Sepandir Inilah Pemimpin di Republik Ini: Singkong Saja Harus Impor
Sudah sangat keterlaluan pemimpin di negeri ini. Produk rakyat yang seharusnya diproteksi, justru diimpor dari luar negeri. Yang sangat memalukan lagi, singkong yang dikenal sebagai makanan rakyat kecil saja harus impor.
Seperti diketahui, singkong atau ketela pohon, merupakan makanan favorit rakyat. Singkong juga merupakan makanan pokok ketiga di Indonesia setelah beras dan jagung. Dengan bahan baku singkong, kita bisa mengelolanya menjadi kolak, keripik, gaplek, tiwul dan makanan tradisional lainnya. Bagi masyarakat Indonesia, singkong adalah pengganti nasi. Sampai pemerintah Kota Depok membuat program One Day No Rice.
Seperti lagunya Koes Plus, kata orang tanah kita tanah surga, tongkat kayu pun menjadi tanaman. Di Indonesia, tanaman singkong tumbuh subur. Dengan kata lain, stok singkong di negeri ini melimpah ruah. Namun, kita terkejut, ternyata diam-diam, negeri ini malah mengimpor singkong dari Cina, Vietnam hingga Italia. Aneh bin ajaib.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari Januari hingga Juni 2011, Indonesia mengimpor ubi kayu dengan total 4,73 ton dengan nilai 21,9 ribu dolar AS. Negara Italia merupakan negara dengan nilai terbesar yaitu 20,64 ribu dolar AS dengan berat 1,78 ton. Sedangkan Cina merupakan negara penyuplai ubi kayu impor terbesar yaitu 2,96 ton dengan nilai 1.273 dolar AS.
Sedangkan data BPS pada bulan April dan Mei 2012, sebanyak 5.057 ton singkong asal China dengan nilai US$ 1,3 juta masuk ke Tanah Air. Pada Mei impor singkong dilakukan dari negara Vietnam. Sebanyak 1.342 ton singkong dengan nilai US$ 340 ribu masuk ke Indonesia.
Dengan masuknya impor singkong dari Italia, Vietnam, dan China tersebut, menandakan bahwa pemerintah tidak mampu melindungi petani dalam negeri dan meningkatkan kesejahteraannya.
Perlu diketahui, alokasi APBN untuk petani masih sangat kecil, setiap tahun rata-rata hanya 1,3 persen dari total APBN. Di tahun 2012 hanya Rp 17,8 triliun saja. Pemerintah tidak memiliki political will terhadap pembangunan pertanian. Dengan dana sekecil itu bagaimana pemerintah akan merealisasikan program Swasembada Pangan 2014, yang meliputi beras, jagung, kedelai, daging, gula, dan garam?
Ketua Dewan Hortikultura Nasional Benny Kusbini mengatakan hampir setiap tahun, Indonesia impor Singkong baik dari China, Vietnam dan Thailand."Sudah bertahun-tahun Indonesia impor Singkong dari China, Vietnam dan Thailand," kata Benny kepada wartawan.
Kenapa hal ini terjadi? Menurut Benny, saat ini pemerintah tidak memiliki blue print atau cetak biru terkait perencanaan kedepan pada sektor pertanian. Meskipun sempat menghentikan impor singkong pada semester II-2011, saat ini kembali terjadi proses impor singkong dari China dan Vietnam pada 2 bulan terkahir tahun 2012 ini.
Impor Garam
Disamping singkong, kita juga mengimpor garam. Meskipun memiliki Pulau Garam, Indonesia rupanya masih impor garam dari negara Kangguru. Impor garam dari Australia dari Januari hingga Juni 2011 mencapai 1,04 juta ton dengan nilai 53,7 juta dolar AS.
Impor garam juga dilakukan dengan India yaitu sebesar 741,12 ribu ton dengan nilai 39,84 juta dolar AS. Ada juga dari Singapura, Selandia Baru, Jerman sehingga total impor garam sampai Juni 2011 mencapai 1,8 juta ton dengan nilai 95,42 juta dolar AS. Indonesia juga mengimpor daging ayam dari Malaysia. Sepanjang semester I tahun 2011 ini, impor daging ayam mencapai 9 ton dengan nilai 29,24 ribu dolar AS.
Indonesia juga mengimpor teh sebanyak 6,54 ribu ton dengan nilai 11 juta dolar AS selama enam bulan pada tahun ini. Negara pengimpor teh terbesar adalah Vietnam, yaitu 3,24 ribu ton dengan nilai 3,68 juta dolar AS. Kemudian Kenya, sebanyak 1,07 ribu ton teh diimpor dengan nilai 3,32 juta dolar AS, dan dari negara Argentina, India, Cina, dan lain-lain.
Kabarnya, banyaknya impor singkong tersebut lebih dikarenakan tergusurnya areal tanam singkong oleh perkebunan kelapa sawit. Petani banyak yang beralih juga jadi petani kelapa sawit, lahan-lahan yang biasanya buat tanam singkong, jagung, kedelai dan lainnya banyak berubah jadi perkebunan sawit karena pemerintah memang sedang menggenjot produksi sawit di Indonesia.
Lucunya, Kementerian Perdagangan belum mengetahui kebenaran Indonesia mengimpor singkong dari China dan Vietnam. Sepandir inikah pemimpin republik ini yang gagal melindungi petani dan mensejahterakannya. [voa-islam/al-khilafah.org]
Seperti diketahui, singkong atau ketela pohon, merupakan makanan favorit rakyat. Singkong juga merupakan makanan pokok ketiga di Indonesia setelah beras dan jagung. Dengan bahan baku singkong, kita bisa mengelolanya menjadi kolak, keripik, gaplek, tiwul dan makanan tradisional lainnya. Bagi masyarakat Indonesia, singkong adalah pengganti nasi. Sampai pemerintah Kota Depok membuat program One Day No Rice.
Seperti lagunya Koes Plus, kata orang tanah kita tanah surga, tongkat kayu pun menjadi tanaman. Di Indonesia, tanaman singkong tumbuh subur. Dengan kata lain, stok singkong di negeri ini melimpah ruah. Namun, kita terkejut, ternyata diam-diam, negeri ini malah mengimpor singkong dari Cina, Vietnam hingga Italia. Aneh bin ajaib.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari Januari hingga Juni 2011, Indonesia mengimpor ubi kayu dengan total 4,73 ton dengan nilai 21,9 ribu dolar AS. Negara Italia merupakan negara dengan nilai terbesar yaitu 20,64 ribu dolar AS dengan berat 1,78 ton. Sedangkan Cina merupakan negara penyuplai ubi kayu impor terbesar yaitu 2,96 ton dengan nilai 1.273 dolar AS.
Sedangkan data BPS pada bulan April dan Mei 2012, sebanyak 5.057 ton singkong asal China dengan nilai US$ 1,3 juta masuk ke Tanah Air. Pada Mei impor singkong dilakukan dari negara Vietnam. Sebanyak 1.342 ton singkong dengan nilai US$ 340 ribu masuk ke Indonesia.
Dengan masuknya impor singkong dari Italia, Vietnam, dan China tersebut, menandakan bahwa pemerintah tidak mampu melindungi petani dalam negeri dan meningkatkan kesejahteraannya.
Perlu diketahui, alokasi APBN untuk petani masih sangat kecil, setiap tahun rata-rata hanya 1,3 persen dari total APBN. Di tahun 2012 hanya Rp 17,8 triliun saja. Pemerintah tidak memiliki political will terhadap pembangunan pertanian. Dengan dana sekecil itu bagaimana pemerintah akan merealisasikan program Swasembada Pangan 2014, yang meliputi beras, jagung, kedelai, daging, gula, dan garam?
Ketua Dewan Hortikultura Nasional Benny Kusbini mengatakan hampir setiap tahun, Indonesia impor Singkong baik dari China, Vietnam dan Thailand."Sudah bertahun-tahun Indonesia impor Singkong dari China, Vietnam dan Thailand," kata Benny kepada wartawan.
Kenapa hal ini terjadi? Menurut Benny, saat ini pemerintah tidak memiliki blue print atau cetak biru terkait perencanaan kedepan pada sektor pertanian. Meskipun sempat menghentikan impor singkong pada semester II-2011, saat ini kembali terjadi proses impor singkong dari China dan Vietnam pada 2 bulan terkahir tahun 2012 ini.
Impor Garam
Disamping singkong, kita juga mengimpor garam. Meskipun memiliki Pulau Garam, Indonesia rupanya masih impor garam dari negara Kangguru. Impor garam dari Australia dari Januari hingga Juni 2011 mencapai 1,04 juta ton dengan nilai 53,7 juta dolar AS.
Impor garam juga dilakukan dengan India yaitu sebesar 741,12 ribu ton dengan nilai 39,84 juta dolar AS. Ada juga dari Singapura, Selandia Baru, Jerman sehingga total impor garam sampai Juni 2011 mencapai 1,8 juta ton dengan nilai 95,42 juta dolar AS. Indonesia juga mengimpor daging ayam dari Malaysia. Sepanjang semester I tahun 2011 ini, impor daging ayam mencapai 9 ton dengan nilai 29,24 ribu dolar AS.
Indonesia juga mengimpor teh sebanyak 6,54 ribu ton dengan nilai 11 juta dolar AS selama enam bulan pada tahun ini. Negara pengimpor teh terbesar adalah Vietnam, yaitu 3,24 ribu ton dengan nilai 3,68 juta dolar AS. Kemudian Kenya, sebanyak 1,07 ribu ton teh diimpor dengan nilai 3,32 juta dolar AS, dan dari negara Argentina, India, Cina, dan lain-lain.
Kabarnya, banyaknya impor singkong tersebut lebih dikarenakan tergusurnya areal tanam singkong oleh perkebunan kelapa sawit. Petani banyak yang beralih juga jadi petani kelapa sawit, lahan-lahan yang biasanya buat tanam singkong, jagung, kedelai dan lainnya banyak berubah jadi perkebunan sawit karena pemerintah memang sedang menggenjot produksi sawit di Indonesia.
Lucunya, Kementerian Perdagangan belum mengetahui kebenaran Indonesia mengimpor singkong dari China dan Vietnam. Sepandir inikah pemimpin republik ini yang gagal melindungi petani dan mensejahterakannya. [voa-islam/al-khilafah.org]
Tidak ada komentar