Header Ads

Gaza: Tidak Ada Lagi Tempat Untuk Mengubur Jenazah

Gaza: Tidak Ada Lagi Tempat Untuk Mengubur Jenazah
Di bawah serangan Israel yang terus menerus, warga Palestina di Gaza selatan menghadapi kekurangan tempat dan perlengkapan untuk mengubur orang-orang yang mereka sayangi.

Ummu Mohammed Abu Sada menggunakan kerudungnya untuk menutup bau menyengat dari mayat-mayat, yang sebagian di antaranya telah berada di luar selama beberapa hari. Selain dalam masa gencatan senjata Israel di Jalur Gaza, kota di wilayah Gaza selatan ini telah menderita di bawah gempuran dan serangan udara Israel yang terus menerus.



“Bau yang menyengat membuat orang-orang mau pingsan – mengerikan melihat tubuh-tubuh manusia dilemparkan ke jalan-jalan seperti itu,” kata Abu Sada Al Jazeera. “Rudal-rudal menghantam semua orang … tidak ada tempat bagi kita untuk mencari perlindungan.”

Mayat warga Palestina yang tewas memenuhi kamar-kamar mayat di rumah sakit di Rafah, dan para kerabat tidak punya pilihan kecuali menaruh mayat orang-orang yang dicintai di dalam lemari pendingin komersial. Di rumah sakit Kuwaiti, ambulans berseliweran meminta diberikan jalan dari kerumunan staf medis dan sanak keluarga, untuk mengantarkan mayat-mayat tubuh yang akan diletakkan di luar gedung.

Banyak orang-orang yang mati tidak memiliki lagi orang yang bisa menguburkan mereka kecuali kerabat jauh, karena serangan udara Israel di Rafah telah menewaskan beberapa anggota keluarga yang sama.

Pada hari Sabtu, empat anggota keluarga Mohammed Ayyad Abu Taha tewas ketika Israel menyerang rumah mereka, termasuk dua anak dan seorang wanita, sementara serangan udara Israel di rumah keluarga Al Ghoul di Rafah menewaskan delapan anggota keluarga pada hari Minggu, termasuk dua perempuan, dan tiga anak – berusia satu bulan, tiga tahun dan berusian 13 tahun – menurut PBB.

Para kerabat berkerumun di sekitar mayat-mayat di rumah sakit Kuwait, sambil membelai wajah yang penuh noda darah dari Malak, 6 tahun dan Ismail, 13 tahun. Para dokter tidak punya ruang di kamar mayat rumah sakit untuk keluarga, sehingga ruangan yang muat hanyalah ditempatkan di dalam pendingin es krim.

Ibrahim Abu Moammar, dari Perhimpunan Nasional untuk Demokrasi dan Hukum di Rafah, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tidak mengizinkan warga Palestina untuk menguburkan orang-orang yang telah mati adalah bentuk penghinaan. “Menaruh mayat-mayat di dalam pendingan es krim dan lemari es sayur adalah pelanggaran HAM yang paling mendasar,” kata Abu Moammar.

Sejauh ini, setidaknya 1.830 warga Palestina telah tewas, dan lebih dari 9406 lainnya terluka, saat operasi militer Israel di Gaza berlangsung hampir satu bulan yang lalu. Enam puluh tiga tentara Israel juga tewas, bersama dengan dua warga sipil Israel dan seorang pekerja Thailand.

Israel mengumumkan gencatan senjata kemanusiaan tujuh jam di Gaza, Senin, yang berlaku di seluruh wilayah kecuali di wilayah timur Rafah, “di mana bentrokan masih berlangsung dan ada kehadiran militer Israel di sana”.

Kota ini telah dikecualikan dari tawaran gencatan senjata selama beberapa hari terakhir, saat penembakan oleh Israel masih terus berlanjut. Abu Moammar mengatakan bahwa setidaknya 300 orang di Rafah telah tewas dalam pemboman Israel baru-baru ini.

Sementara itu, pejabat Palestina di Gaza sedang berjuang dengan puluhan mayat yang tidak dapat diidentifikasi baik karena luka-luka mereka, atau karena tidak ada anggota keluarga yang tersisa untuk melakukannya. Pengepungan yang dilakukan Mesir-Israel di Gaza juga telah membuat penguburan mayat hampir mustahil.

“Biasanya dalam situasi seperti ini, kita membangun 500 kuburan, tapi karena semen tidak diizinkan masuk ke Gaza, kami tidak dapat membangun kuburan,” Hassan Al Saifi, wakil menteri Wakaf Pelayanan Gaza, yang bertanggung jawab atas urusan agama, mengatakan kepada Al Jazeera.

Untuk saat ini kata kementerian itu, adalah menempatkan mayat-mayat itu ke dalam kuburan massal sementara sampai serangan Israel di Gaza berakhir. Tapi tugas pemakaman juga genting karena dilakukannya penembakan oleh Israel di pemakaman Rafah. “Di mana lagi kita bisa mengubur kerabat kita ketika Israel juga membom pemakaman?” kata Abu Mohammed Abusuliman, warga Rafah, saat dia menangisi kematian tujuh anggota keluarganya. [aljazeera/htipress/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.