CIIA: BNPT dan Polisi Lebay Soal Ledakan 'Petasan' Vihara Ekayana
Mbai |
Bahkan BNPT seolah sengaja memfollow up
kasus tersebut dengan analisa keterkaitan antara jaringan terorisme.
“menurut saya itu berlebihan dan mendramatisir,” ujar Harits kepada
voa-islam.com, Senin (6/8/2013).
Harits menilai, dilihat dari dampaknya bisa jadi ledakan di Vihara tersebut berasal dari petasan yang dicampur material lain.
“Kalau dilihat impact dari bom tersebut juga menunjukkan low eksplosif,
bisa jadi cuma petasan yang dicampur dengan material lain agar terkesan
ia bom rakitan yang benar-benar bom. Dan banyak orang bisa bikin bom
seperti itu. Kalau pelaku,berangkat dari meterial bomnya bisa saja orang
iseng atau orang sakit hati,” jelasnya.
Soal pelaku, menurut harits tak menutup kemungkinan jika dilakukan oleh aparat intelijen sendiri, dengan tujuan-tujuan tertentu.
“Dan
bisa juga kerjaan intelijen gelap untuk membuat "keruh" dengan target
tertentu dibalik itu. Dan kalau dari sisi tempat maka orang akan
berpikir linear bahwa ini kerjanya "teroris" yang tidak terima dengan
kasus pembantaian muslim Rohingnya. Jadi menurut saya, kasus ini di
moment yang relevan ketika AS mengeluarkan early warning tentang kemungkinan serangan teroris (jaringan Al-Qaidah),” bebernya.
Ia
menambahkan peletakan bom di tempat yang "sensitif" menyangkut isu
kerukunan umat beragama dan toleransi. Maka dangan menjadikan Vihara
tempat aksi akan memberikan stimulasi mudah untuk justifikasi siapa
pelakunya dan memudahkan orang mengkait-kaitkan antara Vihara (Buddha)
dengan kasus pembantaian Muslim di Myanmar oleh orang-orang Buddha.
“Jadi
ini aksi kecil, tapi cukup bisa didramatisir untuk mengalihkan beberapa
isu lain misalkan tentang "fatal atraction" dari Densus 88 yang salah
tangkap 2 orang (Mugi dan Safari) di Tulungagung dan extra judicial killing terhadap 2 orang lainnya (Rizal alias eko-Klaten dan Dayat-Paciran Lamongan),” ungkapnya.
Di sisi
lain, kasus ledakan di Vihara Ekayana diduga akan dimanfaatkan oleh BNPT
dan Densus 88 agar mendapat legitimasi tindakan hukum jalanan.
“Dan dugaan saya, dari kasus bom "mainan" ini, aparat kontra terorisme (BNPT dan Densus) mau melakukan perburuan dan mendapat legitimasi tindakan-tindakan "hukum jalanan" berikutnya kepada orang-orang yang disangka dan diduga terkait dengan terorisme. Jadi, masyarakat harus bisa bedakan mana fakta dan mana berita/opini rekayasa dan juga fakta kejadian yang jadi produk rekayasa orang-orang opuntunir,” tandasnya. [Ahmed Widad/voa-islam][www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar