Header Ads

Ismail Yusanto: Ini Pandangan Hizbut Tahrir Terhadap Syi’ah

Ismail Yusanto: Ini Pandangan Hizbut Tahrir Terhadap Syi’ah
Gerakan syiah menjadi perbincangan hangat – kembali – baru-baru ini akibat ulah pendukungnya menyerang kampung ustadz Arifin Ilham Pembina Majelis Dzikir Az Zikra. Beberapa Ulama berkumpul menyatakan sikap, bahkan Ahad (22/2/2015) para habaib, ulama NU, dan lembaga- lembaga Islam berkumpul dalam tabligh akbar bertajuk Mengokohkan Ahlussunnah Wal Jama’ah.



Di tempat terpisah, di Yogyakarta, saat Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) berlangsung, kepada Alhikmah, salah satu lembaga politik di Indonesia, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melalui Jubirnya Ismail Yusanto menjelaskan sikap HTI terhadap syi’ah.

“Hizbut Tahrir sebagaimana umat Islam, berpegang teguh pada akidah Islam, yakni Arkanul Islam. Barangsiapa yang tidak beriman kepada salah satu rukun iman itu, maka ia telah keluar dari Islam. Siapa pun, tanpa harus kita sebut, mereka sudah keluar dari Islam,” kata Ismail Yusanto.

“Mereka yang mengatakan bahwa Al Quran sekarang ini belum genap, masih ada di Lauhil Mahfudz, apalagi sampai mengatakan nabi keliru. Kan gitu, sebagian umat syiah merasa nabi keliru karena tidak menyampaikan pesan yang sudah ditetapkan Allah tentang kewalian, kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Kemudian mengecam para sahabat juga. Sikap kita tegas mengatakan siapa saja yang seperti itu, bukan Islam, kalau Syiah seperti itu berarti mereka bukan Islam,” tegasnya.

Ismail Yusanto pun menyitir kitab Shakshiah Islamiyyah jilid II yang secara khusus mengkritik pendapat syiah. “Mereka itukan dibangun oleh satu paradigma inti, yaitu tentang kepemimpinan Ali, mereka membangun itu dengan mengembangkan dalil hadits Ghadir khum, sejumlah ayat yang ditafsirkan secara paksa untuk menunjukkan kewalian Ali, pendapat-pendapat itu dibantah Hizbut Tahrir di dalam kitab Syaksiyah tersebut,” tambahnya.

Dalam kitab resmi HT tersebut, Ismail menyebutkan bahwa Nabi tidak pernah menunjuk Ali sebagai pemimpin setelah beliau. “Apalagi kemudian sekarang ini, Syiah itu melakukan konspirasi dengan kekuatan negara-negara dari timur atau barat untuk memerangi umat Islam, seperti yang terjadi di Suriah, jadi secara politik mereka juga bermasalah, membela Assad. Bahkan, kita menilai bahwa revolusi Iran itu adalah revolusi yang didesain bersama CIA, jadi itu pandangan lama dan baru kemudian baru diungkap akhir-akhir ini,” tegas Ismail.

Walaupun Hizbut Tahrir menganggap Syiah sebagai musuh umat Islam, namun Ismail Yusanto menilai ada musuh Islam selain syiah yang juga berbahaya. “Kita perlu juga mewaspadai, jangan sampai melupakan musuh lain yang lebih besar dari itu. Ancaman musuh-musuh besar seperti neoliberalisme, kapitalime, nah itu yang saya kira penting untuk diperhatikan,” tegas Ismail.

Ia pun menilai jangan sampai umat Islam lupa untuk menegakkan syariah dan khilafah.
“Syiah (Iran) itu baru muncul setelah Khilafah Utsmani runtuh, kemudian mereka mempunyai negara sendiri melalui revolusi Iran, barulah menyebar ke mana-mana. Syiah itu, dia bisa begitu itukan setelah umat Islam, sunni, tidak punya kekhilafahan,” kata Ismail.

Menurutnya, sekarang ini, negara-negara Barat, Amerika, dsb., berusaha khilafah tidak berdiri, kalau khilafah tidak berdiri, maka kita akan terus berkutat pada permasalahan yang tak berujung. Menghadapi syiah tidak bisa, apalagi yang lebih besar dari itu. [alhikmah/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.