Van Bruinessen, Peneliti Islam tradisional asal Belanda, Kagum kepada Hizbut Tahrir
Van Bruinessen
menilai, sebagai bagian dari dinamika dunia, gerakan transnasional akan
semakin berpengaruh. “Negara bangsa tetap penting, tapi kita dipengaruhi
oleh hal-hal yang tidak lagi dikuasai negara bangsa. Kita nonton TV
satelit, kita ke internet, tidak begitu mudah akses informasi disensor
negara. Kita lebih mudah belajar bahasa asing. Kita jadi warga negara
dan menjadi warga dunia,” katanya.
Daripada
berhadapan dengan organisasi Islam transnasional, van Bruinessen
menyarankan NU dan Muhammadiyah berdiskusi dan berdialog dengan mereka.
“Masalah berbeda satu hal dan lain didiskusikan secara bebas, sehingga
orag bisa memilih mana yang cocok, mana yang bisa diterima, dan mana
yang bisa ditolak. Jangan dianggap satu paket yang harus ditolak atau
diterima,” katanya.
Menurut van
Bruinessen, tidak semua gagasan yang dilontarkan kelompok transnasional
jelek dan harus diterima. Bahkan, ada kultur intelektual yang sebetulnya
sama antara kelompok transnasional dengan NU.
Selama 15 tahun
terakhir, kelompok Hizbut Tahrir Indonesia membuat van Bruinessen
kagum, karena sering mengadakan seminar membicarakan masalah ekonomi,
politik, dan perburuhan dari segi Islam.
“Islam
interpretasi mereka. Tapi sebetulnya itu tidak jauh berbeda dengan yang
dipelopori Masdar (Masdar Farid Mas’udi) di kalangan NU, seperti
membahas masalah konflik tanah dalam pandangan fikih Islam. Ia
mengumpulkan orang-orang pintar, ulama, sosiolog, bagaimana membahas
secara nyata,” kata van Bruinessen. [dakwahmedia/globalmuslim/www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar