Campur Tangan Asing di Papua
Bumi Cenderawasih, Papua tak henti-hentinya diterpa gejolak. Terutama kasus penembakan demi penembakan yang tak kunjung usai
beberapa pekan ini. Apa sebenarnya akar masalah dari Persoalan Papua?
Membahasnya lebih jauh terhadap persoalan tersebut Wartawan Media Umat
Fatih Mujahid mewawancarai Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail
Yusanto berikut petikannya.
Harapannya
itu terletak pada pemerintah karena pemerintah yang memiliki seluruh
kekuasaan untuk menghilangkan disintegrasi bangsa dan separatisme.[][HTIPress/al-khilafah.org]
Papua bergejolak lagi, Apa pendapat Ustadz?
Memang
gejolak yang terjadi pada beberapa waktu terakhir ini menujukkan
beberapa karakteristik yang menarik. Yang pertama, bahwa eskalasi atau
peningkatan tindak kekerasan diwilayah itu dibanding dengan tahun-tahun
sebelumnya. Dibanding misalnya dengan semester awal tahun 2001. Semester
satu tahun 2012 ini meningkat hampir 50 persen tindak kekerasan.
Yang
kedua, bila dicermati tindak kekerasan itu terjadi di tiga titik. Tidak
diseluruh Papua, tapi berkosentrasi di tiga distrik yaitu Jayapura,
Abepura, dan Puncak Jaya. Kemudia yang Ketiga, memang sebagian dilakukan
di malam hari tapi sebagian lagi dilakukan di siang hari dan korbannya
itu acak maksudnya bukan kelompok tertentu, seperti aparat saja.
Korbannya
mencakup semua kelompok masyarakat ada aparat TNI, Polisi, tapi ada
juga warga asing, warga biasa bahkan ada juga pendatang. Melihat
faktanya korban ini menjadi sulit untuk diterka apa motifnya itu.
Maksudnya motif dari sasarannya itu karna dia tidak menyasar kelompok
masyarakat tertentu.
Dan
sampai sekarang Polisi kesulitan mengidentifikasi karna hampir tidak
meninggalkan jejak, tidak ada saksi, bukti-bukti yang ada juga sangat
sulit dikaitkan ke pihak-pihak tertentu dan yang pasti dari semua
kejadian itu tidak ada motif ekonomi. Maksudnya ini bukan sebuah
kriminalitas motif ekonomi dilihat tidak ada satu pun korban yang
dirampas hartanya, habis ditembak selesai.
Tujuannya?
Kalau
kita lihat tujuan dari tindak kekerasan ini adalah tujuan politik
dengan menciptakan instabilitas di Papua. Lalu, bahwa kekerasan ini juga
ingin mengangkat Papua ini sebagai wilayah yang harus terus menerus
mendapat perhatian khususnya di dunia Internasional.
Jadi
jelas bahwa motif politik itu begitu kuat. Dari sekian pihak yang
memiliki motif politik untuk melakukan tindak kekerasan seperti itu,
karena gerakan Separatis.
Apakah ada campur tangan asing?
Harus diingat bahwa gerakan separatis itu nggak berdiri sendirii. Gerakan separatis itu mempunyai link up
kepihak internasional. Itu bukan saja terjadi di Indonesia , tapi juga
diseluruh dunia dan seluruh tempat. Kalau ada gerakan Separatis pasti
dia punya link up ke Internasional negara tertentu.
Biasanya tokoh-tokoh penggeraknya itu di negara tertentu dari sana mendapatkan bantuan dana dan bantuan politik.
Dan tentu ada campur tangan asing baik itu dalam artian kelompok separatis, negara asing atau kelompok tertentu yang mendukung gerakan separatis ini.
Apa makar masalahnya?
Ini
terkait dengan pandangan politik tertentu, misalkan di Papua sampai
sekarang masih terus ada pandangan politik kalau Papua itu merupakan
satu identitas politik sendiri yang ada jauh sebelum Indonesia merdeka.
Maka mereka merasa punya hak kewenangan historis untuk berdiri sendiri
bebas dari apa yang disebut negara Indonesia.
Lalu,
Papua itu merupakan provinsi yang sangat strategis dan kaya. Sebagai
geografis letak geografis Papua terletak di wilayah yang jauh dari
pantauan Jakarta. Kalau dibentangkan itu Jayapura itu sama jauh dengan
Tokyo, naik pesawat sekitaran 6 jam. Jadi sangat jauh memang sehingga
secara politik memang kontrolnya melemah.
Kemudian,
Papua sangat kaya karena Papua memiliki semua sumber daya alam yang ada
di pulau lain. Disana ada Hutan, Emas, Minyak, di Papua ada Tembaga
bahkan Uranium. Bisa dibilang Papua itu kepulauan yang sangat komplit.
Sedangkan keterikantan Politik terhadap Jakarta secara historis bisa
disebut paling lemah.
Kemudian
ada factor semacam persoalan laten yang belum juga terselesaikan yaitu
kemiskinan ada semacam diskriminatif walaupun dari segi alokasi
anggarannya sudah sangat luar biasa. Tapi, itu tidak menjawab persoalan
disana jadi hal-hal seperti itulah yang akhirnya gejolak itu timbul
kemudian dimanfaatkan pihak asing yang ingin memang melepaskan Papua.
Kenapa mereka menginginkan Papua Lepas?
Sebab, jika Papua lepas mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Mungkinkah Papua lepas seperti Timor-Timor?
Sangat
mungkin. Karena dalam politik itu tidak ada yang tidak mungkin. Apalagi
Indonesia ini secara militer sangat lemah. Bahkan dari segi kemampuan
militer dibanding dengan Malaysia kita sekarang kalah. Jadi sangat
mungkin.
Dengan
memprovokasi penduduk setempat kemudian dengan sedikit kemampuan
militer itu bisa terjadi pemisahan itu. Apalagi kalau ada rekayasa
politik seperti di Timor-Timor. Berbalik ke pemerintah di Jakarta apakah
menyadari komplesitas persoalan dengan sesuatu yang bisa mempertahankan
Papua.
Lalu, Bagaimana sikap Umat Islam terhadap permasalahan Papua?
Umat
Islam harus berfikir bahwa. Umat islam ini sekarang sudah terpecah
belah lebih dari 50 negara. Itu keadaan buruk karna secara syar’I
seharusnya umat islam itu bersatu. Jadi ketika terpecah belah itu
bertentangan dengan ajaran Islam.
Kalau
Papua itu berpisah berarti terpecah lagi, sudah terpecah belah terpecah
lagi. Itukan berarti lebih buruk lagi. Karena itu, umat Islam harus
mewaspadai setiap gerakan separatis ini, baik itu didorong oleh
faktor-faktor internal maupun campur tangan asing.
Apa yang bisa menyelamatkan Papua?
Sebenarnya
ada satu potensi kekuatan yang bisa menghambat terjadinya Instabilitas
itu yaitu Islam. Maksudnya ginih, kita mengambil pelajaran dari Aceh.
Memang semangat separatis di Aceh kuat. Tapi semangat separatisme disana
itu didorong faktor agama berupa keinginan untuk mejalankan Islam
secara lebih sungguh-sungguh.
Nah,
kemudian keinginan itu diakomodasi. Maka, Kemudian mereka menemukan
faktor yang cukup menenagkan yang membuat Aceh tetap bersatu yaitu Islam
itu sendiri.
Begitu
juga sebenarnya dengan Papua. Kalau mereka menyinggung entitas politik
yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka itu, menurut Yoris Raweyai itu
adalah sebuah kerajaan Islam didekat Merauke. Jadi disitu ada kerajaan
Islam, maka sebenarnya entitas yang ada itu adalah entitas Islam.
Namun memang sebenarnya ini merupakan perebutan hegemoni, perebutan klaim apa Papua itu Islam atau Kristen.
Yang
selama ini yang masuk dipikiran publik Papua itu Kristen. Nah,
kerukunan itu kalau kita bicara faktor agama Kristen itu bisa menjadi
faktor yang dominan menumbuhkan seperatis itu, seperti RMS yang
mayoritas penduduknya Kristen. Karena tidak pernah ada umat Islam itu
menginginkan separatis kecuali ingin membuat Islam lebih bagus.
Tidak ada komentar