Header Ads

Dianggap Tak Mampu Kelola Blok Gas Mahakam, Ini Jawaban Pertamina

Pertamina oleh sejumlah pihak dianggap belum siap untuk mengelola ladang gas bumi Mahakam di Kalimantan Timur, terutama karena kurangnya teknologi dan lemahnya manajemen pengelolaan. Apa jawaban Pertamina?

Apakah Pertamina punya uang? Punya teknologi? Punya kemampuan mengelola Blok Mahakam?


"Komentar saya cuma satu, kita lihat pengelolaan Pertamina terhadap Blok Offshore North West Java (ONWJ) yang produksi minyaknya meningkat setelah diambil alih oleh Pertamina," tegas Vice Presiden Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir ketika ditemui di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (15/2/2013).

Dikatakan Ali, sebelum diambil alih Pertamina, produksi ONWJ pada saat dikelola oleh British Petroleum (BP) hanya mencapai 21.000-22.000 barel per hari.

"Namun ketika kita ambil alih pengelolaannya sejak sekitar tahun 2009, produksi ONWJ meningkat, saat ini saja mencapai 33.300 barel per hari bahkandiakhir tahun mencatatkan rekor produksi minyak mencapai 40.000 barel per hari," tegas Ali.

Diakui Ali, memang orang banyak meremehkan Pertamina ketika mengelola Blok West Offshore Madura (WMO), yang produksinya menurun ketika diambil alih Pertamina dari CNOOC dan Kodeco.

"Produksi WMO memang turun, itu dikarenakan terlambatnya pengembilan keputusan para petinggi, sehingga blok minyak WMO tidak diapa-apakan, normalnya ketika sumur tua tidak diapa-apakan, pasti produksinya turun dan butuh usaha yang keras untuk menaikkan kembali produksinya," ujar Ali.

Sebelumnya, Mantan Direktur Utama Pertamina Persero Ari H. Soemarno ikut bicara soal polemik pengelolaan Blok Mahakam. Di 2017 kontrak Blok Mahakam yang saat ini dipegang Total E&P dan Inpex akan habis. Pemerintah belum menentukan siapa yang akan melanjutkan kontrak tersebut. Pertamina ingin mengambil alih ladang gas tersebut.

Namun menurut Ari Soemarno, ada dua kelemahan utama Pertamina sehingga belum mampu kelola Blok Mahakam.

"Cadangan (Migas) di Blok Mahakam masih lumayan besar. Masih bisa produksi untuk 20 tahun ke depan," kata Ari pada pesan singkatnya kepada wartawan.

Dikatakan Ari, jika dilihat dari sisi finansial, memang tidak ada masalah jika Pertamina kelola Blok Mahakam.

"Pendanaan akan mudah diperoleh Pertamina, namun dua kelemahan utama Pertamina adalah dalam hal teknologi dan manajemen pengelolaan lapangan," ungkap Ari.

Menurut Ari, pengalaman yang dimiliki Pertamina dalam mengelola suatu blok minyak masih kurang.

"Sebaiknya Blok Mahakam dikelola secara joint operation dulu selama 5-10 tahun setelah itu Pertamia ambil alih. Untuk komparasi saja bagaimana kinerja Blok WMO dan ONWJ yang dikelolanya," ujarnya.

Dikatakan Ari, jangan salahkan begitu saja SKK Migas kalau ragu akan kemampuan Pertamina sampai sekarang.

"Pertamina memang tersendat sendat untuk profesionalkan dirinya. Salah pemerintah juga, contohnya menunjuk Dirrektur Hulu yang gak punya pengalaman teknis lapangan dan managerial hulu migas sama sekali," tandas Ari. [detikfinance/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.