Header Ads

Konser Lady Gaga (1)

Beberapa waktu yang lalu, saya ngobrol  ringan dengan seorang anak tetangga yang menggunakan kaos bergambar penyanyi dunia. Saya usil menanyai si anak, “dek, itu yang di baju gambar siapa coba, tau ga?”  dengan gaya polos layaknya anak 7 tahun ia menjawab, “penyanyi terkenal aa, lady gaga...”  Woww...saya begitu terpernjat mendengar jawaban polos tersebut. “Lady gaga?” siapa sih nih orang sampai-sampai anak kecil saja tau.


Sebagaimana anda, awalnya saya tidak kenal dan tidak mau mengenal yang namanya penyanyi. namun Belakangan ketika ramai diberitakan rencana konser sang penyanyi kontroversial ini di Jakarta 3 Juni Mendatang, saya baru tegerak untuk menjelajah berita tentang sang diva di Internet. Ohya kita samain persepsi dulu yaa, saya mengasumsikan anda (pembaca tulisan ini), adalah Orang yang oleh remaja sekarang disebut kolot, ga gaul, konservatif, dan ketinggalan jaman. Mengapa demikian? Karena jujur saya pesimis bangsa ‘anak gaul’ akan mem baca tulisanini. Namun jika ada satu-dua yang tergerak hatinya untuk membaca, moga-moga menjadi wasilah sembuh dari kegalauannya :-)

Anda percaya atau tidak, tapi menurut saya penyanyi yang satu ini benar-benar ‘ancur.’ Sepanjang penelusuran saya sekacau-kacaunya artis, seburuk-buruknya pakaian mereka, bahkan bintang porno sekalipun, dalam penampilannya ketika menghadiri pemakaman biasanya akan memakai “pakaian yang tidak seronok.” Disini saya menggunakan kata “pakaian yang tidak seronok” bukan kata “pakaian sopan,” karena hakikatnya khan semua pakaian yang tidak menutup aurat adalah pakian seronok alias tidak sopan. Nah ketika menghadiri pemakaman, artis sekalipun biasanya memaksakan diri menutup aurat dengan penuh. Tetapi tidak untuk penyanyi yang satu ini. Untuk menghadiri pemakanan ia tetap memapai busana seronok.

Krisis Moral
Budayawan Tarmuji Taher dalam sebuah tulisannya menyebut –dengan bernada oksimoran-penduduk negeri ini sesungguhnya sangat kaya, Tengoklah tiap bulan selalu ada konser megah dengan ribuan penonton walaupun harga tiketnya jutaan rupiah. Ironis memang, disaat ada ratusan orang yang menyuarakan aspirasi rakyat menolak kenaika BBM, di lain tempat ada ribuan orang yang sedang ngantri di mal untuk membeli BB keluran terbaru yang harganya di atas 5 juta. Sedikit kita ulas tentang tiket konser lady gagai. Baru-baru ini banyak media-media online yang melansir booming-nya penjualan tiket konser tersebut. Walaupun dijual dengan harga selangit sampai 2,25 juta/ tiket tetap saja ada ribuan orang rela mengantri. Anda bisa bayangkan berapa banyak orang yang mengantri jika misalnya ada orang yang mengantri dari jam 2 pagi dan baru mendapat tiket jam 12 siang.

Oleh salah satu tokoh Islam, Ustadz Fahmi Salim, fenomena ini beliau sebut sebagai hilangnya Sensitifitas Iman. Ketika sensitifitas iman sudah hilang, maka yang terjadi adalah pengacuhan dan pengabaian kemiskinan di sekitarnya. Inilah realitas sosial masyarakat kita yang terjebak pada lingkaran immoralitas dan hilangnya adab. Individu dan masyarakat sudah tidak berpedoman lagi kepada nilai agama dan moralitas dalam membuat pilihan dan tindakan.  Ketika agama dijauhkan dari kehidupan, tatkala orang tua dan para guru tidak lagi mempedulikan pendidikan agama, maka beginilah jadinya. Masyarakat kita disesaki oleh generasi-generasi bebek, enggak tua enggak muda Sama saja...

Kompleks memang, tapi begitulah hidup sekarang. Secara empirik gaya hidup hedonis, sekuler, dan permisif sudah sedemikian menggurita. Saya kadang berfikir mereka bisa seperti itu selain karena kampanye masif media sekuler juga tidak lepas dari ketidakpedulian kita. Mereka berada pada lingkungan dan pergaulan yang salah. Jadi, sudah seharusnya kita merangkul dan menyadarkan orang-orang yang menggalaukan diri dengan kegiatan hura-hura tersebut. Mumpung masih ada waktu. Belajar dari maraknya perayaan/konser kufur bin hura-hura sebelumnya, dengan kita giat menyeru dan mengajak secara simpatik di sisa wktu yang ada maka moga-moga masyarakat dan generasi muda khususnya bisa segera sembuh dari kegalauannya.

Lady Gaga dan Kenaikan TDL
Bicara tentang konser, saya jadi ingat beberapa waktu lalu saya pernah ‘mampir’ di sebuah acara konser musik di Gazeboo depan gedung Sate Bandung. Jangan salah persepsi yaa, Tujuan saya mampir bukan untuk nonton boyband kok tapi untuk sekedar iseng bertanya kepada petugas bagian tekniknya kira-kira untuk ukuran konser skala menengah kebutuhan listriknya berapa. Jawabannya membuat saya kaget. katanya sekitar 50.000 watt. Wow, sangat besar. Saya membayangkan konsernya Lady Gaga yang skalnya internasional diadakan di GBK pula sepertinya akan menyedot daya setidaknya 100.000-500.000 watt. Seukuran listrik 1 kabupaten. Jika saban hari di TV kita melihat ada belasan konser musik live, belum lagi diluar itu banyak lagi konser/acara hura-hura lain, maka berapa daya listrik yang terbuang Cuma-Cuma?. Kalau sudah begini pantesan PLN menyatakan ketersediaan Listrik kita defisit sehingga perlu membangun Pembangkit baru, sehingga perlu menaikkan tarif dasar listrik (TDL), sehingga perlu adanya Privatisasi kelistrikan supaya perusahaan asing bisa ikut produksi listrik.
***

Ohya, sebagai penutup sesi ini, saya tergerak untuk menyambung cerita tentang anak kecil di atas. Menyadari bahwa anak umur 7 tahun saja sudah mengenal artis dunia, dan mengingat betapa Liberal dan sekulernya media saat ini, beberapa waktu kemarin ketika ibu sang anak berkunjung ke rumah saya untuk memanggil pulang anaknya yang sedang main di rumah, saya berinisiatif memberi masukan kepada ibu sang anak, “biarin aja bu anak-anak main di sini. Daripada mereka sendiri di rumah, nanti ujung-ujungnya nonton tv. Nonton tv bisa ngerusak otak anak lho bu...klo sering nonton trus apa-apa yg ditonton diikuti kumaha tah...?

Semua kita pasti punya keluarga, dan mari kita menjaga keluarga kita supaya minimalnya tidak menjadi bagian dari ‘benang kusut’ yang akan semakin memperunyam masalah. Lebih jauh,  semoga Alloh sang maha kuasa menjadikan kita, keluarga kita, sahabat kita, menjadi bagian dari kelompok yang melakukan perubahan dan perbaikan. Insyaalloh  [Fahrur Rozi/al-khilafah.org]

(Bersambung....)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.