Header Ads

Mudzakarah Ulama, Ikhtiar Pewaris Nabi Selamatkan Negeri

Prihatin dengan kondisi Indonesia yang karut marut di berbagai bidang akibat diterapkannya demokrasi, serta rasa prihatin karena ulama hanya dijadikan pelengkap penderita, alat stempel atau alat legitimasi kebijakan pemerintah, serta alat vote getter dalam Pemilu, maka para ulama di Jawa Timur memprakarsai diselenggarakannya Mudzakarah Ulama, Sabtu (8/3) di Hall Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.



Menurut Ketua Pemprakarsa KH Abdullah  (Pimpinan Ponpes Nurul Ulum Jember Jawa Timur) acara ini merupakan bentuk ikhtiar ulama untuk terlibat secara aktif dalam memberikan solusi problem multi dimensional bangsa, yang tujuannya adalah menyelamatkan Indonesia dengan perspektif keilmuan para ulama, sebagai pewaris para Nabi (waratastul anbiya).

Mudzakarah Ulama dihadiri 300 ulama Jawa Timur  termasuk para pemrakarsa mudzakarah yakni KH Abdullah, Kyai Farid Makruf (Pimpinan PP Al Mimbar Jombang), Kyai M Hanief (Pimpinan PP An Nur Sumenep Madura), Kyai Abah Qayyum (pengasuh Majelis Taklim Pondok Bambu Al Islam, Malang), Kyai Mukhlash Zein (pengasuh Majelis Taklim Al Uum, Kepanjen, Malang), Kyai Abdul Karim (Pimpinan PP Al Ihsan Nganjuk), Kyai Abdul Karim (Pimpinan PP Bakhrul Ulum Tanggul Jember), dan Kyai Bahron Kamal (pengasuh Majelis Taklim di Malang).

Acara yang berlangsung dengan penuh semangat perjuangan tersebut dihadiri pula oleh 79 ulama tamu dari seluruh Indonesia mulai Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan, Sulawesi sampai Papua.

Tinggalkan Demokrasi

Mudzkarah Ulama dibuka oleh Ketua pemrakarsanya yaitu KH. Abdullah (Jawa Timur), dilanjutkan dengan penyampaian sambutan oleh Ketua HTI Jawa Timur (Ustadz Harun Musa, M.Kom) yang mendapat ihtirom dan kepercayaan dari para ulama sebagai panitia penyelenggara mudzakarah.

Berturut-turut penyampaian ‘Kalimah minal Ulama’ pada sesi pertama antara lain KH Abdul Karim dari Jawa Timur dengan topik ‘Indonesia Darurat’, KH Endang Ahmad Arif  dari Lampung menyampaikan ‘Demokrasi, bertentangan dengan Islam’.

KH Abdul Qoyyum dari Jawa Timur menyampaikan tema ‘Demokrasi, rusak dan rapuh dari akarnya’, Hb. Kholilullah Al Habsyi dari Jakarta menjelaskan tentang ‘Demokrasi sistem dzalim’, KH. Fathul Adzim dari Banten memaparkan topik ‘Demokrasi sistem yang mengajarkan kebebasan’ dan disambung KH Ali Bayanullah dari Jawa Barat dengan topik ‘Demokrasi merampas hak prerogatif Allah’.

Mudzakarah Ulama sesi dua diawali dengan penyampaian ‘Kalimah minal Ulama’ oleh KH Manshur Muhyiddin dari Banten dengan tema ‘Demokrasi Syirik Akbar’, berturut-turut disambung oleh Buya Halim Lanoi dari Sulawesi Tenggara bertemakan ‘Demokrasi melahirkan kerusakan’, KH. M. Hafidz dari Kalimantan Selatan menyampaikan topik ‘Demokrasi sistem dharar’.

KH. Muh. Ja’far Abdullah dari Papua menjabarkan topik ‘Demokrasi sistem yang membuka jalan kepada musuh untuk menguasai kaum muslimin’, KH. Syahril Nuhun dari   Sulawesi Selatan menyampaikan tema ‘Kewajiban kita tegakkan Khilafah’.

KH. Nashruddin dari Jawa Tengah menjelaskan materi ‘Khilafah janji Allah’ dan diakhiri oleh KH. Muhyiddin dari Jawa Barat menyampaikan topik ‘Ulama pembimbing umat Islam menuju perubahan  yang hakiki’.

Sebelum Mudzakarah diakhiri, ‘Nasihat Ulama untuk Umat Islam’ dibacakan oleh  KH. Mahmudi (Jawa Timur) dan disambung dengan pembacaan doa oleh dua orang ulama dari Banten yaitu KH. Sukhro Wardi dan Tubagus Zainal Arifin.

Di sela-sela mudzakarah, para wartawan dari 15 media mengikuti konferensi pers kurang lebih selama 1 jam di ruang Media Centre Mudzakarah. Setelah dibuka dan dikenalkan host, KH. Abdullah menyampaikan sambutan sebagai ketua pemrakarsa Mudzakarah. ‘Nasehat Ulama untuk Umat Islam’ dibacakan KH. Abah Qoyyum dan sekapur sirih dari ketua HTI Jatim.

Dialog dan tanya jawab dengan para wartawan dilayani oleh Kyai Karim, ada sekitar 6 media yang aktif berdialog. Adapun lima belas media yang menghadiri konferensi pers yang terdiri dari 5 TV, 2 radio, 4 koran/harian, 2 tabloid, 1 portal berita, antara lain Duta Masyarakat, MNC-TV/RCTI, Jawa Pos, Kompas TV, Tabloid Posmo, Surya, RRI Surabaya, JTV, Kilisuci TV Kediri, detik.com , Radio Mercury, Harian Bhirawa, BBS TV dan tabloid Media Umat.

Penyelenggaraan Mudzakarah Ulama kali ini mendapatkan perhatian juga dari pengunjung situs www.forumulama.org, yang sebagiannya melihat langusng melalui live streaming. Di media sosial juga ramai diperbincangkan, baik melalui facebook maupun twitter.

Beberapa media massa juga telah memberitakan seperti Koran Surya (3 kali pemberitaan di versi cetak dan 1 kali di versi online), Radar Jember, Jawa Pos, RRI Surabaya, tabloid Posmo, detik.com, website HTI dan Media Umat.

Bahkan dilakukan talkshow selama 60 menit pada Senin 10 Maret 2014 di Kompas TV. Kilisuci TV juga menayangkan keseluruhan  acara sebagai siaran tunda selama 1 jam pada Senin 10 Maret jam 19.00 – 20.00 WIB dan pada hari Kamis 13 Maret 2014 jam 16.00 – 17.00 WIB.

Pesan inti dari hasil Mudzakarah Ulama yang tertuang dalam ‘Nasehat Ulama untuk Umat Islam’ adalah bobrok dan rusaknya sistem demokrasi, dengan segala dampak buruknya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dan seruan untuk meninggalkan sistem demokrasi dan kembali ke dalam pangkuan Islam kaffah dalam bingkai Khilafah Rasyidah ala minhajin nubuwwah.

Mudzakarah Ulama yang telah mendapatkan pemberitaan relatif luas dari media massa (baik cetak, elektronik, online maupun media sosial), mengharapkan kepada para ulama yang telah hadir dapat menyelenggarakan Mudzakarah Ulama serupa di daerahnya masing-masing.

Dengan berbekal buku materi Mudzakarah dan rekaman video dari Kilisuci TV, diharapkan hasil Mudzakarah Ulama berupa ‘Nasihat Ulama untuk Umat Islam’ dapat semakin tersebar luas ke seluruh kalangan, tidak hanya para ulama lain dan para santri dan muhibbinnya, tapi juga ke kalangan intelektual, mahasiswa, pengusaha, guru, birokrat-pejabat, pelajar dan ibu-ibu, serta semua kalangan umat Islam, bi idznillah Insya allah. [] Rif’an  [htipress/www.al-khilafah.org]




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.