Header Ads

Kebebasan Berekspresi, Merendahkan Martabat Manusia

Oleh: Dina Hidayat
 
ADANYA kebebasan berekspresi yang dianut oleh sebagian anggota masyarakat di negeri ini, telah menyebabkan maraknya pornografi dan pornoaksi. Dengan dalih sebagai suatu seni, pornografi dan pornoaksi dianggap sebagai suatu hal yang sah-sah saja dipertontonkan kepada masyarakat.


Aneka tayangan di media massa yang bukannya memberikan pendidikan kepada masyarakat, namun justru menyuarakan kebebasan berekspresi tersebut. Tayangan film, sinetron, reality show dan sebagainya yang mengumbar syahwat, mempromosikan pergaulan dan seks bebas, yang menyamakan perilaku manusia dengan hewan sudah menjadi santapan sehari-hari masyarakat negeri ini.

Kebebasan berekspresi yang sudah kebablasan ini secara nyata telah dapat kita rasakan efeknya dalam masyarakat. Meningkatnya kasus narkoba dan perkosaan serta semakin banyaknya jumlah penderita HIV/AIDS di negeri ini merupakan sebagian dari efek tersebut. Namun anehnya, tidak sedikit masyarakat yang merasa tenang-tenang saja dengan kondisi ini.

Berkembangnya opini “Semua terserah masyarakat” di negeri ini merupakan salah satu penyebabnya. Selama kebebasan berekspresi tersebut tidak mengganggu dan merugikan mereka, maka tidak ada tindakan yang mereka ambil. Naudzubillahi minzalik.

Jika kita lihat lebih dalam, kebebasan berekspresi tidak terlepas dari penerapan sistem demokrasi di negeri ini. Kebebasan berekspresi merupakan kebebasan yang dijamin dalam sistem ini, disamping kebebasan lainnya seperti kebebasan beragama, kebebasan berpendapat dan kebebasan kepemilikan.

Sedangkan negara saat ini  menjamin terlaksananya kebebasan tersebut. Sehingga tidaklah mengherankan jika negara tidak melarang adanya pornografi dan pornoaksi.

Ide kebebasan berekspresi telah membawa kita pada kehidupan yang serba boleh, tanpa aturan. Kebebasan tersebut telah menjatuhkan martabat manusia pada derajat hewani bahkan lebih rendah dari itu. Padahal kita diciptakan memiliki martabat yang tinggi, yang terletak pada ketinggian akal yang dibimbing oleh wahyu bukan pada hawa nafsu yang dibimbing oleh setan.

Selayaknyalah kita kembalikan semua perbuatan kita kepada aturan Allah SWT, Sang Pencipta yang maha sempurna; aturan Islam. Islam mewajibkan semua perbuatan kita terikat pada syariat. Sehingga adalah suatu keharaman untuk melakukan perbuatan yang menjatuhkan derajat manusia, termasuk kebebasan berekspresi. Semua ekspresi, kreativitas, dan inovasi anggota masyarakat haruslah bersifat menjunjung martabat manusia dan tidak membahayakan masyarakat.

Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berusaha untuk mengembalikan martabat kita pada posisi yang sebenarnya. Dengan kembali pada aturan-Nya. Melakukan amar makruf nahi mungkar. Namun usaha tersebut akan menjadi lebih efektif jika didukung oleh penguasa yang memegang kekuatan dan kekuasaan. Tindakan fisik dari penguasa akan sangat efektif untuk mencegah dan menghilangkan perilaku bebas.

Masyarakat harus lebih tegas dan lebih keras lagi menuntut penguasa untuk menghilangkan perilaku tersebut. “Sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa masyarakat umum karena perbuatan orang-orang tertentu hingga masyarakat umum melihat kemungkaran di hadapan mereka, sedangkan mereka mampu mengingkarinya, tetapi mereka tidak mengingkarinya. Jika mereka berbuat demikian, Allah pasti akan menyiksa masyarakat umum dan orang-orang tertentu itu.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
[www.al-khilafah.org]

Sumber

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.