Polri Harus Ikut Mencegah Kemungkaran, Cabut Izin Miss World !
Dalam upaya ‘tidak kenal lelah’
menghentikan Miss World 2013, HTI bersama ormas Islam lainnya
mendatangani Mabes Polri. Dalam pernyataan tegasnya, delegasi HTI
meminta agar Polri harus ikut mencegah kemungkaran dengan mencabut izin
kontes maksiat itu.
Hal itu dinyatakannya delegasi Hizbut Tahrir Indonesia, Syarikat Islam dan Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam dihadapan Kepala Baharkam Mabes Polri Komjen Badruddin Haiti, Jum’at (6/9) di aula Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam) Mabes Polri, Jakarta.
“Kami datang ke sini karena kami membaca bahwa Mabes Polri sebagai pihak yang memberi izin. Dengan didorong oleh semangat amar makruf nahyi munkar, Mabes Polri harus mencabut izin tersebut, agar tidak timbul mudarat yang lebih besar,” tegas Ismail Yusanto.
Sebelumnya, pimpinan delegasi Muhammad Ismail Yusanto menyatakan mengapa izin penyelenggaraan Miss World harus dibatalkan. Kontes Miss World merupakan ikon dari kontes serupa. Dimensinya bukan sekedar kebudayaan tetapi juga politis, sebagai alat legitimasi yang ampuh untuk menyelenggarakan ajang eksploitasi perempuan lainnya yang lebih masif baik di Indonesia maupun di negeri Muslim lainnya.
“Lihat kontes Miss World saja bisa diselenggarakan di Indonesia, di negeri yang penduduk Muslimnya terbesar sedunia, lihat Miss World saja boleh, apalagi yang lainnya,” ungkap Ismail memprediksi argumen yang akan muncul bila Miss World diselenggarakan.
Ismail pun menyatakan bahwa kontes semacam ini adalah penipuan, karena alasan utamanya adalah bisnis kosmetik dan fesyen. Brain (kecerdasan) dan behavior (prilaku) hanyalah pemanis belaka, buktinya sepintar apa pun brainnya dan sebaik apa pun behavior-nya kalau tidak cantik ya tidak akan menang.
“Maka dalam pandangan Islam eksploitasi perempuan ini adalah kemunkaran yang sangat besar!” tegasnya.
Ismail pun menegaskan alasan untuk kepentingan pariwisata hanyalah pembenaran saja. Menurutnya, Malaysia yang tidak menyelenggarakan acara kontes kecantikan saja pada tahun kemarin wisatawan asing yang datang ke negerinya itu 27 juta orang, sedangkan Indonesia 9 juta orang saja tidak sampai.
Karena memang alat ukur agar wisatawan mau melancong itu adalah indeks kompetitif tour and toursim yaitu iklim usaha, regulasi, infrastruktur dan sumber daya manusia. “Nah, berdasarkan indeks tersebut, Indonesia itu jeblok ke urutan 80!”
Jadi, lanjut Ismail, bagaimana bisa Miss World ini akan meningkatkan empat faktor tersebut. Alih-alih akan mendongkrak pariwisata, justru akan menuai kontroversi dan membuat wisatawan enggan datang.
Mendengar pernyataan Ismail, Badruddin pun menyatakan: “Alasan-alasan tadi kami tidak membantahnya karena memang begitu adanya. Badruddin pun menyatakan,” tuntutan dari HTI ini tetap akan kami sampaikan kepada Kapolri sebagai bahan pertimbangan.”[] Joko Prasetyo[www.al-khilafah.org]
Hal itu dinyatakannya delegasi Hizbut Tahrir Indonesia, Syarikat Islam dan Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam dihadapan Kepala Baharkam Mabes Polri Komjen Badruddin Haiti, Jum’at (6/9) di aula Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam) Mabes Polri, Jakarta.
“Kami datang ke sini karena kami membaca bahwa Mabes Polri sebagai pihak yang memberi izin. Dengan didorong oleh semangat amar makruf nahyi munkar, Mabes Polri harus mencabut izin tersebut, agar tidak timbul mudarat yang lebih besar,” tegas Ismail Yusanto.
Sebelumnya, pimpinan delegasi Muhammad Ismail Yusanto menyatakan mengapa izin penyelenggaraan Miss World harus dibatalkan. Kontes Miss World merupakan ikon dari kontes serupa. Dimensinya bukan sekedar kebudayaan tetapi juga politis, sebagai alat legitimasi yang ampuh untuk menyelenggarakan ajang eksploitasi perempuan lainnya yang lebih masif baik di Indonesia maupun di negeri Muslim lainnya.
“Lihat kontes Miss World saja bisa diselenggarakan di Indonesia, di negeri yang penduduk Muslimnya terbesar sedunia, lihat Miss World saja boleh, apalagi yang lainnya,” ungkap Ismail memprediksi argumen yang akan muncul bila Miss World diselenggarakan.
Ismail pun menyatakan bahwa kontes semacam ini adalah penipuan, karena alasan utamanya adalah bisnis kosmetik dan fesyen. Brain (kecerdasan) dan behavior (prilaku) hanyalah pemanis belaka, buktinya sepintar apa pun brainnya dan sebaik apa pun behavior-nya kalau tidak cantik ya tidak akan menang.
“Maka dalam pandangan Islam eksploitasi perempuan ini adalah kemunkaran yang sangat besar!” tegasnya.
Ismail pun menegaskan alasan untuk kepentingan pariwisata hanyalah pembenaran saja. Menurutnya, Malaysia yang tidak menyelenggarakan acara kontes kecantikan saja pada tahun kemarin wisatawan asing yang datang ke negerinya itu 27 juta orang, sedangkan Indonesia 9 juta orang saja tidak sampai.
Karena memang alat ukur agar wisatawan mau melancong itu adalah indeks kompetitif tour and toursim yaitu iklim usaha, regulasi, infrastruktur dan sumber daya manusia. “Nah, berdasarkan indeks tersebut, Indonesia itu jeblok ke urutan 80!”
Jadi, lanjut Ismail, bagaimana bisa Miss World ini akan meningkatkan empat faktor tersebut. Alih-alih akan mendongkrak pariwisata, justru akan menuai kontroversi dan membuat wisatawan enggan datang.
Mendengar pernyataan Ismail, Badruddin pun menyatakan: “Alasan-alasan tadi kami tidak membantahnya karena memang begitu adanya. Badruddin pun menyatakan,” tuntutan dari HTI ini tetap akan kami sampaikan kepada Kapolri sebagai bahan pertimbangan.”[] Joko Prasetyo[www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar