yang sudah berlipat ganda, seharusnya tidak ditambah”, pungkasnya.


Juga menurut beberapa sumber :

“Kepala BP Migas, Raden Priyono, mengatakan, Pertamina melalui anak usahanya, PT Pertamina EP, memiliki wilayah kerja terluas, yaitu 138 ribu kilometer persegi atau 48 persen dari seluruh perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia. “Namun, produksi per kilometer persegi Pertamina baru sekitar 0,89 barel per hari,” kata dia dalam laporan BP Migas yang diterima VIVAnews.

Jika dibandingkan dengan PT Chevron Pacific Indonesia, yang hanya memiliki wilayah kerja 8.700 kilometer persegi, tingkat produksi Chevron telah mencapai 41,30 barel per hari per kilometer persegi. Perusahaan minyak asal Amerika Serikat ini masih menjadi produsen minyak bumi dan gas terbesar di Indonesia dengan kapasitas 356 ribu barel per hari.”

“Sementara itu, Total EP Indonesie hanya memiliki luas wilayah 3.121 kilometer persegi, namun produksi per luas wilayah perusahaan asal Prancis ini mencapai 28,64 barel per hari per kilometer persegi. Total EP memproduksi migas 82.232 barel per hari, atau 9.768 barel lebih rendah dari target sebesar 92 ribu barel.”

Setelah mencermati pelbagai realitas yang ada, tanpa ragu massa GEMA pembebasan menyatakan sikap bahwasanya diperlukan keberanian semua pihak agar senantiasa bersatu, bergerak, serta menegakkan Ideologi Islam, melalui titah Allah dan Rasulnya, yakni syariah dalam bingkai negara Khilafah sebagai satu-satunya solusi atas segala bentuk krisis yang tak kunjung henti ini.[dakwahkampus.com/070312/al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.