Header Ads

Ekonom: Tim Ekonomi SBY-Boediono Punya Kadar Neolib Tinggi

hadist ini menjadi bahan perenungan bagi kita bersama:
"“Sungguh akan datang pada manusia suatu zaman, dimana yang ada atas kalian adalah pemimpi-pemimpin yang bodoh (umara sufaha) yang mengutamakan manusia-manusia yang jahat dan mengalahkan orang-orang yang baik di antara mereka, dan mereka suka menunda-nunda sholat keluar dari waktu-waktunya. Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapati pemimpin-pemimpin seperti itu, janganlah sekali-kali dia menjadi pejabat (’ariif), atau menjadi polisi, atau menjadi pemungut [harta], atau menjadi penyimpan [harta].” (Musnad Abu Ya’la, 3/121; Ibnu Hibban no 4669; Kata Nashiruddin Al-Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah hadis no 360,”Hadis ini isnadnya sahih dan para perawinya tsiqat.”).

Terdapat hadis lain yang semakna dengan hadis di atas, misalnya sabda Nabi SAW :


“Akan ada pada akhir zaman para pemimpin yang zalim, para menteri yang fasik, para hakim yang khianat, dan para fuqaha yang pendusta. Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapati zaman itu, janganlah sekali-kali dia menjadi pemungut harta mereka, atau menjadi pejabat mereka, atau menjadi polisi mereka.” (HR Thabrani, dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, hadis no 156, 19/67)."

Rabu, 03/06/2009 00:47 WIB

Ekonom: Tim Ekonomi SBY-Boediono Punya Kadar Neolib Tinggi
Gunawan Mashar - detikPemilu


Jakarta - Bukan hanya Boediono yang cenderung bermazhab ekonomi neoliberal. Sejumlah anggota tim ekonomi yang berdiri di belakang pasangan ini pun tak diragukan punya kadar neolib yang tinggi.

Hal ini dikatakan pakar ekonomi dari Universitas Gajah Mada, Revrison Baswir ketika berbincang dengan wartawan di Jakarta, Selasa (2/6/2009).

"Saya tidak mengomentari pada pasangan capres-cawapres-nya saja. Saya juga harus melihat orang-orang di sekitarnya. Jadi kalau di lingkungan SBY Boediono sudah jelas saya kira. Ekonom-ekonom yang berkumpul disana kadar neoliberalnya tinggi. Pemikir-pemikirnya cenderung neolib," tutur Revrison.

Revrison mengatakan, setelah melihat tim ekonomi pasangan SBY-Boediono, tim ekonomi JK-Wiranto dan Mega-Prabowo juga mesti dilihat lebih dalam lagi. Apakah tim ekonomi kedua pasangan ini juga akan punya kepekaan untuk merespon krisis saat ini dengan tetap menjunjung konstitusi.

"Kita lalu liat tim ekonomi ekonomi yang lain, sejauh mana tim ekonomi yang
berkumpul di JK-Win dan Mega-Pro itu mempunyai kesempatan untuk berpikir berdasarkan konstitusi termasuk dalam merespon krisis yang terjadi sekarang," katanya.

Lebih lanjut, Revrison juga menegaskan kalau mazhab pemikiran tidaklah didasari oleh seseorang itu sederhana atau tidak. Tapi dilihat dari kebijakan yang diambilnya.

"Saya kira saya khawatir, jangan-jangan kalau kita bertemu Milton Friedman, bapaknya neolib di Chicago itu jangan-jangan lebih sederhana lagi. Jadi
jangan itu dong yang jadi ukuran. Tidak bisa," terangnya.

Menurut Revrison, krisis regional yang terjadi tahun 1998 hingga krisis yang terjadi di Amerika dewasa ini disebabkan oleh liberalisasi. Dampak liberalisasi bukan hanya bisa memporakporandakan Indonesia, bahkan negara
sedigdaya Amerika Serikat (AS), menurut Revrison bisa babak belur.

"Sejauh ini belum ada yang meng-addres krisis itu, apalagi mencoba untuk menarik hikmah, dari krisis demi krisis kemudian mengkaji dan kembali ke konstitusi," ucapnya. ( gun / nwk )

Alfath Fathonie

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.