Pakistan Beraninya Bunuh Kaum Muslim, 1000 Orang Dibunuh Sedangkan Tentara AS Dibiarkan
Syabab.Com - Pakistan mengatakan, Jumat (26/09/08), bahwa tentara telah membunuh 1.000 pejuang Muslim yang mereka menyebutnya sebagai militan Islam dalam serangan sangat besar, satu hari setelah Presiden Asif Ali Zardari mengecam pasukan AS soal bentrokan di perbatasan Afghanistan. Sungguh menyedihkan, pihak tentara Pakistan beraninya hanya membunuh kaum Muslim bukannya mengusir tentara teroris yang sesungguhnya, Amerika.
Seorang pejabat penting mengatakan, diantara mereka yang tewas selama sebulan dalam operasi di Bajaur adalah lima komandan utama al Qaida dan Taliban. Saat ini daerah suku tidak stabil di Pakistan yang paling menghadapi kesulitan di sepanjang perbatasan yang keropos itu.
Ketidakstabilan dan krisis semakin mencengkeram Pakistan sejak pemboman hotel Marriott di Islamabad akhir pekan lalu, tiga pembom bunuh diri meledakkan diri mereka dalam tembak-menembak dengan polisi di Karachi.
Secara terpisah, enam orang, termasuk tiga anak, tewas ketika sebuah bom menggelincirkan kereta api penumpang dekat kota Bahawalpur di Pakistan tengah, seorang pejabat kereta api mengatakan.
Wartawan diterbangkan dengan helikopter ke Khar, kota penting di Bajaur yang resah, untuk diberi penjelasan mengenai operasi miler yang dilancarkan Agustus terhadap militan Islam yang telah menguasai sebagian besar dari daerah itu.
"Korban seluruhnya adalah 1.000 lebih militan," kata Tariq Khan, inspektur jenderal paramiliter Korps Perbatasan, yang menambahkan bahwa 27 tentara juga tewas dalam pertempuran itu.
"Ini pusat graviti bagi militan," kata Khan pada wartawan. "Jika mereka kehilangan di sini mereka kehilangan apa saja."
Dari komandan pejuang muslim yang tewas itu, empat tampaknya orang asing: warga Mesir Abu Saeed al-Masri, Abu Sulaiman, seorang Arab; komandan Uzbek bernama Mullah Mansoor, dan seorang komandan Afghanistan yang dipanggil Manaras.
Komandan kelima adalah warga Pakistan yang hanya dipanggil Abdullah, anak laki-laki pemimpin kelompok Islam yang sudah tua Maulvi Faqir Mohammad yang bermarkas di Bajaur dan media selalu menyebut memiliki hubungan dekat dengan komandan nomer dua al Qaida Ayman al-Zawahiri.
Bajaur, yang berbatasan dengan provinsi Kunar, Afghanistan, telah melihat beberapa pertempuran sengit antara pasukan Pakistan dan pejuang Islam sejak bekas penguasa militer Pervez Musharraf bergabung dengan "perang atas teror" pimpinan-AS 2001.
Operasi tersebut sebagai jawaban atas tekanan internasional pada pemerintah sipil baru Pakistan, yang telah memecat Musharraf bulan lalu, untuk mencegah militan yang bermarkas di Pakistan melancarkan serangan di Afghanistan.
Namun ketegangan telah meluas dengan Washington sejak serangan darat 3 September oleh pasukan AS di Pakistan, yang pertama dari serangan seperti itu sejak 2001, yang menyebabkan sekitar 15 orang tewas, demikian AFP.
Sungguh sangat menyedihkan, tentara Pakistan dipaksa oleh penguasanya untuk ikut dalam agenda "war on terror" yang hanya bisa membunuh para pejuang Muslim, sementara terhadap tentara Amerika Serikat tak bisa apa-apa. Padahal, AS-lah teroris sesungguhnya, yang secara nyata membuat kerusakkan dan ketidaktenangan masyarakat Pakistan.
Naveed Butt, jurubicara Hizbut Tahrir Pakistan dalam sebuah konferensi beberapa waktu lalu mengatakan seruan "war on terror" sebenarnya adalah "perang melawan Islam dan Pakistan". Hal itu tidak membawa apa-apa selain porak poranda, kesengsaraan, kematian dan perusakkan atas Pakistan. Dia mendesak bahwa Pakistan merupakan kekuatan militer dan Nuklir yang kuat yang mampu menantang Amerika, harus bertumpu pada kekuatan ini dan mengusir Amerika untuk menyelamatkan Pakistan.
Sementara, Saad Jigranwi dalam sebuah konferensi yang digelar Hizbut Tahrir Pakistan di Rawalphindi, menekan pasukan tentara harusnya datang untuk mendukung upaya penegakkan Khilafah. Merekalah yang dapat secara praktis mendirikan Khilafah di Pakistan. Yang terjadi malah tentara tersebut membunuh kaum Muslim sendiri. [m/ant/afp/syabab.com]
Seorang pejabat penting mengatakan, diantara mereka yang tewas selama sebulan dalam operasi di Bajaur adalah lima komandan utama al Qaida dan Taliban. Saat ini daerah suku tidak stabil di Pakistan yang paling menghadapi kesulitan di sepanjang perbatasan yang keropos itu.
Ketidakstabilan dan krisis semakin mencengkeram Pakistan sejak pemboman hotel Marriott di Islamabad akhir pekan lalu, tiga pembom bunuh diri meledakkan diri mereka dalam tembak-menembak dengan polisi di Karachi.
Secara terpisah, enam orang, termasuk tiga anak, tewas ketika sebuah bom menggelincirkan kereta api penumpang dekat kota Bahawalpur di Pakistan tengah, seorang pejabat kereta api mengatakan.
Wartawan diterbangkan dengan helikopter ke Khar, kota penting di Bajaur yang resah, untuk diberi penjelasan mengenai operasi miler yang dilancarkan Agustus terhadap militan Islam yang telah menguasai sebagian besar dari daerah itu.
"Korban seluruhnya adalah 1.000 lebih militan," kata Tariq Khan, inspektur jenderal paramiliter Korps Perbatasan, yang menambahkan bahwa 27 tentara juga tewas dalam pertempuran itu.
"Ini pusat graviti bagi militan," kata Khan pada wartawan. "Jika mereka kehilangan di sini mereka kehilangan apa saja."
Dari komandan pejuang muslim yang tewas itu, empat tampaknya orang asing: warga Mesir Abu Saeed al-Masri, Abu Sulaiman, seorang Arab; komandan Uzbek bernama Mullah Mansoor, dan seorang komandan Afghanistan yang dipanggil Manaras.
Komandan kelima adalah warga Pakistan yang hanya dipanggil Abdullah, anak laki-laki pemimpin kelompok Islam yang sudah tua Maulvi Faqir Mohammad yang bermarkas di Bajaur dan media selalu menyebut memiliki hubungan dekat dengan komandan nomer dua al Qaida Ayman al-Zawahiri.
Bajaur, yang berbatasan dengan provinsi Kunar, Afghanistan, telah melihat beberapa pertempuran sengit antara pasukan Pakistan dan pejuang Islam sejak bekas penguasa militer Pervez Musharraf bergabung dengan "perang atas teror" pimpinan-AS 2001.
Operasi tersebut sebagai jawaban atas tekanan internasional pada pemerintah sipil baru Pakistan, yang telah memecat Musharraf bulan lalu, untuk mencegah militan yang bermarkas di Pakistan melancarkan serangan di Afghanistan.
Namun ketegangan telah meluas dengan Washington sejak serangan darat 3 September oleh pasukan AS di Pakistan, yang pertama dari serangan seperti itu sejak 2001, yang menyebabkan sekitar 15 orang tewas, demikian AFP.
Sungguh sangat menyedihkan, tentara Pakistan dipaksa oleh penguasanya untuk ikut dalam agenda "war on terror" yang hanya bisa membunuh para pejuang Muslim, sementara terhadap tentara Amerika Serikat tak bisa apa-apa. Padahal, AS-lah teroris sesungguhnya, yang secara nyata membuat kerusakkan dan ketidaktenangan masyarakat Pakistan.
Naveed Butt, jurubicara Hizbut Tahrir Pakistan dalam sebuah konferensi beberapa waktu lalu mengatakan seruan "war on terror" sebenarnya adalah "perang melawan Islam dan Pakistan". Hal itu tidak membawa apa-apa selain porak poranda, kesengsaraan, kematian dan perusakkan atas Pakistan. Dia mendesak bahwa Pakistan merupakan kekuatan militer dan Nuklir yang kuat yang mampu menantang Amerika, harus bertumpu pada kekuatan ini dan mengusir Amerika untuk menyelamatkan Pakistan.
Sementara, Saad Jigranwi dalam sebuah konferensi yang digelar Hizbut Tahrir Pakistan di Rawalphindi, menekan pasukan tentara harusnya datang untuk mendukung upaya penegakkan Khilafah. Merekalah yang dapat secara praktis mendirikan Khilafah di Pakistan. Yang terjadi malah tentara tersebut membunuh kaum Muslim sendiri. [m/ant/afp/syabab.com]
Tidak ada komentar