Header Ads

Tak Dapat Ruang, Terpaksa Shalat di Tangga

Mahasiswa Islam terpaksa melakukan sholat di pojok depan tangga gedung sekolah tinggi Hogeschool van Amsterdam, sebagai tanda protes. Mereka berharap bisa memperoleh ruang sholat sendiri. Namun direksi sekolah tetap bersikukuh menolak tuntutan ini.


Tahun lalu direksi memutuskan menutup ruang tenang di sekolah. Beberapa mahasiswa menggunakan ruang itu untuk melakukan sholat. Direksi tidak menginginkan kegiatan macam itu di ruang tersebut. Juru bicara sekolah mengatakan, bukanlah tugas lembaga publik memfasilitasi tempat yang bertujuan untuk kegiatan religius.

Dikutip RNW, Rabu (29/02/2012), rektor Jet Bussemaker, pihak sekolah mengambil keputusan ini setelah menerima email memprihatinkan dari beberapa mahasiswi Muslim. Mereka merasa ada tekanan dari teman-teman seagama untuk mengunjungi ruang sholat itu.

Pihak sekolah mengatakan, para pelajar datang ke sekolah untuk mendapat pendidikan, bukan beribadah. Dan bagi yang ingin beribadah bisa mendatangi masjid.

“Gadis-gadis itu datang ke sini untuk mengikuti pendidikan, untuk mengemansipasi diri. Itulah tugas kami sebagai sekolah tinggi. Kami bukan masjid. Masjid terbesar Amsterdam terletak hanya sepuluh menit dari sini. Siapa yang ingin meluangkan waktu untuk kegiatan agama, bisa saja ke sana. Mahasiswa kami juga tidak keberatan untuk jalan jauh membeli roti,” ujar pihak sekolah Hogeschool van Amsterdam.

Tempat tenang

Namun mahasiswa yang memprotes tindakan sekolah, merasa dirinya tidak dimengerti. Mereka ingin sholat di ruang tenang di sekolah. Tanpa mengganggu orang. Tapi mereka sekarang terpaksa melakukan itu di dekat tangga, kata juru bicara mereka.

“Kami memperhatikan, makin sedikit orang yang sholat. Para mahasiswi yang berjilbab merasa terganggu. Ini tidak praktis bagi mereka. Mereka memerlukan ruang tertutup yang bisa ditutup pintunya, sehingga mereka tidak diganggu orang yang lalu lalang. Sebelum sholat, kami harus berwudhu. Selama ini kami lakukan itu di toilet. Bagi kami bukan masalah. Tapi, orang keluar masuk di sana dan bertanya: ‘Apa yang kamu lakukan?’ Itu tidak mudah.”

Dukungan

Para mahasiswa mendapat dukungan dari Ahmed Marcouch, anggota parlemen dari partai buruh PvdA.
“Sekolah harus juga memperhatikan kebutuhan siswanya,” ujar Marcouc. Menurutnya, sekolah adalah “lembaga edukatif”.

Sekolah tinggi negeri seperti Hogeschool van Amsterdam menerima mahasiswa dengan latar belakang yang beragam. Adalah tugas sekolah untuk menangani keanekaragaman itu secara baik.

Namun pihak sekolah tetap bersikukuh. Tidak pernah akan ada ruang sholat. Sekolah menerima semua mahasiswa, tapi sekolah “bukan gereja”. "Para siswa sebaiknya giat belajar. Mereka bebas berdoa atau melaksanakan sholat di mana mereka mau," tegas direksi sekolah.[hidayatullah/020312/al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.