Innocence of Muslim : Buah Kebebasan Demokrasi!!!
Lagi, Nabi Muhammad SAW dihina oleh kaum kafir. Setelah karikatur kartun Denmark, Satanic Version dan kartun Nabi Muhammad karya Geers Wilder, kini kembali sebuah film di-release untuk menghina manusia mulia itu. Innocence of Muslims, sebuah film berdurasi dua jam yang dibuat warga negara AS keturunan Yahudi Israel, Sam Baciel, yang menggambarkan Islam sebagai sebagai agama kekerasan, penuh kebencian, dan mengeksploitasi seksual. Dan Rasulullah Muhammad SAW digambarkan sebagai seorang penipu, lelaki hidung belang yang lemah dan gemar melakukan pelecehan seksual terhadap anak (pedofil). Tidak lama setelah itu, baru-baru ini sebuah kartun Nabi Muhammad (lagi) kembali beredar di publik, kali ini dimuat di majalah Perancis oleh kafir Charlie Hebdo.
Berulangnya penghinaan terhadap Islam, Alquran, Rasulullah SAW, menunjukkan bahwa kebencian dari kaum kafir terhadap muslim memang akan terus berlanjut sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al-Quran. Tetapi lebih dari itu, ini merupakan kebijakan yang sistematis dilakukan oleh Barat dan didukung oleh pemerintahan Barat. Hal ini terbukti dengan tidak dihukumnya orang yang telah menghina Rasulullah sampai detik ini. AS tampak tak berdaya untuk menindak pembuat film tersebut dengan dalih karena adanya
ketentuan tentang kebebasan berekspresi di negara penganut demokrasi itu yang dilindungi dalam konstitusi (undang-undang) negara AS sejak lama.
Kebebasan berekspresi inilah yang dijadikan dasar pijakan oleh mereka yang membenci Islam untuk seenaknya saja menghina Islam, kaum muslim, dan Nabi Muhammad. Dalam sistem demokrasi negara hanyalah sebuah fasilitator yang akan menjamin kebebasan inividu tetap terpenuhi sekalipun itu merugikan pihak lain (Islam). Sehingga kejadian penghinaan terhadap Islam tidak pernah berhenti dan terus berulang. Kebebasan dalam sistem demokrasi ini benar-benar pisau bermata dua, atas dasar kebebasan dan HAM Islam dan kaum muslim dihina. Tetapi disisi lain ketika seorang muslimah ingin taat kepada Tuhannya dengan menggunakan hijab, dia tidak bisa sama sekali menggunakan HAM dan kebebasannya untuk taat. HAM dan kebebasannya hanya berlaku bagi mereka, kaum kafir untuk menghina Islam tapi tidak untuk kaum muslim yang ingin hidup sesuai aturan Tuhannya. Culas !!!
Keironian malah terjadi pada tubuh kaum muslim. Ternyata tidak semua marah dengan penghinaan yang dilakukan orang kafir itu dan bahkan masih banyak yang tidak tahu tentang berita tersebut. Masih banyak kaum muslim yang terlena dengan kehidupannya, bahkan semakin nyaman dan tidak mau ambil pusing dengan mengambil dalih yang banyak dikeluarkan beberapa tokoh muslim yang mengajak masyarakat untuk tidak marah dengan penghinaan tersebut. Mereka berdalih bahwa Rasulullah juga tidak marah ketika dihina dan dimaki.
Sikap tersebut tidaklah mencerminkan sikap kaum muslim yang sebenarnya. Sangat berbeda sekali dengan para sahabat Rasulullah salah satunya yang bernama Salim bin Umar. Salim bin Umar mendatangi rumah Abu 'Afak dan menebaskan pedangnya di leher Abu 'Afak, seorang gembong Yahudi yang melakukan penghinaan terhadap Rasulullah dengan menyuruh penyair untuk membuat sya'ir-sya'ir yang mengandung cacian, celaan, cercaan, dan penghinaan terhadap Nabi SAW. Mensikapi kejadian tersebut Rasulullah SAW
mendiamkannya.
Kemarahan sahabat tersebut bukanlah kemarahan emosional, tetapi kemarahan yang didorong oleh keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemarahan terhadap tindakan penghinaan Rasulullah merupakan wujud keimanan dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Justru patut dipertanyakan keimanan seorang muslim jika mereka tidak marah. Harusnya kaum muslim sadar bahwa sikap adem ayem kaum muslim malah akan semakin membuat posisi umat muslim terus dihinakan!
Umat muslim tidak bisa berharap banyak kepada pemimpin negara mereka atas tindakan penghinaan terhadap manusia mulia, Rasulullah SAW. Kecaman terhadap pelaku penghinaan tanpa memberikannya hukuman sama saja dengan menumbuhkan jamur di musim hujan, akan terus berlanjut dan menambah deretan panjang penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Umat muslim butuh seorang pemimpin seperti Khalifah Sultan Abdul Hamid yang menyerukan jihad akbar kepada kaum muslim untuk menyerang Inggris ketika Inggris akan tetap menggelar pertunjukkan drama Perancis karya Voltaire bertema, “Muhammad atau Kefanatikan” yang isinya mencaci Rasulullah saw serta menghina Zaid dan Zainab dengan alasan tiket sudah terjual habis dan pembatalan drama tersebut bertentangan dengan prinsip kebebasan (freedom) rakyatnya. Pemimpin negeri hanya mampu mengecam. Saja!
Umat Islam membutuhkan sebuah pelindung kuat yang akan menjaga kemulian Islam dan kaum Muslim, al-Quran dan Rasulullah saw. agar tidak lagi dihinakan oleh orang kafir. Umat Islam membutuhkan sesosok pemimpin yang akan membela kehormatan Rasulullah seperti Sultan Abdul Hamid. Sosok pemimpin itu hanya akan mampu kita temukan ketika membuang jauh sistem demokrasi (yang menjadi biang keladi penghinaan terhadap Nabi dengan paham kebebasannya) dan menegakkan sebuah institusi yang akan mampu memobilisasi kaum muslim untuk berjihad melawan penghina Rasulullah.
Fika Apriani(Mahasiswa FIK Unpad 2009)Sekteraris Kementerian Kajian Strategis
BEM KEMA Unpad Kabinet Signifikan 2012
[www.al-khilafah.org]
Berulangnya penghinaan terhadap Islam, Alquran, Rasulullah SAW, menunjukkan bahwa kebencian dari kaum kafir terhadap muslim memang akan terus berlanjut sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al-Quran. Tetapi lebih dari itu, ini merupakan kebijakan yang sistematis dilakukan oleh Barat dan didukung oleh pemerintahan Barat. Hal ini terbukti dengan tidak dihukumnya orang yang telah menghina Rasulullah sampai detik ini. AS tampak tak berdaya untuk menindak pembuat film tersebut dengan dalih karena adanya
ketentuan tentang kebebasan berekspresi di negara penganut demokrasi itu yang dilindungi dalam konstitusi (undang-undang) negara AS sejak lama.
Kebebasan berekspresi inilah yang dijadikan dasar pijakan oleh mereka yang membenci Islam untuk seenaknya saja menghina Islam, kaum muslim, dan Nabi Muhammad. Dalam sistem demokrasi negara hanyalah sebuah fasilitator yang akan menjamin kebebasan inividu tetap terpenuhi sekalipun itu merugikan pihak lain (Islam). Sehingga kejadian penghinaan terhadap Islam tidak pernah berhenti dan terus berulang. Kebebasan dalam sistem demokrasi ini benar-benar pisau bermata dua, atas dasar kebebasan dan HAM Islam dan kaum muslim dihina. Tetapi disisi lain ketika seorang muslimah ingin taat kepada Tuhannya dengan menggunakan hijab, dia tidak bisa sama sekali menggunakan HAM dan kebebasannya untuk taat. HAM dan kebebasannya hanya berlaku bagi mereka, kaum kafir untuk menghina Islam tapi tidak untuk kaum muslim yang ingin hidup sesuai aturan Tuhannya. Culas !!!
Keironian malah terjadi pada tubuh kaum muslim. Ternyata tidak semua marah dengan penghinaan yang dilakukan orang kafir itu dan bahkan masih banyak yang tidak tahu tentang berita tersebut. Masih banyak kaum muslim yang terlena dengan kehidupannya, bahkan semakin nyaman dan tidak mau ambil pusing dengan mengambil dalih yang banyak dikeluarkan beberapa tokoh muslim yang mengajak masyarakat untuk tidak marah dengan penghinaan tersebut. Mereka berdalih bahwa Rasulullah juga tidak marah ketika dihina dan dimaki.
Sikap tersebut tidaklah mencerminkan sikap kaum muslim yang sebenarnya. Sangat berbeda sekali dengan para sahabat Rasulullah salah satunya yang bernama Salim bin Umar. Salim bin Umar mendatangi rumah Abu 'Afak dan menebaskan pedangnya di leher Abu 'Afak, seorang gembong Yahudi yang melakukan penghinaan terhadap Rasulullah dengan menyuruh penyair untuk membuat sya'ir-sya'ir yang mengandung cacian, celaan, cercaan, dan penghinaan terhadap Nabi SAW. Mensikapi kejadian tersebut Rasulullah SAW
mendiamkannya.
Kemarahan sahabat tersebut bukanlah kemarahan emosional, tetapi kemarahan yang didorong oleh keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemarahan terhadap tindakan penghinaan Rasulullah merupakan wujud keimanan dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Justru patut dipertanyakan keimanan seorang muslim jika mereka tidak marah. Harusnya kaum muslim sadar bahwa sikap adem ayem kaum muslim malah akan semakin membuat posisi umat muslim terus dihinakan!
Umat muslim tidak bisa berharap banyak kepada pemimpin negara mereka atas tindakan penghinaan terhadap manusia mulia, Rasulullah SAW. Kecaman terhadap pelaku penghinaan tanpa memberikannya hukuman sama saja dengan menumbuhkan jamur di musim hujan, akan terus berlanjut dan menambah deretan panjang penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Umat muslim butuh seorang pemimpin seperti Khalifah Sultan Abdul Hamid yang menyerukan jihad akbar kepada kaum muslim untuk menyerang Inggris ketika Inggris akan tetap menggelar pertunjukkan drama Perancis karya Voltaire bertema, “Muhammad atau Kefanatikan” yang isinya mencaci Rasulullah saw serta menghina Zaid dan Zainab dengan alasan tiket sudah terjual habis dan pembatalan drama tersebut bertentangan dengan prinsip kebebasan (freedom) rakyatnya. Pemimpin negeri hanya mampu mengecam. Saja!
Umat Islam membutuhkan sebuah pelindung kuat yang akan menjaga kemulian Islam dan kaum Muslim, al-Quran dan Rasulullah saw. agar tidak lagi dihinakan oleh orang kafir. Umat Islam membutuhkan sesosok pemimpin yang akan membela kehormatan Rasulullah seperti Sultan Abdul Hamid. Sosok pemimpin itu hanya akan mampu kita temukan ketika membuang jauh sistem demokrasi (yang menjadi biang keladi penghinaan terhadap Nabi dengan paham kebebasannya) dan menegakkan sebuah institusi yang akan mampu memobilisasi kaum muslim untuk berjihad melawan penghina Rasulullah.
Fika Apriani(Mahasiswa FIK Unpad 2009)Sekteraris Kementerian Kajian Strategis
BEM KEMA Unpad Kabinet Signifikan 2012
[www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar