Penjara Rahasia AS Menyebar di 66 Negara
Surat kabar Jerman hari Senin kemarin (8/3) melaporkan bahwa penjara-penjara rahasia AS menyebar di sedikitnya 66 negara, termasuk Mesir, Yordania, Suriah, Maroko dan Pakistan.
Surat kabar tersebut menyatakan bahwa hasil studi dan penelitian internasional yang dilakukan oleh empat peneliti internasional menunjukkan adanya penggunaan penjara rahasia yang dibentuk oleh Central Intelligence Agency (CIA) untuk menahan orang-orang dengan banyak tuduhan palsu, dan menahan warga negara yang menentang pemerintah yang pro-Washington , dan menginterogasi menggunakan penyiksaan dan cara-cara mengerikan lainnya.
Media Jerman itu juga menunjukkan bahwa Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia di Jenewa telah membahas studi hasil penelitian mereka tersebut saat ini, namun komisi menunda pembahasannya pada diskusi berikutnya sampai bulan Juni.
Surat kabar "Frankfurter Rundschau" menunjukkan bahwa Mesir dan Pakistan telah menolak terkait atas nama negara mereka tercantum dalam surat dakwaan dari hasil studi ke empat peneliti internasional yang menyelidiki penjara rahasia yang ada di negara mereka.
Ditambahkan bahwa Mesir dan Pakistan menuduh empat peneliti, Martin Scheinin berkewarganegaran Finlandia, Manfred Nowak warga Austria, Shaheen Sardar Ali warga Pakistan serta Jermaine Sarkin warga Afrika Selatan, telah ikut campur tangan dalam urusan internal negara mereka.
Surat kabar Jerman tersebut mengutip tujuan penelitian dari keempat peneliti internasional itu: "Studi ini tidak dirancang terutama untuk menyoroti situasi hak asasi manusia di Dunia Ketiga; namun lebih berfokus kepada studi yang berkaitan dengan penerbangan rahasia yang dilakukan CIA dalam mentransfer puluhan tahanan ilegal ke penjara ilegal di berbagai negara, di mana mereka diinterogasi dengan menggunakan metode-metode yang tidak manusiawi dan diperlakukan seperti binatang."
Surat kabar itu menunjukkan bahwa penyidik PBB telah memulai penyelidikan mereka dengan mengirimkan kuesioner terkait tentang penjara rahasia kepada semua Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan hanya 44 negara yang tidak memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada mereka.
Hasil penelitian ini datang setelah adanya bukti penyelidikan secara intensif tentang adanya penjara rahasia yang dijalankan oleh CIA di Mesir, Yordania, Suriah, Maroko, Pakistan, Djibouti, Ethiopia, Thailand, Rumania dan Polandia.
"Frankfurter Rundschau" mencatat bahwa penjara rahasia lain yang didirikan di Mesir, Libya, Sudan, Aljazair, Iran, India, Cina, Rusia dan Zimbabwe, digunakan dalam urusan penahanan, interogasi dan penyiksaan terhadap terdakwa.
Hasil studi para peneliti itu menyatakan bahwa "penjara rahasia CIA berkontribusi melalui pembentukan jaringan global ."
Para penulis dari studi internasional tersebut menuduh dinas keamanan di negara-negara di mana terdapat penjara rahasia sebagai anti-prinsip-prinsip hak manusia dan hukum internasional. (fq/islamtoday/eramuslim.com)
Surat kabar tersebut menyatakan bahwa hasil studi dan penelitian internasional yang dilakukan oleh empat peneliti internasional menunjukkan adanya penggunaan penjara rahasia yang dibentuk oleh Central Intelligence Agency (CIA) untuk menahan orang-orang dengan banyak tuduhan palsu, dan menahan warga negara yang menentang pemerintah yang pro-Washington , dan menginterogasi menggunakan penyiksaan dan cara-cara mengerikan lainnya.
Media Jerman itu juga menunjukkan bahwa Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia di Jenewa telah membahas studi hasil penelitian mereka tersebut saat ini, namun komisi menunda pembahasannya pada diskusi berikutnya sampai bulan Juni.
Surat kabar "Frankfurter Rundschau" menunjukkan bahwa Mesir dan Pakistan telah menolak terkait atas nama negara mereka tercantum dalam surat dakwaan dari hasil studi ke empat peneliti internasional yang menyelidiki penjara rahasia yang ada di negara mereka.
Ditambahkan bahwa Mesir dan Pakistan menuduh empat peneliti, Martin Scheinin berkewarganegaran Finlandia, Manfred Nowak warga Austria, Shaheen Sardar Ali warga Pakistan serta Jermaine Sarkin warga Afrika Selatan, telah ikut campur tangan dalam urusan internal negara mereka.
Surat kabar Jerman tersebut mengutip tujuan penelitian dari keempat peneliti internasional itu: "Studi ini tidak dirancang terutama untuk menyoroti situasi hak asasi manusia di Dunia Ketiga; namun lebih berfokus kepada studi yang berkaitan dengan penerbangan rahasia yang dilakukan CIA dalam mentransfer puluhan tahanan ilegal ke penjara ilegal di berbagai negara, di mana mereka diinterogasi dengan menggunakan metode-metode yang tidak manusiawi dan diperlakukan seperti binatang."
Surat kabar itu menunjukkan bahwa penyidik PBB telah memulai penyelidikan mereka dengan mengirimkan kuesioner terkait tentang penjara rahasia kepada semua Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan hanya 44 negara yang tidak memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada mereka.
Hasil penelitian ini datang setelah adanya bukti penyelidikan secara intensif tentang adanya penjara rahasia yang dijalankan oleh CIA di Mesir, Yordania, Suriah, Maroko, Pakistan, Djibouti, Ethiopia, Thailand, Rumania dan Polandia.
"Frankfurter Rundschau" mencatat bahwa penjara rahasia lain yang didirikan di Mesir, Libya, Sudan, Aljazair, Iran, India, Cina, Rusia dan Zimbabwe, digunakan dalam urusan penahanan, interogasi dan penyiksaan terhadap terdakwa.
Hasil studi para peneliti itu menyatakan bahwa "penjara rahasia CIA berkontribusi melalui pembentukan jaringan global ."
Para penulis dari studi internasional tersebut menuduh dinas keamanan di negara-negara di mana terdapat penjara rahasia sebagai anti-prinsip-prinsip hak manusia dan hukum internasional. (fq/islamtoday/eramuslim.com)
Tidak ada komentar