Header Ads

Khutbah Jum'at : Indonesia Milik Allah

INDONESIA MILIK ALLAH

(Disampaikan di Khutbah Jum’at Dirjen Pajak Wil. Kalsel)

Majlis jumat yang dimuliakan Allah.

Kita semua adalah milik Allah. Kita hidup karena Allah. Setiap detik kita menghirup udara Allah. Bumi yang kita pijak adalah milik Allah. Negara tempat kita tinggal adalah milik Allah. Itulah makna ucapan istirjaa’


إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali (QS. Al Baqarah: 156)

Majlis jumat yang dimuliakan Allah

Kita semua akan kembali kepada Allah. Kita akan mempertanggungjawabkan kemua amal perbuatan kita di hadapan pengadilan Allah. Saat itu, mulut kita dikunci, tangan dan kaki kita yang akan berbicara dan memberikan kesaksian di hadapan Allah.

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS. Yaasiin: 65)

Itulah pengadilan yang paling adil. Pada saat itu hanya hukum Allah yang akan dijadikan timbangan. Al quran dan as sunnahlah yang dijadikan penentu apakah kita termasuk golongan yang selamat ataukah golongan yang merugi. Seorang bupati, walikota, gurbernur tidak diadali berdasarkan Peraturan Daerah. Seorang presiden tidak diadili dengan UUD atau UU. Seorang hakim dan Jaksa tidak diadili dengan KUHP. Bahkan anggota dewan yang biasa membuat UU dan beragam Perda saat itu tidak dihisab dengan aturan yang ia buat sendiri.

SEMUANYA DIHISAB DAN DIADILI DENGAN HUKUM-HUKUM ALLAH

Majlis jumat yang dimuliakan Allah

Karena kita semua milik Allah dan akan kembali kepada Allah maka sudah semestinya hanya Allah yang berdaulat di hati kita, hanya Allah dan syariat-Nya yang berdaulat di muka bumi termasuk di Negara kita ini. Demikian pula saat kita memilih pemimpin semestinya kita hanya memilih pemimpin yang mendaulatkan Allah di hatinya dan menjadikan Indonesia berdaulat dengan Syari’at Allah ‘azza wa jalla. Apakah kita mengaku beriman pada Allah, namun pada saat yang sama kita berhukum pada hukum selain Allah? Mari kita renungkan firman Allah berikut.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنزلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالا بَعِيدًا

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya (QS. An Nisa: 60)

Banjarmasin, 18 April 2014

Al faqiir ila taufiq Allah: Wahyudi Ibnu Yusuf
[www.al-khilafah.org]

Sumber : http://matanbjm.wordpress.com/2014/04/18/khutbah-jumat-indonesia-milik-allah/

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.